Aku Tahu Mama Sayang Aku

Sadar enggak sih, di era socmed ini mommies war semakin kenceng. Lihat anak orang enggak diminumin ASI, langsung dicecar. Lihat anak orang dikit-dikit dikasih obat kimia, langsung diceramahin. Lihat anak orang ditinggal emaknya ngantor, langsung dikatain si ratu tega. Lihat anak orang  udah makan sebelum usia 6 bulan, langsung diomelin. Lihat anak orang udah disapih sebelum 2 tahun, langsung disindir. Lihat anak orang dikasih makan yang bukan MPASI homemade, langsung disalah-salahin.

Katanya sih, “Stop bullying”. Tapi tanpa disadari, tangan kita bergerak lebih cepat ketimbang mulut dan kepala. Komentar kita mungkin menyakiti, menghakimi, menggurui, bossy, atau bahkan sok tahu.

Siapa sih emak yang pingin anaknya celaka? Induk kucing aja menjaga anaknya baik-baik, apalagi kita seorang ibu.

Saya percaya 100%, semua yang dilakukan oleh seorang ibu adalah yang dinilai terbaik untuk anaknya. Siapa yang menilai? Ya ibu dan ayah anak itu, serta keluarga terdekatnya. Bukan kita, yang mungkin hanya orang luar.

Kadangkala alibi kita itu, “aku kan cuma ngingetin… pilihannya ya terserah dia.” Tapi sadar enggak sih, kita mungkin kurang bisa menata bahasa tulisan supaya lebih “ramah” lagi. Sehingga, siapa yang sangka kalau komentar kita ternyata bikin dia sakit hati berhari-hari. Iihh… kejam deh. Kalo gini, bullying-nya emak-emak enggak kalah sama bullying-nya anak remaja.

Kita capek-capek mikirin anak orang lain, cara asuh orangtua lain, atau bahkan kebiasaan keluarga lain. Padahal yakin juga 100%, anak kita enggak peduli sama hal-hal yang kita ributin.

Mereka menikmati pemandangan rutin tiap pagi, saat kita buru-buru nyuapin sarapan karena dikejar waktu kerja.

Mereka makan dengan lahap dan paham, saat kita menyiapkan MPASI instan karena lelah dan ribet.

Mereka tetap menatap kita dengan bahagia, saat minum sufor yang kita siapkan, karena tahu ASI ibunya tidaklah lancar.

Mereka akan teriak dengan mesra, “Mama kok malah tidur sih!?”, karena kita ketiduran saat menemaninya bermain seharian.

Mereka akan berkata dengan semangat, “Aku akan sehat selalu, Mama”, saat kita memutuskan untuk tidak memberinya imunisasi tertentu.

Mereka akan tertidur dengan pulas, saat malam itu kita tidak bisa mendongengi-nya karena lelah bekerja seharian.

Mereka akan maklum saat sepeda impiannya tidak kunjung juga dibelikan, mungkin bulan depan Papa dan Mama punya uang.

Mereka yakin bahwa kita mencintainya setulus hati, saat kita berlari-lari ijin pulang kantor lebih awal, karena dikabari bahwa dia mendadak panas.

Mereka percaya bahwa kita tetaplah ibu yang peduli padanya, meski terpaksa menitipkan di daycare karena harus bekerja seharian demi masa depannya yang lebih cerah.

Mereka tetap menganggap kita ibu terhebat dan terkeren sedunia, sekalipun tidak bisa menemaninya mengerjakan PR karena harus lembur di kantor.

Mengasuh anak itu seperti menganut suatu agama. Ya, asuhlah anakmu sesuai dengan iman dan kepercayaanmu.

9 thoughts on “Aku Tahu Mama Sayang Aku

  1. Saya punya cara sendiri mengasuh anak. Berusaha memberikan ASI & ASIP, MPASI rumahan dan lainnya. Tapi saya juga gak memakakan ibu lain untuk mengikuti cara saya. Kalau ada yang tanya dijawab, kalau tidak cocok ya dibiarkan saja. Kalau lihat yang saling bully, mending mengingatkan atau diam saja. 🙂

  2. Hooo… iyaa betul banget. Perdebatan itu akan slalu terjadi. Aku juga termasuk orang yang gak musingin sama urusan orglain sik. Mau anaknua dikasih sufor kek, asi kek. Whatever! Semua ibu tau apa yang terbaik untuk anaknya. Itu yang penting. Thanks untuk quotenya yang bikin trenyuh pagi ini 🙂

    1. Perempuan biasanya suka ngurusin orang lain. Beda sama laki-laki yg cenderung lebih cuek. Tapi tergantung orangnya juga sih.. Semoga kita bisa jadi ibu yg enggak senyinyir ibu2 lain ya, Mak.. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *