Kenapa Harus Pocong?

Berhubung saya nguli di industri penerbitan buku, jadi sudah sewajar dong kalau saya paham tentang tren dan perkembangan buku saat ini. Tren buku itu selalu ganti-ganti, bolak-balik, naik-turun, keluar-masuk. *eh, maksudnyah..* Kalau dulu pernah heboh dengan TeenLit (Teenager Literature), lalu beramai-ramai penerbit bikin novel remaja (termasuk penerbit saya :p), sekarang sebenarnya sudah enggak lagi. Dan kalau dulu pernah ngetren cerita roman yang mendayu-ndayu, melambai-lambai, sepoi-sepoi, sekarang pun sebenarnya sudah enggak lagi.

Jadi, sekarang yang lagi ngepop apa dong?

*ehem.. ehem.. tes mic*

Dunia sekarang ini sudah semakin pelik, masalah yang muncul mudah menyurut stres, bahkan mungkin amarah. Jadi, masyarakat butuh bacaan-bacaan ringan yang menghibur, bikin ketawa, bikin lupa masalah, bikin melayang tanpa perlu harus pakai narkoba. Diawali dengan munculnya Kambing Jantan karya Raditya Dika, lalu akhirnya muncul banyak buku PeLit (Personal Literature) lainnya. Sekalipun banyak, tapi tetep laku keras juga loh… Seperti sekuelnya Anak Kos Dodol dan My Stupid Boss.

Buku-buku ini emang bagus kok. Bikin ngakak pas mbaca. Saya pernah baca Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, sambil nyalon. Kapsternya sampai stres karena berkali-kali harus ngingetin saya untuk enggak tiba-tiba kepala goyang-goyang gara-gara ketawa. Hasilnya, rebondingan rambut saya ini jadinya malah kriting nih.. :p

Buku laku, di mana pocong lebih pintar daripada manusia.

Ketika kemarin saya jalan-jalan ke toko buku dan menerima laporan penjualan buku terlaris di Indonesia, saya geleng-geleng kepala, sampe ngangguk-nggangguk juga, terus geleng-geleng lagi, terus ngangguk-ngganguk lagi, sampai pusing beneran. Gara-garanya baca judul teratas buku yang terjual paling laku di Indonesia adalah buku…. *jeng.. jeng..* POCONGGG JUGA POCONG.

How come? Bagaimana bisa? Kok iso?

Setelah manusia dikalahkan kepintarannya oleh monyet di Rise of The Planet of Apes,  sekarang kita dikalahkan oleh Pocong sodara-sodara. Pocong!! Iya, Pocong!! Pocong pacarnya kuntilanak, sodaranya Genderuwo, dan temennya Sundel Bolong. *nangis meraung-raung di batu nisan*

Lalu setelah baca isi buku ini pun, saya semakin menangis sambil geleng-geleng (lagi). Isinya sederhana banget. Bahkan mungkin kalian pun bisa nulis segokil ini. Intinya adalah (hanya) memanusiakan pocong, karena pocong sebenarnya (sebelumnya) adalah manusia.

Berangkat dari tergelitiknya si penulis, yang masih ditutupi identitasnya, melihat tren film horor di Indonesia yang mengarah ke film esek-esek dan juga lucu. Lalu sepertinya si penulis ini gatel pingin mengibaratkan pocong juga beraktivitas seperti manusia biasa. Seperti Pocong juga bisa kuliah, gentayangan di kampus buat belajar. Pocong bisa juga merasa bangga berbangsa & bertanah air Indonesia (kalah deh sama yang pada pesimis sama negara ini). Dan pocong juga bisa mendukung Timnas Indonesia dengan kain kafannya berwarna merah. Saya gak kuat buat upload fotonya, karena saya takut pocong. 🙁 Jadi silakan dilihat sendiri di blognya Pocong ya..

Berawal dari cuap-cuapnya di Twitter, yang sudah difollow lebih dari 800 ribu orang. Lalu ditambah ke blog. Dan sekarang buku. Aishhh…. Kenapa pocong? Kenapa oh kenapa? Saya merasa harga diri sebagai manusia diinjak-injak oleh pocong yang sedang lompat-lompat. 🙁

>>Ada yang tertarik bikin cerita gokil Pocong and The Gank? Itu membuat saya akan semakin menangis, karena sepertinya kok hidup setan-setan itu lebih happy tanpa beban daripada manusia. Huhuhu….

One thought on “Kenapa Harus Pocong?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *