Petang ini, di penghujung bulan Agustus, terjadi sebuah tragedi yang menyakitkan. Benar. Sakit. Sampai-sampai membuat saya susah menapakkan kaki kiri untuk berjalan.
Ya. Saya jatuh dari motor. Sebuah kecelakaan tunggal yang membuat saya menggelepar di pinggir jalan dengan kaki kiri ketibanan badan motor.
Ahh… Apes memang.
Baru 1 minggu ini saya aktif sebagai pengendara motor matic. Sebelumnya, ya kadang-kadang saja saya pakai motor jenis itu. Tapi setelah menikah, saya naksir motor suami, jadi saya sabotase motor aitakatta itu untuk aktivitas saya sehari-hari.
Mungkin karena baru adaptasi, apalagi dengan remnya, maka terjadilah tragedi ini.
Saya mengerem cukup mendadak, karena ingin berhenti di depan toko buah, yang saya agak lupa letak persisnya. Hampir kebablasan, jadi kedua handrem itu saya tarik kuat.
Nah parahnya, saya baru tahu kalau ternyata di depan toko itu, ada pasir dan kerikil di perbatasan aspal dan jalan masuknya. Akibatnya, sukses sudah saya jatuh ke kiri, dengan telapak kaki kiri yang tertindih badan motor.
Aww…. Sakitnya…. Susah dideskripsikan. Dengan melihat kondisi stiletto 8 centi saya yang peyok sampai ke depan, bisa dibayangkan kan betapa merananya kaki kiri ini.
Bahkan setelah motor diangkat pun kaki ini sudah tertatih-tatih. Sampai di rumah, melakukan semuanya sendiri dengan kaki yang tertatih-tatih juga.
Lalu, setelah suami pulang, dia segera melakukan P3K dengan mengoleskan obat memar dan membebat kaki saya seperti ini.
Emmmuuuwaaahhhh deh buat suami tersayang ini.
Tapi sekarang, sudah terasa betul sakitnya. Saya susah sekali menapakkan kaki ini. Saya sudah berjalan. Akibatnya, saya benar-benar tergantung dengan suami saya.
Gara-gara tragedi ini pula, saya harus rela men-cancel semua aktivitas saya di hari Sabtu dan Minggu, persis di awal bulan September.
Saya harus batal memanjakan diri di salon. Juga batal untuk ikut njagong manten di pernikahan keluarga. Serta… batal ikut syawalan di perumahan.
Oh… Noo!!!
Tapi.. tapi.. Ini demi kaki saya. Demi rencana kami untuk backpacking ke Bandung besok pertengahan September, di mana kesehatan kaki sangat dibutuhkan.
Yaaahhhh….. Yang sabar ya Noni… Saatnya isi waktu dengan nonton TV, baca buku, dan nulis-nulis.
*meringis nahan sakit*
One thought on “Kakiku Sayang, Kakiku Malang”