Sebelumnya saya pernah cerita di sini, bahwa Aluna itu sering batuk. Dibanding demam atau pilek, frekuensinya lebih sering batuk-nya. Kalau demam, paling lama 2 hari udah normal. Kalau pilek, paling lama 3 hari udah reda ingusnya. Nah, kalau batuk bisa sampe seminggu, dua minggu, bahkan lebih!
Dan kalau udah batuk, bisa sampe muntah. Udah susah-susah nyuapin, eh.. pas tidur terus batuk-batuk, langsung deh dimuntahin semua yang dimakan barusan. Aduh-aduh, stres berat rasanya. Naikin bb anak itu susah, ini turunnya gampang banget.
Belum lagi, efek batuknya Aluna itu bisa sampai ke telinganya.
Suatu hari, saya melihat telinganya Aluna keluar cairan seperti nanah dan berbau. Langsung deh, saya bersihin sampai habis cotton bud berbatang-batang. Ilang sih, tapi beberapa jam kemudian muncul lagi. Setelah saya bawa ke dokter THT, barulah saya tahu bahwa itu adalah infeksi telinga. Karena saluran tenggorokan dan telinga anak bayi itu pendek, jadi batuk yang berkepanjangan efeknya bisa seperti ini. Harus segera diobati, kalau enggak lama-lama saluran pendengaran ini bisa tertutup, lalu pendengaran anak bisa terhambat.
Ckckck.. Kayaknya “cuma” batuk ya.. Tapi buat anak kecil, batuk itu menyiksa banget. Tidur enggak nyenyak, makan enggak enak, bb turun drastis.
Sampai di suatu titik, saya capek. Capek ngobatin terus. Kasian Aluna juga batuk dikit diminumin obat. Satu sisi saya pingin minta ke dokternya untuk ngasih antibiotik aja biar cepet sembuh. Tapi di sisi lain, sekarang kan lagi santer “bijak antibiotik” ya. Saya pun jadi ragu untuk minta antibiotik. Nurut dokter aja deh, mau ngasih apa enggak. Saya enggak mau minta-minta. Enggak mau sotoy. Bukan lulusan kedokteran juga. Hehehe…
Sampai suatu hari, saya nemu poster ini dari bijak-antibiotik.
Manggut-manggut deh sekarang. Baru nyadar, bahwa tindakan bu dokternya Aluna itu benar. Meski batuknya udah lewat dari dua minggu, tidak lantas diberi antibiotik. Melainkan merujuk untuk tes mantoux atau tes untuk mengecek flek paru/TB paru atau tidak. Setelah hasilnya ternyata negatif, barulah tes alergi.
Dan benar kan, Aluna ini alergi.
Alergi itu enggak bisa dihilangkan dengan antibiotik. Ilangnya cuma dengan menjauhkan dari pencetusnya. Mau digelontori obat seberapa banyak, atau bahkan antibiotik seberapa rajin, kalau enggak dijauhkan dari pencetus, ya enggak bakal ilang.
Dalam hal ini Aluna alergi debu, terutama debu jalanan.
Kemarin pas musim kemarau yang panasnya naujubilah, debu vulkanik dari Gunung Kelud yang sebelumnya enggak keliatan itu, muncul lagi. Kering dan berterbangan kemana-mana.
Trus, rumah kami kan di jalur antar-provinsi ya.. Dan kemarin juga gara-gara Jembatan Comal ambles, maka truk-truk dialihkan lewat jalur selatan. Lengkap deh debunya. Dan lengkap juga bikin Aluna batuk-batuk enggak berhenti-berhenti.
Kata mama saya, alergi pada anak itu bisa sembuh sendiri. Seiring dia makin besar dan makin terbentuk antibodinya. Semoga benar ya.. Orangtua mana sih yang pingin anaknya sering sakit, sehingga saking striknya menjaga akhirnya tubuh jadi manja.
Puji Tuhan, sekarang udah musim hujan. Enggak cuma petani aja yang seneng karena sawahnya enggak kering lagi. Tapi juga saya, karena Aluna enggak sakit batuk lagi. Horee…
Ups, semoga hujan enggak bikin anak kalian malah pilek ya.. Saya doain anak kita sehat selalu. Jauh dari segala sakit penyakit. Aminn…
kalau saya, sejak anak saya pertama kali terkena batuk, hingga sekarang, saya tidak pernah membawanya ke dokter atau memberinya obat. Saya hanya sering memberinya minum air putih hangat, banyakin makan buah dan sayuran
Terima kasih, informatif! Oke, jadi kuncinya banyak2 minum air putih ya… saya ingat2 itu