“Kalo kamu besok udah kerja, jangan cuma mengandalkan gaji utama pekerjaanmu. Sebesar-besarnya gajimu, tapi kamu enggak akan tau apa yang akan terjadi pada perusahaanmu nantinya. Sekalipun besok km bakal jadi PNS yg digaji negara. Tapi apa ya, kamu mau hidup dengan gaji yang gitu2 aja.”
“Jadi.. kuncinya. Punya usaha sampingan di luar pekerjaan pokok itu penting. Dikerjakan di luar jam kerja dan tidak boleh mengganggu pekerjaan utama. Kamu harus belajar untuk itu.”
Demikian, kakak sepupu saya menceramahi semenjak saya masih kuliah. Ya, dia memang sosok pekerja keras yang bisa dijadikan contoh bagi kami, adik-adiknya. Sukses menjadi Polantas di Banjarmasin, tidak lantas membuatnya berleha-leha saja. Tetapi, berdagang & berjualan asesoris & pakaian. Hasilnya, tentu sukses di dua2nya dong.
Lalu bagaimana dengan saya? Apakah ceramah dia masuk ke telinga & meresap dalam relung hati?
Saya hidup di keluarga biasa, bukan keluarga PNS yang akhir2 ini dibangga2kan orang2. Bukan juga di keluarga wirausaha yang juga dibanggakan para pengusaha. Tetapi hidup di keluarga karyawan swasta biasa. Ya, sama dengan saya yang bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu penerbit buku di Yogyakarta.
Dulu.. mama pernah cerita, ketika mama masih kecil. Mama mencari tambahan uang saku dengan memunguti cabe yang jatuh di jalan & pematang sawah. Bukan cabe yang ada di sawah, bisa2 dimarahi embah nanti. Tetapi, cabe yang rontok2 dari karung cabe. Lalu, nanti cabe itu disimpan mama, dikeringkan dengan cara dijemur. Ketika harga cabe naik.. mama menjual cabe keringnya itu. Hasilnya, wow!! Bisa buat beli sepatu katanya.
Lain halnya dengan bapak. Meski hidup di keluarga yang berkecukupan, tapi tidak lantas membuat bapak malas & berleha-leha. Uang sakunya bertambah dengan usaha kerasnya sendiri, yaitu jadi supir angkot! Ya, jaman dulu kalau mau menjadikan mobilnya angkutan umum, tidak seketat sekarang dengan harus berplat kuning. Jadi, mobil embah dipakai bapak untuk menarik penumpang. Hasilnya, dinikmati sendiri. Embahku marah? Oh, tentu tidak.. Beliau malah senang & menjadwalkan mobilnya untuk dijadikan angkutan umum oleh bapak.
Bagaimana dengan saya? Semenjak SD, mama mengajari saya membuat asesoris lucu-lucu. Mulai dari saputangan, tempat pensil, pin, kartu nama, box kertas surat, dan lain sebagainya. Lalu nanti karya itu saya harus menjualnya ke sekolah. Hasilnya? Tentu saya nikmati sendiri sebagai tambahan uang saku. Mama memang jago di bidang prakarya!
Ketika SMA, saya bertemu dengan lelaki yang memang otaknya udah otak dagang. Kekasih saya ketika SMA itu (tepatnya mantan), hidup di keluarga wirausaha, karena mamanya memang pengusaha tulen di bidang salon & kecantikan. Jujur, 6 thn bersamanya membuat saya belajar banyak sekali hal. Mamanya mengajarkan bagaimana harus tumbuh menjadi wanita yang kuat & mandiri. Sedangkan mantan kekasih saya itu, mengajarkan bagaimana saya harus jeli melihat & memanfaatkan peluang bisnis yang ada.
Alhasil, kesibukan dia yang ketika itu sibuk kuliah, partime job, dan jualan ini – itu, menular ke saya. Waktu saya habis untuk kuliah yang full, ukm marchingband & jurnalis, partime job di salah satu perusahaan retail kaos di Jogja, asisten dosen, dan jualan barang ini – itu khas cewek. Tapi hasilnya?? Numpuk doang di rekening, karena saya tidak punya waktu untuk membelanjakannya.
Setelah berpisah dengannya, apakah berhenti sampai di situ saja? Awalnya iya, karena semangat saya itu memang kalau ada kompor di belakangnya, alias ada partner kerja yang bisa membakar & membantu mencari peluang bisnis.
Beruntung sekali, saya menemukan sosok lelaki yang ternyata otaknya juga otak bisnis. Bagaimana tidak? setelah 4 tahun bekerja di sebuah perusahaan IT swasta dengan gaji yang lumayan, dia justru memilih untuk keluar & membangun bisnisnya sendiri. Tidak jauh berbeda alirannya, sama2 berbau IT, tetapi kesuksesan perusahaan rintisannya & beberapa temannya ini sedikit demi sedikit mulai dirasakan.
Dan berkat dia juga, saya punya butik online yang sudah saya jalankan selama kurang lebih 1 tahun ini. Wah, ternyata menyenangkan punya butik online sendiri. Saya bisa mengerjakannya di waktu sela dan hasilnya lumayan, bisa buat tambahan belanja. Jadi, kalau saya mau belanja tidak perlu mengutak-atik uang gaji bulanan.
Lalu, ditambah lagi. Semenjak saya menjadi member baru Oriflame yang baru jalan belum ada 1 bulan ini. Pemasukan semakin bertambah. Yah.. Saya semakin bisa belanja barang-barang kebutuhan dari keuntungan yang saya dapat dari bisnis kecil-kecilan ini. Benar-benar menyenangkan.
Ya, impian saya adalah akan pensiun dini di usia 40 tahun. Dan saya, akan bekerja di rumah sembari menemani anak-anak saya nantinya. Saya yakin, semua kerja keras saya semenjak kecil, semua petuah yang pernah kakak sepupu kasih, didikan dari orangtua, dan pengalaman hidup yang menempa, mampu menjadikan saya menjadi wanita yang mandiri & bisa mencapai impian.
>>Yuk, bagaimana dengan impianmu?
waaaaaaaaaaaaaahhhhh mantappp…………… semangat klo ada kompor ya hehehehehehehehehehe…………. selamat ya atas usaha butik ol-nya semoga tambah maju n succes………. gmn klo dipasarkan dikota malang?
Haiii… Hiihiihi… Thanksss… Sukses juga untukmu.
Yuk, boleh tuh dibantuin masarin. ^^
hii…setuju mbak… kayake emang perempuan itu musti teliti, jeli, ulet…ndak harus jadi PNS kok..
eh salam kenal deh dari tetangga…)*sama-sama wong yogya..:D…
kapan-kapan maen deh mba ..Mi di daerah Jl Imogiri, (terminal Giwangan)