#MyLifeAsEditor10: Saya Suka Freelancer Seperti Ini

source pic
source pic

Saya bukan seorang freelancer, tapi pekerjaan membuat saya sering berhubungan dengan freelancer. Dari situ saya memilah freelancer menjadi 2 tipe; fulltime freelancer dan parttime freelancer.

Untuk fulltime freelancer, pemasukannya tiap bulan benar-benar ditentukan dari berapa job yang dia terima bulan itu. Sedangkan parttime freelancer, pemasukannya tiap bulan adalah dari gaji bulanan di tempat dia bekerja tetap dan tambahannya dari bayaran job freelancenya.

Karena hampir tiap hari berhubungan dengan freelancer, daftar stok freelancer di database saya pun ada banyak. Tapi masalahnya, tidak semuanya rutin saya order. Alasannya biasanya, hasil kerjanya tidak maksimal, deadline pengerjaan selalu molor, bayarannya selalu minta naik terus, attitude-nya enggak banget, susah dihubungi, dan suka tiba-tiba menghilang kalau ditagih deadline.

Jadi, buat yang bener-bener mau menekuni profesi sebagai freelancer, saya bantu dengan memberi list hal-hal yang saya suka dari freelancer ya. Supaya job freelancenya lancar dan awet diorder terus.

1. Pakai smartphone dan digunakan dengan maksimal.

Hari gini yahh.. Kalau mau maju mending pake smartphone deh. Lagian harga smartphone udah murah-murah. Tapi, smartphonenya jangan cuma dipake buat fesbukan atau instagraman. Gunakanlah dengan maksimal.

Seperti.. Aktifkan layanan push email dan instal Whatsapp atau BBM.

Kenapa? Karena tiktok-annya bakal lebih cepet dan lebih murah biayanya, ketimbang harus telepon atau smsan. Dan tiap saya kirim email, enggak perlu sms “Mbak/Mas, sy kirim email ya. Tlg dicek.” Duh, buang pulsa dan buang waktu banget.

Paling asyik lagi kalau mereka itu fast respond. Entah di Whatsapp, BBM, bahkan di email.

2. Tepat deadline yang sudah disepakati.

Ini nih… Kelakuan orang Indonesia, enggak cuma suka molor di waktu janjian, tapi juga deadline kerja. Dan itu masalah bangett.

Molornya pekerjaan dari freelance itu bakal ngaruh ke pekerjaan selanjutnya loh. Semacam rantai yang saling berkait gituh. Dan itu nyebelin banget.

Mendingan gini deh, tiap diorder, obrolkan dulu deadlinenya kapan. Lalu ukur diri dengan pekerjaan orderan lainnya serta kesibukan lainnya, kira-kira mampu apa enggak ya. Kalau mampu, ya berarti harus komit bener-bener mampu. Kalau enggak mampu, negosiasikan dengan pemberi pekerjaan. Biasanya mereka mau diajak kompromi waktu kok.

Setelah itu, kalau semua udah disepakati ya usahakanlah selesai tepat waktu. Lagian kalau bisa selesai sesuai deadline kan pembayaran jobnya bakal cepet cair. Sama-sama diuntungkan, kan..

Paling asyik kalau selesainya sebelum deadline. Hasilnya maksimal pula. Wahh.. Bakalan awet deh kerjasama bareng orang seperti itu.

3. Nawar fee enggak kebangetan.

Nih, paling sebel ketika ketemu freelancer yang udah nawarnya kebangetan, selesainya enggak sesuai deadline, dan kalau dihubungi susah banget.

Tiap perusahaan punya standar fee freelancer yang berbeda-beda. Dan tiap freelancer juga punya kemampuan yang dihargai berbeda-beda. Tapi, mending jangan over pede dengan hasil pekerjaan, kemudian itu bikin alasan untuk nego fee yang naiknya lumayan tinggi.

Saran saya sih, bisa tanya-tanya dulu sama orang lain yang freelance di tempat itu biasanya dibayar berapa. Atau samakan saja dengan standar fee di perusahaan itu. Lalu tunjukkan kerja yang terbaik. Beberapa kali setelah mereka puas, baru negokan kenaikan fee.

Intinya sih biar kerjanya dilihat dulu baru minta fee dinaikin.

4. Bekerja dengan maksimal dan hasilnya optimal.

Saya suka banget kerjasama dengan orang seperti ini. Enggak perhitungan sama fee tapi hasil kerja tetep optimal. Kalau udah gini, saya enggak segan-segan kasih sedikit bonus tambahan fee. Atauu… Naikin fee. Dan bakalan jadiin langganan order.

Masalah klasik yang sering muncul nantinya buat freelancer seperti ini adalah, lama-lama bisa ada kemungkinan enggak stabil hasil pekerjaannya. Kadang bagus, kadang enggak. Kalau beberapa kali enggak bagus, bisa diliburkan dulu ordernya. Siapa tahu freelancer tersebut butuh cuti liburan.

Jadi.. Kalau udah dijadiin langganan, saran saya sih dimaintance kerjanya dan dinaikkan hasil kerjanya. Biar tetep awet.

Kalau memang butuh cuti ya bilang aja. Berapa hari, sehingga tidak bisa diorder mulai kapan sampai kapan. Tapi setelah itu udah free order lagi. Intinya komunikasi.

5. Tidak hobi menghilang ketika dihubungi.

Ada loh, freelancer yang punya kemampuan invisible kayak Harry Potter (mungkin dia emang pinjem jubahnya). Kalau mendekati deadline susah banget dihubungi. Di-whatsapp atau bbm enggak dibaca-baca, di-email enggak dibales-bales, disms enggak dibales, ditelpon enggak aktif. Tapi saat yang bersamaan update status di socmed. T______T

Mending semuanya dikomunikasiin deh. Kalau memang terpaksa deadline molor ya ungkapkan alasannya apa. Siapa tahu bisa dinegosiasikan. Entah waktunya diperpanjang atau sisa pekerjaannya dialihkan.

Jangan menghilang seperti ART yang setelah pulkam enggak balik lagi. Jangan bikin aku khawatir, babe!

6. Terima saran dan kritik.

Attitude freelance yang nyebelin lainnya adalah kalau mereka anti saran dan kritik. Lalu membandingkan dengan orderan dari tempat lain.

Haduuh… Tiap perusahaan kan beda-beda ya karakternya dan kebutuhannya. Kalau di perusahaan A meminta mengerjakan XYZ, ya jangan lantas dibandingkan dengan perusahaan B yang meminta mengerjakan XY saja.

Kalau emang males, saran saya sih ditolak aja. Ketimbang kerjanya enggak maksimal. Nanti bakal ngrundel di belakang dan hasilnya enggak bagus. Kalau gitu bisa bikin hubungan kita enggak sehat loh, babe.

Hubungan freelancer dengan perusahaan itu kan seperti sepasang orang pacaran. Apa-apa dikomunikasikan biar enggak bikin salah paham. Jangan suka menghilang, nanti bikin khawatir. Kalau enggak cocok, putuskan saja dari awal ketimbang hubungan selanjutnya nanti enggak sehat. Tapi kalau cocok, semoga bisa awet, langgeng, sampai pelaminan.

#apasih

:)))))))

46 thoughts on “#MyLifeAsEditor10: Saya Suka Freelancer Seperti Ini

  1. Untuk yang nomor 1, memang sudah saya rasakan keuntungannya mbak.. jadi cepet tahu jika ada email yang masuk. Komunikasi jadi lancar deh..
    Point-point berikutnya, memang harus dipraktekin ya..supaya tawaran kerja samanya berlanjut terus.
    Untung saja, hobi saya bukan seperti Harry Potter hi..hi… rugi bangeet kalo sampai gak dipercaya lagi.

  2. Saya part time freelancer yg punya mimpi jadi full time blogger. Kalo saya mah, ngga bisa mengilang, seringnya si agency yg pake jubah Harry Potter setelah banyak tanya hihihi#curcol

  3. Dijamin mak, saya walau masih blogger freelance, tapi saya selalu bekerja maksimal demi hasil optimal dan untuk balasan yg pastinya juga bikin hati senang 🙂

  4. wah gue banget nih hehhhee….
    Salam kenal mak… 😀

    kalau ada job *modus* boleh dong bagi-bagi ke saya, angkat tangan dan baris deh no satu heheh

  5. Terima kasih sarannya mbakk.. pencerahan buat saya yg uda jadi fulltime freelancer. Kalo ada job aku boleh dicolek2 kok mbak hehehe

  6. Iya, Mak. Harus ada komunikasi dua belah pihak. Kalau mau molor fee juga harus bilang ke freelancer. Dan kalau freelancer molor setor harus pengertian kenapa fee juga molor XD

  7. Kalo ak berusahan untuk in time mbak. Biar kalo ada apa2 msh bisa diperbaiki secara maksimal.
    Tapi poin yg fast response itu, hmm… ak msh berusaha mbak. Krn ya itu, kdg pas sama kgtn lain yg ga memungkinkan pegang hp 😀

  8. Sebagai penerjemah paruh waktu, saya selalu berusaha mematuhi deadline yang sudah disepakati mak, kalaupun ada molor paling1 harian, gak akan lebih..

    Betul, betul, intinya mah komunikasi ya Mak..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *