Di mana kamu Mbak Femi?

Mohon doa untuk keselamatan seluruh penumpang pesawat Sukhoi yang hilang kontak di Bogor. Salah satu penumpang dikabarkan, FEMI.

Pesan singkat itu masuk di ponsel saya, saat baru saja badan ini rebah di kasur.

FEMI. Ini Femi Adi Soempeno yang saya kenal itu?

Mbak Femi – begitu saya memanggilnya, kakak angkatan saya di kampus, penulis produktif di penerbit tempat saya bekerja, dan yang saat ini bekerja sebagai wartawan Bloomberg.

Ingatan saya akan dia kembali pada dua tahun silam, saat dia – yang seorang yatim piatu, harus opname di rumah sakit karena sakit tipus. Saat itu Mbak Femi masih bekerja sebagai wartawan tabloid Kontan di Jakarta, dan ketika dokter berkata bahwa dia harus segera opname, dia menolak. Alasannya, mau opname asal di Jogja, kota yang hangat, sehangat sahabat-sahabatnya akan merangkulnya.

Di akhir pekan, kereta itu mengantarkan dia ke Stasiun Tugu Jogja, lalu taksi mengantarkannya ke rumah sunyi peninggalan orangtuanya. Seusai istirahat semalam, badannya tak kunjung membaik. Maka dia berniat untuk makan ayam dan minum jus jambu merah, yang katanya bisa menaikkan haemoglobin. Maka, berangkatlah dia ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masak dan berniat memasaknya sendiri nanti di rumah.

Di tengah jalan, kondisi semakin memburuk. Dia tidak kuat lagi meneruskan perjalanan pulang. Sehingga sepeda motor butut itu membelok ke Rumah Sakit Panti Rapih. Lalu akhirnya, menyerah juga dia pada jarum infus dan opname di rumah sakit terkenal itu.

Wow!

Hanya itu yang terucap saat mendengar dia menceritakannya dengan ceria. Dia wanita single yang tough, cheerful, friendly, dan independent.

Bukannya manja dan meminta tolong orang lain untuk merawatnya, menjemputnya, dan mengantarkannya ke sana kemari. Dia memilih untuk melakukan semuanya sendiri, selama dia mampu. Meski saya yakin, ketika dia berkata “minta tolong”, seribu tangan pasti akan sukarela menolongnya. Tapi dia memilih untuk mengendarai motor dengan tangannya sendiri, dan berjalan ke rumah sakit dengan kakinya sendiri.

Sejenak, pesan singkat di ponsel tadi membuyarkan pikiran saya akan dia.

Bagaimana keadaanmu sekarang Mbak? Baik-baikkah kamu di sana? Mbak Esti di sini menunggumu tanpa lelah, kakak perempuanmu satu-satunya itu tidak ingin kau meninggalkannya seorang diri. Bertahanlah Mbak, banyak sahabat-sahabatmu di sini menantimu.

Hope u’r fine Mbak Fem… They’ll find u. Keep fighting girl !! God bless u…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *