Stop Laughing Please.. Can you?

Apa perasaanmu ketika pesan yang kamu maksudkan tidak tersampaikan?

Berteriak di depan orang-orang itu secara langsung?

Atau mencurahkan itu melalui status BBM, Facebook, ataupun Twitter? Di mana 140 karakter itu tidak cukup untuk menampung semuanya, karena rawan kesalahpahaman.

Dan sayang, saya bukan orang yang seperti itu. Saya lebih memilih untuk menuliskan semua ini di tempat ini.

Tempat yang bisa mendengar cerita saya tanpa banyak protes.

Tempat yang bisa mendengar cerita saya tanpa banyak tanya.

Tempat yang bisa mendengar cerita saya tanpa didengar sambil tertawa.

Tempat yang bisa mendengar cerita saya tanpa ada kesalahan maksud.

Tempat yang bisa mendengar cerita saya tanpa tanggapan sinis.

Awalnya, dan sesungguhnya. Saya adalah perempuan yang tidak bisa membiarkan “ketidakjelasan” itu terus berjalan. Saya akan berbicara dan mengungkapkan, supaya semua menjadi jelas, dan tidak ada pembicaraan diam-diam di belakang. Tapi sepertinya, hari ini telah mengubah saya untuk lebih baik diam dan membiarkan “ketidakjelasan” itu terus berjalan.

Karena hari ini, ungkapan saya ke mereka, ke forum itu, tidak ditanggapi dengan serius.

Seakan, saya ini cuma bercanda.

Seakan, ini masalah keluarga.

Seakan, ada “perang” antara kami.

Seakan, saya menjatuhkan dia.

Seakan, saya ini yang salah.

Padahal TIDAK!!

Saya tidak bercanda. Karena saya serius, seserius-seriusnya. So, please… listen to what I say without laughing, like that.

Ini bukan masalah keluarga, tapi ini masalah profesionalitas kerja 2 perusahaan yang bekerjasama.

Saya tidak menyulut genderang “perang”. Karena saya tidak bermasalah dengan orang tertentu.

Saya tidak menjatuhkan dia. Karena saya hanya akan meng”clear”kan masalah “ketidakjelasan” ini.

Saya tidak salah karena masalah ini. Tapi saya menyesal telah berbicara tadi. Kalau ternyata tanggapannya begini.

~~

Sesungguhnya yang saya maksudkan untuk berbicara di depan tadi adalah…

  • Menjelaskan mengapa nominal besar itu keluar.
  • Mengapa nominal itu melebihi nominal sebelumnya.

Ya, HANYA itu!!

Tetapi kenapa tanggapannya sungguh di luar dugaan.

Dengan tertawa, ada yang berkata “Wah, bakal perang saudara nih..”

>> Hellow…. Kami tidak berperang, di luar ini kami berhubungan sangat baik dan tidak ada masalah. Kalau begini, siapa sebenarnya yang mencampuradukkan masalah keluarga dengan pekerjaan? Sorry, it’s not me! It’s you.

Dengan tertawa, ada yang berkata “Silakan keluarga menyelesaikan sendiri.”

>> Hellow…. Dalam konteks ini, tolong keluarkan jauh-jauh kata “keluarga”. Ini urusan bisnis, dan yang menyelesaikan adalah manajemen kedua perusahaan yang bekerjasama ini. Bukan kami sebagai keluarga. Tetapi kalian sebagai perusahaan.

Dengan tertawa, ada yang berkata “Lho..lho.. Apa maksudnya?”

>> Okelah… Sepertinya saya salah tadi sudah bicara. Karena toh, ini bukan urusan saya. Jatuh-bangunnya tempat ini. Maju-mundurnya tempat ini. It’s not my bussiness!

~~

Akan jadi apa tempat ini kalau semua orang tidak bisa membedakan urusan keluarga dan urusan profesionalitas kerja??

Lalu menganggap apa yang saya ungkapkan tadi adalah masalah keluarga.

Mengganggap apa yang saya bicarakan tadi adalah hal yang lucu, lalu tertawa, dan akhirnya menjadi poin kecil dalam sebuah forum.

Bahkan saya yakin, notulen ungkapan saya mungkin akan diremas dan dibuang ke tong sampah, karena dianggap tidak penting.

~~

Oh please…. Think wisely!

Saya tadi berbicara bukan sebagai kapasitas “keluarga” dengan urusan pribadi.

Melainkan karena kepedulian saya terhadap tempat saya berdiri dan menggantungkan harapan hidup.

Juga karena kepedulian saya terhadap tempat “keluarga” saya berdiri dan menggantungkan mimpi-mimpinya.

Sesungguhnya saya ingin kedua tempat ini bisa bekerjasama dengan baik tanpa embel-embel “urusan keluarga”.

~~

Tapi sudahlah… peristiwa ini dijadikan sebuah pengalaman.

Bahwa mungkin pendapat saya sebagai orang dalam tidak ada artinya, karena tidak ditanggapi serius, melainkan menjadi bahan lelucon saja. Kalau begitu, lain kali saya tidak akan berbicara & mengungkapkan pendapat saya.

Bahwa mungkin, lebih baik saya hanya “nunut urip” di sini. Karena pendapat saya demi majunya manajemen tempat ini tidak ditanggapi dengan serius. Who am I? Nothing!

Bahwa mungkin, akan berpikir dua kali untuk melanjutkan kerjasama ini. Daripada menguras emosi, yang justru tidak menjadikan dewasa.

>> Today, i’m so sensitive with this case. But, i’m not in PMS (Pre Menstrual Syndrome). So, what I said in this post. Is totally seriusly. Please, listen it and stop laughing and being sarcastic.

2 thoughts on “Stop Laughing Please.. Can you?

  1. Dear Nonie,

    Aku akan berkomentar, karena aku peduli 🙂
    Dan aku sudah membacanya. Jadi apa yang sudah dibaca, bukankan harus ada timbal baliknya.

    Terkadang, profesionalitas itu ada di pada peringkat yang paling sering diucapkan di setiap perusahaan. Karena itu kemudian menjadi semacam kata kunci, untuk memisahkan mana masalah pribadi dan mana yang bukan.
    Tapi sebuah profesionalitas yang saklek, terkadang membuat seseorang terlihat seperti robot. Dan profesionalitas yang cuma diucapkan, mampu membuat porsi setiap orang menjadi kabur.

    Ini memang bukan perang keluarga, i know it. Dan aku yakin banyak yang memahami hal itu 🙂 Tapi entah kenapa, faktor itu sulit sekali lho ditepiskan. Seperti opa george yang menelisik korupsi dari segi hubungan kekerabatan. Ini memang tidak arif jika selalu menyangkut pautkan ke sana. Ya, aku setuju. Tapi perhatikan saja, tertawa-di tengah-meeting-karena-sesuatu-hal-sehingga-mengaburkan-masalah, itu sangat sering terjadi kan, di tempat ini khususnya.

    Bisa jadi dua hal, itu memang “cara yang berlaku” di sini. Atau cara lain supaya “pihak-pihak” yang dituju tidak merasa terlalu disalahkan. Even,itu memang salahnya.Dan tadi, banyak yang tertawa kupikir supaya suasana tidak terlalu tegang. Kalau ternyata tidak begitu motifnya, anggaplah begitu. Karena akan sangat capek jika terlalu memikirkan respon satu per satu orang yang ada di ruangan.

    Menurutku, apa yang kamu ucapkan tadi, tidak sepenuhnya akan ditulis di notulen lalu masuk ke tong sampah kok. Sisi positifnya, pihak-pihak yang bertanggung jawab akhirnya tahu apa masalahnya. Pimpinan tau, Keuangan tau, dan penanggung jawab juga tau.Kalau selebihnya, orang di luar itu nggak paham dan tertawa, ya abaikan saja. Tujuan sudah tercapai.

    Untuk banyak hal, memang kadang kita harus bermain dengan perasaan kita. Bagaimana caranya supaya tidak terlalu “sakit hati” atau “kesal”. Santai saja, dan usahakan tujuan paling utama tercapai. kerikil kecil di sekililingnya selalu ada kok say 🙂

    Jadi, siapa tahu kan yang dikira peduli itu ternyata tidak peduli. Dan sebaliknya, yang kita kira tidak mendengarkan itu sebenarnya sanagt mendengarkan.

    So,tetap semangat ya =D
    Kapan-kapan kita ngobrol lagi \(^0^)/

    1. Thanks dear, for your emphaty.
      I call it emphaty, because you know and undestand, what I mean. 🙂

      “Tapi perhatikan saja, tertawa-di tengah-meeting-karena-sesuatu-hal-sehingga-mengaburkan-masalah, itu sangat sering terjadi kan, di tempat ini khususnya.”

      >> Yaa.. You right. But I hate this. Sesuatu yang harusnya ditertawakan justru dianggap serius. Dan sesuatu yg seharusnya serius, tapi ditertawakan.

      “Bisa jadi dua hal, itu memang “cara yang berlaku” di sini.”

      >> Kalau memang benar, sungguh cara yang lucu. Tapi mau bagaimana lagi kalau memang itu yang terjadi di sini. Mau gak mau harus terima, karena aku bukan ownernya. 😀

      “Atau cara lain supaya “pihak-pihak” yang dituju tidak merasa terlalu disalahkan.”

      >> Hhmm…tapi ketika beberapa kasus yang menurutku biasa & tidak perlu dibesar-besarkan justru tidak “ditertawakan”. Semua bertampang serius & memojokkan orang yang dianggap salah itu. In this case is about my-cubicel-mate-story. You know it.

      Sepertinya benar, supaya maksudku itu tidak kabur, sebaiknya aku menuliskannya & mengirimkannya kepada beliau. Tidak dengan melempar, lalu mengungkapkannya di forum.

      Beliau adalah pembaca email & sms yang baik. Karena banyak pengalaman dari orang lain menunjukkan, kritikan & ungkapan yang dilontarkan melalui email / sms tersebut, direspon cepat, benar & sesuai maksud.

      Lain kali, sepertinya aku harus belajar utk seperti mereka. Mengungkapkan maksudku, kegelisahanku, melalui media teknologi itu.

      Once again, thank you dear.. Have a nice weekend! :*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *