#Part5: Rasanya itu?

Rasanya mau menikah itu… Excited! Ya awalnya. Lalu ketika mendekati hari H-nya? Stresful! Serius.

Begini euforia emosi ketika saya (dan mungkin juga kalian nanti), akan menikah:

#1. Bahagia sangat, ketika impian menikah dengan orang yang dicintai, akhirnya direstui oleh orangtua dengan ikatan pernikahan yang sah.

#2. Ribet, saat harus mengurusi semua berkas-berkas administrasinya. Saya jadi rajin bangun pagi untuk pergi ke rumah Pak RT, Pak RW, Pak Dukuh, Kantor Kecamatan, Kelurahan, dan Gereja.

#3. Work out, rajin ngegym setiap sore, setelah tahu bahwa badan ini semakin melar. Saya enggak ingin, kebaya yang saya buat berakhir sia-sia di badan saya. Jadi olahraga ekstra itu jalan keluarnya.

#4. Rajin dengerin lagu-lagu cinta. Ya, boleh lah dibilang ini bawaan suasana. Tapi, ini juga dalam rangka membuat daftar lagu untuk dinyanyikan sang wedding singer. Permintaan khusus dari calon mempelai: “kami tidak menerima sumbangan lagu dari tamu.”

#5. Think small thing. Katanya, hal-hal kecil dalam pernikahan itu sering dilupakan, jadi mulailah harus belajar untuk memikirkan hal-hal yang kecil, yang bisa jadi besar di waktu yang tak terduga. Hasilnya? Saya jadi makhluk pikun dalam kerjaan, akhir-akhir ini.

#6. Gemes berat sama mama. Ya, saya butuh dipingit. Bukan sama calon suami, tapi sama mama. Okelah mari dimaklumi kalau jadi anak pertama satu-satunya di keluarga & punya mama yang perfeksionis, idealis, dan sensitif. Pingin invisible rasanya, lalu baru available setelah semuanya beres.

#7. Browsing resep masakan rumahan. Bukan mentang-mentang karena saya editor buku masakan. Tapi karena mama pake acara cerita ke ibu calon mertua, “Noni itu enggak bisa masak lo Bu..” Damn! Baiklah mama, akan kubuktikan bahwa aku bisa memasak sekalipun itu sangat sederhana. Dan itu akan dimulai dengan…. Balado Telur.

Ada cerita khusus di balik masakan ini. Karena sejak bulan ketiga kami berpacaran, saya udah terlalu pede bilang ke calon suami, “besok tak buatin balado telur.” Tapi hasilnya? Menginjak tahun keempat kami berpacaran, sampai mau menikah, janji itu tidak terealisasi. So.. Balado Telur, bersiaplah!

#8. Browsing rumah mini minimalis. Rumah kami memang mini, jadi harus dikonsep minimalis yang elegan, dan pastinya harus sesuai budget. Nah, itu dia masalahnya. Duitnya kekuras di biaya pernikahan. Jadi, rencana memperbaiki rumah & belanja perabot harus ditunda sampai waktu & keuangan yang tepat itu tiba.

#9. Rajin coret-coret kalender. Ya, saya baru belajar bagaimana menghitung masa subur. Pinginnya sih masa pacaran ini diextend dulu paling enggak sampai tahun 2013. Jadi.. harus rajin menandai kalender.

#10. Stresfull ketika bangun tidur melihat penampakan di wajah. Jerawat muncul 2 di dahi. Bekas luka di kelopak mata & di bawah bibir (entah karena apa, mungkin saya tidurnya terlalu heboh). Muka kusam. Oh no!!

#11. Rajin mengkhawatirkan banyak hal. Ya.. mungkin ini yang dibilang sindrom pra-nikah. “Jangan-jangan…”, “Aduh nanti kalau begini gimana?”, “Aduh saya belum siap kalau harus begitu,” dll. Tapi semuanya harus diimbangi dengan doa yang banyak, bahwa semua ini adalah rencana indah yang sudah dirancang-Nya, dan bersama Dia semua akan baik-baik saja.

Ahh… sudahlah.. Kata mereka yang sudah pernah melewatinya, “Just enjoy the process.”

Ya.. ya.. let’s enjoy it Noni!!

 

Foto diunduh dari:http://www.emynadira.com/2011/08/friendship-in-rising-thunder.html

One thought on “#Part5: Rasanya itu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *