Rasanya hampir semua orangtua ingin anaknya jauh lebih pintar, lebih hebat, dan lebih sukses ketimbang dirinya. Begitu pula dengan saya. Saya ingin Luna tumbuh jadi anak yang sehat, pintar, baik budi pekerti, dan taat pada Tuhan.

Dalam mendidiknya menjadi anak pintar, saya menyadari satu hal. Bahwa pintar bukan berarti seorang anak bisa meraih nilai akademik yang tinggi. Bukan berarti berhasil masuk kelas IPA, bukan berarti berhasil lulus UN, bukan pula berarti lolos SBMPTN dan masuk jurusan Kedokteran. Saya percaya, semua anak itu spesial dan istimewa. Begitu pula anak saya.

Kalau ikan bisanya berenang, kenapa dia harus dipaksa terbang? Kalau anak lihai kesenian, kenapa saya harus memaksanya les matematika sampai malam? Kalau belajar tidak hanya duduk manis sambil membaca dan mengerjakan soal, kenapa saya harus mengekangnya dengan tidak boleh main keluar?

Bagi saya, belajar boleh di mana saja. Sambil jalan-jalan pun kita bisa belajar banyak hal.

Luna masih 2 tahun. Perjalanan saya sebagai orangtua dan Modern Mama versi saya masih panjang. Saya harus menggali banyak hal potensi dalam dirinya. Jadi ketika weekend saya sering mengajaknya jalan-jalan.

Ke planetarium, supaya dia tahu bahwa kita tinggal di bumi yang cuma serpihan debu di antara semua benda-benda langit. Ke pantai, supaya dia tahu bahwa meski 70% bumi adalah air, kita tetap harus hemat air. Juga ke akuarium raksasa, supaya dia mengenal banyaknya binatang laut yang juga ciptaan Tuhan.

Dari jalan-jalan dan bermain itu, saya percaya bahwa suatu hari saya pasti akan tahu potensi dirinya. Entah itu jadi chef, musisi, pelukis, atau apapun itu, semua pasti baik buatnya. Bukankah kita Modern Mama seharusnya berpikir terbuka, bahwa orang hebat bukan hanya insinyur ataupun dokter?

Semoga kita bisa jadi Modern Mama yang hebat ya.