Aturan pertama baca tulisan ini. Saya ini ibu golongan pro-imunisasi. Jadi sebelum dilanjutkan bacanya, jangan cela, jangan protes, dan jangan persuasi ke saya tentang kepercayaan kontra-imunisasi. Yakin, itu cuma bikin kalian capek. Karena saya tidak peduli. Saya percaya imunisasi. Titik.
Aturan kedua. No moms war ya.. Ini kepercayaan saya, itu kepercayaan kalian. Mari asuh anak sesuai kepercayaan kita masing-masing. *salim dulu*
(Baca: Aku Tahu Mama Sayang Aku)
Imunisasi itu murah-murah mahal ya.. Murah kalau imunisasi dasar. Mahal kalau imunisasi tambahan. Kalau imunisasi dasar, ke puskesmas aja bisa gratis. Atau ke bidan cuma bayar 20rb atau 40rb. Tapi kalau imunisasi tambahan, harus ditangani sama dokter anak, dan minimal kantongin duit 500rb sekali suntik.
Pas pertama kali Luna imunisasi, saya masih perfeksionis. Maunya diimunisasi di dokter anak. Bidan, enggak level. Apalagi puskesmas. Males banget. Gaya banget ya? Emang. Ckckck…
Dan saya maunya Luna dikasih imunisasi yang anti panas. Jadi, bisa dibayangin berapa duit yang harus dikeluarin? Minimal 500 ribu!
Waduh, kalau tiap bulan harus ngeluarin duit sebanyak itu bisa tekor nih. Emang sih, bisa dicover sama kantor. Tapi biaya kesehatan kan ada plafonnya. Dan plafon kesehatan untuk anak seberapa sih? Enggak lebih banyak ketimbang plafon kesehatan saya. (Yaiyalah, secara saya yang kerja) Padahal yang bakalan lebih sering membutuhkan dokter, Luna bukan saya. Bisa-bisa plafonnya habis terlalu cepat, cuma untuk sekian kali imunisasi.
Apalagi, saya maunya Luna diimunisasi komplit. Enggak cuma imunisasi dasar aja, tapi juga imunisasi tambahan. Sekalipun orang-orang banyak yang bilang, “Imun dasar aja itu udah komplit kok.”
Saya mah mikirnya enggak. Virus itu kayak gadget, makin tahun makin berkembang. Trus imun dasar itu dikasih gratis dan murah sama pemerintah karena mereka kasih subsidi ke imunisasi itu. Kenapa kasih subsidi? Karena penyakit yang disebabkan virus itu banyak berkembang di Indonesia. Makanya biar menekan jumlah orang sakit karena virus itu, salah satunya ditangkal dengan imunisasi dasar itu. Nah.. kalo imunisasi tambahan, belum keliatan banyaknya penyakit yang ditimbulkan oleh virus itu. Makanya belum dijadikan imunisasi dasar yang wajib. Dan enggak menutup kemungkinan, salah satu imunisasi tambahan itu suatu saat akan naik grade jadi imunisasi dasar yang wajib (dan disubsidi pemerintah, dan murah). Tapi kapan? Hanya Tuhan dan MenKes yang tahu.
Makanya, saya mau sedia payung sebelum hujan. Meski imunisasi itu enggak menjamin kesehatan anak, tapi ya sedia payung sebelum hujan itu tadi.
Jadi untuk memenuhi keinginan itu tadi, mau enggak mau saya harus nurunin standar dong ya.. Masak mau enggak makan demi imunisasi mencekik leher itu. Bisa-bisa produksi ASI enggak lancar nanti. Trus enggak bisa me time, spa dan massage cantik di salon.
Setelah timbang sana, timbang sini. Akhirnya saya dan suami bikin manajemen imunisasi seperti ini:
Imunisasi yang pakai panas.
Ternyata enggak semua imunisasi itu bikin panas. Cuma imuns DPT doang yang bisa bikin panas. Lainnya enggak. Padahal udah diimuns tanpa panas, bisa aja panas lo.. Tergantung daya tahan tubuh anaknya saat itu. Jadi sama aja dong ya?
So, imuns DPT tanpa panas ke Luna cuma sekali doang pas pertama kali. (Pas saya masih gaya tingkat dewa). Sisanya yang pake panas. Dan sebelum dia panas tinggi, pas abis imuns langsung dikasih Sanmol. So far, its works! Panasnya enggak sekiamat yang saya bayangin. Undercontrol dan sehari doang.
Imunisasi dasar di bidan.
Makan tuh kesongongan! Imunisasi di bidan dan puskesmas itu tetep berkelas tauk! Obatnya sama, fungsinya juga sama. Kalau ada yang lebih murah di situ, kenapa harus maksa bayar mahal di rumah sakit.
Kalau saya kasih Luna imuns di bidan. Kalau di puskesmas harus ijin ngantor telat. Tapi kalau di bidan, jadwalnya pasti pas weekend pagi. Bidan yang bener-bener pengertian sama derita ibu-ibu pekerja deh. Bidan Umi Latifah. Bidan tenar di Sedayu City. Persis di sebelah daycare-nya Luna. Jadi sambil nunggu antrian, Luna suka kebablasan jalan masuk ke daycare-nya. Main ayunan. -___-
Imunisasi tambahan di dokter anak.
Kalau yang ini mau enggak mau harus dilakukan oleh dokter anak. Tapi demi menghemat uang, tenaga, dan bensin. Saya imunisasi Luna ke tempat praktek dokter anak, bukan di rumah sakit.
Kalau ke rumah sakit, mahal bo! Belum bensin buat jalan ke sana abis berapa. Trus, biaya administrasi rumah sakit. Mana cuma bisa pagi doang, dan artinya saya harus ijin ngantor telat dong. Duh…
Masih mending loh, di Jakarta ada Rumah Vaksin, yang bisa kasih imunisasi dengan harga relatif murah. Di Jogja? Mana ada… Belum ada kali ya..
Jadi kalau Luna, imunisasi tambahan di tempat prakteknya Dokter Ratnaningsih di Apotek Sedayu. Kebetulan, dokter Ratna emang yang pegang Luna semenjak abis lahir. Dan tempat prakteknya deket rumah. Horee.. Hemat bensin deh.
Klaim biaya imunisasi tambahan ke kantor.
Ini dulu loh ya.. Sebelum BPJS mengubah sistem asuransi kesehatan kami semua di kantor ini. Jadi, plafon biaya kesehatan Luna cuma dipakai untuk bayar imunisasi tambahan dan kalau dia sakit priksa ke dokter. Lainnya enggak.
Klaim imunisasi tambahannya aja pun cuma beberapa kali aja. Kan ada plafonnya.
Untungnya BPJS ini baru berlaku pas imunisasi tambahan Luna udah selesai. Jadi, masih terselamatkan deh keuangan rumah tangga ini, dari biaya imunisasi tambahan yang mencekik dompet. :))))
Bayar sendiri biaya imunisasi dasar.
Kalau imunisasi dasar kan relatif murah ya.. Ketimbang 20rb di-reimbursh ke kantor, gak pa-palah bayar sendiri.
Tapi besok kalau Luna punya adik, bakalannya dibalik deh. Imunisasi dasar yang dicover BPJS, imunisasi tambahan yang bayar sendiri. -____-
Hak yak! Nabung dulu dari sekarang!
Mak noni tinggal di sedayu? Aku dulu juga tinggal disana di rumah dinas puskesmas sedayu 2 belakang kecamatan sedayu persis. Aku juga sempat pindah ke sedayu 1 sebelum pindah ke sewon 1. Dan aku juga kenal tu sm bu bidan umi latifah
apalagi sm dr.ratna yg praktek di apotek sedayu. Itu juga dokter langganannya Tayo jaman masih di sedayu…hehe…jadi kangen sama sedayu city ^^
Waa… ayok main sini Mak. Kita nostalgia sama Sedayu City. Makin rame sekarang. Hehehe..
Salam kenal Mak. Anak saya yang pertama imunisasi di dokter smua xixi. Lumayan bingits deh. Untuk anak yang kedua kalau imunisasi yang ‘wajib pemerintah’ si saya mau ke puskes atau bidan aja in syaa Allah.
Hai, salam kenal Mak Heni.
Horee.. mau punya anak lagi. Xixixi…
Imunisasi tambahan lebih mahal ya, mak? Biasanya anak imunisasi di sekolahnya ya. Sekarang kayaknya harus ngurus sendiri.
Iya Mak.. Apalagi yg IPD/PVC tuh. Hampir 1 jutak. >.< Kalo yg di sekolah, aku belum tau. Anakku belum sekolah jdi belum bs cerita.