Aturan Menghukum Anak Secara Fisik

aturan_menghukum_anak_secara_fisik

Masih menyambung dari seminar parenting kecil-kecilan di daycarenya Luna kemarin Sabtu.

(Baca: P3K Pada Anak Saat di Rumah)

Selesai acara itu, sambil nunggu dijemput suami dan membiarkan Luna bobok siang di dalam, saya ngobrol-ngobrol sama Kepsek-nya, Bunda Cici. Obrolannya enggak jauh-jauh seputar parenting, dan yang ini tentang aturan menghukum anak secara fisik.

Bunda Cici mendapatkan info ini saat minggu sebelumnya ikutan seminar. Trus, dia menceritakan sekilas tentang salah satu bagian kecil yang dibahas di seminarnya.

 

Yes, menghukum anak secara fisik itu diperbolehkan kok. Bahkan katanya dalam agama pun ada ayat yang memperbolehkan orangtua menghukum anaknya secara fisik. (cuman enggak tahu ayat yang mana :p).

Tapi semua ada aturannya.

Pertama-tama harus tahu alasan kenapa kita harus memukulnya. Jangan hanya gara-gara dia mainin lipstik kita, dicoret-coretin ke tembok, trus kita memukul dia dengan membabi buta. Jangan-jangan anak melakukan hal njengkelin itu karena salah kita sendiri. Salah naruh lipstik di meja bawah sehingga mudah teraih. Atau mungkin kita terlalu asyik fesbukan sampai mengabaikan dia.

Dan tidak semua anak itu pantas dapat hukuman fisik. Anak balita, apalagi batita itu masih suka lari ke sana-sini, dan banyak bagian tubuhnya yang sangat rawan kalau dipukul.

 

Jika ingin menghukumnya, yang paling penting dan harus diingat baik-baik adalah…

Tidak boleh memukul kepala, tangan, kaki, dan mulut.

Ini harga mati, enggak boleh dilanggar. Tahu sendiri kan, di dalam kepala banyak saraf-saraf penting. Kalau mukul kepala efeknya bisa fatal, karena bakal ngaruh ke masa depannya. Tangan, kaki, dan mulut juga sama aja. Bisa ngefek ke perkembangan motorik, bahkan juga ke masalah psikologisnya. Takut ngomong, takut berpendapat, enggak berani belajar.

Duh, jangan sampai ya, hal ini terlupakan. Semoga enggak ada setan lewat di kepala sampai bikin kita kelewatan. Amit-amit. *doa pengusir setan*

 

Bagian tubuh yang boleh dipukul hanya pantat.

Karena pantat adalah bagian tubuh yang paling aman jika dipukul. Tapi pantat lo ya.. Bukan paha pantat, atau bawahnya pantat. Harus di pantat.

 

Tahap-tahap jika ingin menghukum fisik.

Ajak anak masuk ke kamar, dan tutup pintunya. Tapi yang mengajak hanya 1 orang saja, entah mama atau papa. Berarti di dalam kamar hanya 2 orang, dan tidak ada orang ketiga yang melihat hukuman itu dilakukan.

Sampai di kamar, ajak anak ngomong baik-baik aja. Kenapa dia seperti itu? Kenapa dia enggak mau nurut sama orangtua? Kenapa dibilangin susah banget?

Saat menghukum fisik adalah memukulnya harus dengan sebuah tongkat rotan. Tongkat rotan itu hanya dipakai untuk menghukum dia. Tidak dipakai untuk yang lain. Tidak untuk ngusir tikus, tidak untuk penyangga jendela, tidak pula untuk garuk-garuk punggung.

Jadi lebih baik simpan tongkat rotannya itu di lemari. Hanya dikeluarkan ketika akan melakukan hukuman.

Dan memukulnya harus dengan satu rotan itu. Tidak boleh sekenanya lagi megang apa. Lagi megang panci, lempar panci. Lagi megang kemoceng, lempar kemoceng. Lagi pegang aipon, lempar aipon. *aduh, itu lempar ke saya ajah* :p

Turunkan celananya, pukul pantatnya dengan rotan itu. Tapi ingat, cuma sekali pukul aja. Tidak boleh berkali-kali. Tidak boleh bertubi-tubi, apalagi sampai membabi buta.

Selesai itu saatnya rekonsiliasi. Peluk dia, minta maaf padanya, lalu jelaskan kenapa mama/papa marah dan memukulnya. Setelah itu, keluarlah dari kamar dengan menggendongnya atau menggandengnya. Jangan biarkan dia keluar sendiri. Biarkan dia menyadari bahwa mama/papanya tetap menyayanginya sekalipun dia baru saja dihukum.

 

Kalau dia jadi trauma sama tongkat rotan itu?

Enggak pa-pa. Karena dia nanti bakal tahu, bahwa jika tongkat itu dikeluarkan berarti tingkat kesalahan dia sudah kebangetan, dan dia harus siap dihukum. Jadi, selanjutnya dia lebih hati-hati.

 

Kalau saya yahh… Enggak suka sama hukuman fisik, bentuk apapun itu. Mau pake tangan ataupun tongkat. Mau anaknya njengkelin level 5 ataupun level 10. Mending nyerewetin dia satu paragraf enggak ada titik-komanya. :))) Kalau di daycarenya, sistem hukumannya adalah timeout di kursi. Kalau di rumah, pakai tiang pengadilan. Luna berdiri di bawah tiang itu dan dinasehatin. Trus enggak boleh duduk atau pergi dari situ selama dia masih nangis. So far, itu lebih manjur ketimbang hukuman fisik macam begini.

Semoga, enggak sampai menghukum fisik, anak-anak kita bisa jadi anak yang patuh sama orangtuanya ya… Dan semoga kita diberi kesabaran yang lebih ekstra lagi saat menghadapi anak-anak kita yang spesial sekali polahnya. :)))))

 

 

9 thoughts on “Aturan Menghukum Anak Secara Fisik

  1. mbak, kamu setujukah sama menghukum fisik gini? kalau nggak setuju, aku kok ngeri di daycare anak dipukul yaaa T_______T daycare anakku kalau ada yang bandel di-time out masuk playpen atau ditaro di high chair dan ga boleh turun selama sekian menit gitu..

    1. aaakkk.. di daycare anakku gak ada dipukul2 macam gini. T____T lagipula, yg boleh mukul anak itu cuma salah satu orangtuanya, gak boleh orang lain.
      sama, di sana juga pake sistem timeout kok. duduk di kursi sekian menit sesuai usianya. umur 2 tahun = 2 menit.

  2. Baru minggu lalu saya kelepasan mukul pake sisir pipih karena udah 2 hari bener-bener ditantang secara emosional sm si kakak, 7 tahun. Abis itu nyeseeell senyesel-nyeselnya sampe nangis2 pas cerita ke suami.
    Saya kebayang kakak pasti lebih sedih dari saya.. tapi hari itu kami bisa rekonsiliasi dengan suami sebagai penengah.
    Nggak2 lagi deh…mendingan menyingkir dulu kalau emang sudah nggak tahan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *