Envy itu Public Enemy

Cek hati, karena diam-diam kita pasti pernah iri hati.
Cek hati, karena diam-diam kita pasti pernah iri hati.

Envy itu pembunuh hati nomor satu.

Ya, ya, ya… I know… Tapi siapa sih yang enggak pernah ngerasa iri hati. Lihat sahabat nikah duluan, iri. Lihat teman dapat suami sukses dan kaya raya, iri. Lihat anak teman sudah bisa ini-itu, iri. Lihat teman bisa beli rumah dan mobil, iri.

Ahh… Sadar enggak sadar. Diakui enggak diakui. Diem-diem, perempuan itu gudangnya menyimpan iri hati.

Meski sejujurnya kita ikut bahagia atas pernikahan sahabat, tapi denger sahabat nikah duluan, rasanya itu… “Duh, kok keduluan.”

Meski cinta setengah mati dan tidak pernah menyesal menikahi suami yang enggak tajir-tajir amat, tapi tetep aja mikir…. “Andai suamiku sekaya suami dia. Bisa beli tas Louis Vuitton enggak usah mikir.”

Meski sadar bahwa pertumbuhan anak itu berbeda-beda, tapi lihat anak temen lebih cepet bisa itu bikin…. “Khawatir nih, anakku normal enggak ya.. Kata dokter sih normal, tapi kok tetep aja bikin mikir.”

Meski tahu betul kenapa temen bisa beli rumah dan mobil, sedangkan kita mungkin belum, tetep aja deh…. “Ayo dong sayang… Kita beli rumah itu, beli mobil itu.” Alasannya karena butuh, padahal enggak mau kalah saing.

Coba deh kalau semua itu sebaliknya.

Kita yang nikah duluan. Suami kita yang lebih sukses, kaya raya. Anak kita yang pinter, cerdas, bisa ini-itu. Kita yang duluan punya rumah dan mobil.

Yakin, mungkin kita enggak akan se-envy itu.

Duh..duh.. repot ya jadi perempuan. Semua tindakan ditanggapi dengan hati.

Jujur, saya pernah ada dalam fase off buka facebook. Karena tiap buka facebook dan lihat update-an temen yang ini-itu, sering bikin envy. Mau cuma buka home-nya aja, tapi kok update-an dari temen selalu muncul di halaman depan. Mau enggak stalking, tapi kok ya gatel pingin tahu. Okey… Sign out. Libur facebook-an dalam waktu yang tidak bisa ditentukan. (it was)

Hahaha… Geli sendiri deh.

Padahal jelas-jelas Tuhan itu melarang umatnya untuk iri hati. Tapi kok ya susah ya.. Ah, dasar wanita.

Ups, enggak boleh senggol-senggol gender ya… Karena envy itu bisa menyentuh siapa aja, pria ataupun wanita. Cuma pengalaman pribadi, sepertinya wanita yang lebih sering kesentuh.

Sudah ah.. Kalau Tuhan sudah melarang, ya seharusnya kita enggak boleh melakukannya. Baik envy yang diwujudkan dalam tingkah laku, ataupun dalam pikiran. Karena setiap orang punya jalan hidup dan ceritanya sendiri-sendiri.

 

sumber foto: www.mynewnormals.com

2 thoughts on “Envy itu Public Enemy

  1. Kalau enggak nahan ngirinya, aku logout dulu mak, nonton tipi atau tidur heheheee…. Daripada jadi penyakit hati & kitanya berubah nyebelin.

  2. Iya juga ya, kadang sifat ini suka muncul kalau lihat “rumput orang lain rasanya lebih hijau”, apalagi kalau lihat kronologi teman di fb. Makasih sudah mengingatkan, suka ending-nya… 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *