Happy Pregnancy

Menjalani proses kehamilan itu sangat menyenangkan.

Mengetahui perkembangan janin dari minggu ke minggu. Merasakan perubahan tubuh (sekecil apapun), bikin saya takjub sama karya Tuhan. Dulu cuma titik kecil, lalu suara detak jantung terdengar keras, lalu anatomi tubuhnya mulai berkembang lengkap, dan sekarang tendangan serta tonjokan yang semakin keras sering bikin saya kaget dan merasa sakit kecil di perut.

Tapi, semuanya itu harus dinikmati. Bukankah ini seninya hamil? 😉

Kebetulan, saya bukan ibu hamil yang hobi memanfaatkan kondisi hamil ini. Minta selalu dianterin karena hamil. Minta dibeliin ini-itu karena hamil. Minta selalu dipahami karena hormon psikis hamil, dll. Untunglah banget, saya tidak mengalami semua itu. Jadi si bapak lebay itu juga seneng-seneng aja, karena si emak ganjen ini enggak ngidam dan ngrengek abis minta dibeliin ini-itu.

Paling si bapak lebay ini bingung abis, saat saya tiba-tiba nangis saat kangen mama di rumah atau nangis saat ngelus-elus perut dan ngobrol sama si baby ini. Hehehe….

Tiap ibu hamil itu punya cerita, pengalaman, dan rekam medis yang beda-beda. Dan semua itu enggak bisa disamain. Ada yang bilang kalau kamu begini, jadi begitu. Kalau makan ini, bikin jadi begitu. Jujur, sebagai ibu muda yang baru pertama kali mengalami kehamilan, cerita-cerita mereka bikin saya keder dan mikir.

Tapi, kata-kata sang dokter mengingatkan saya.

“Biasanya, temen-temen yang udah pernah melahirkan, apalagi yang udah lebih dari sekali, cenderung lebih sok tau. Berasa udah pengalaman, jadi merasa lebih jago ketimbang yang lain.”

Nah, kalau sudah terjebak dalam obrolan yang terkesan “menceramahi” dari seorang teman atau saudara itu, saya belajar untuk membalasnya dengan kasih smiley aja. Tujuan mereka kan pasti baik, demi kebaikan saya dan janin ini. Cuma mungkin, caranya yang terkesan sotoy, padahal dokter aja juga bukan. Hihihi…

Satu-satunya ucapan yang paling saya dengerin adalah kata-kata dokternya. Itulah kenapa tiap kontrol, saya enggak mau sia-sia bayar mahal hanya untuk timbang berat badan, cek tensi, dan USG doang. Saya harus memanfaatkan pengetahuannya, dengan banyak bertanya. Kenapa begini, kenapa begitu. Kalau begini baik atau tidak. Kalau begitu normal atau tidak.

Untungnya juga, saya punya suami yang proaktif banget dengan istilah-istilah kehamilan. Ketika hasil USG diprint, enggak serta merta diterima dan disimpan di album begitu aja. Dia bakal cari tahu itu artinya apa, trus mbaca hasil USG itu gimana, dan kalau ada yang enggak jelas besok saat kontrol akan ditanyakan.

Dan itulah kenapa saya terharu saat si bapak lebay ini, “memaksa” temen-temen kantornya untuk menunda keberangkatan perjalanan dinasnya, demi nemenin saya kontrol. Karena anak ini adalah anak kami berdua, bukan cuma anak saya. Jadi, setiap perkembangannya sejak dalam kandungan pun dia musti update.

Makasih sayank…. :*

*kode* biar si bapak lebay cepet balik dari Jepara. 😉

>> Miss you bapak, ditunggu anaknya di rumah. Pingin nendang dan nonjokin tangannya bapak lagi. :*

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *