Temen laki-laki saya dulu pernah bilang gini, “Perempuan tu paling males baca manual book.”
Maksudnya?
“Iya, tiap pegang alat elektronik baru, langsung asal colok, asal pencet, tanpa baca manual booknya dulu.”
Eh emang iya??
Lalu setahun kemudian setelah saya menikah, baru berasa disadarkan sama percakapan dengan suami.
Ketika mesin cuci baru dateng, langsung saya sok-sokan pencet sana, colok sini. Setelah suami bilang, “Enggak usah sok tahu, ketimbang kenapa-napa. Mending manual booknya dibaca dulu.”
Atau ketika vacuum cleaner baru dibeli, suami langsung lancar makenya, dan saya tanya, “Kok tau yang ini buat itu?” Dan dia pun jawab, “Kan ada di manual booknya.”
Oke fine. Statement temen saya itu bener. At least buat saya. Tidak digeneralisir ke semua perempuan.
Trus itu jadi excuse? Permakluman? Heh! *minta digetok gagang vacuum cleaner*
Kalo temen dan suami saya itu sebel sama saya yang sok tahu padahal enggak baca manual book-nya dulu. Kali ini saya yang suka sebel sama orang-orang yang asal komen tanpa baca tulisannya dulu. Asal sebar tanpa baca beritanya. Asal menyimpulkan padahal cuma baca judulnya. Asal protes dan ikutan petisi tanpa tahu detil masalahnya. Asal bikin status judgement padahal cuma lihat satu sisi. Dan juga… asal komplain padahal semua sudah ditulis jelas di emailnya.
-________-
Persamaannya apa sama saya tadi? Sama-sama sok tahu!
Era digital gini.. apa-apa gampang didapet di internet. Dari yang sangat bermanfaat sampai bener-bener sampah. Harus pinter-pinter kita pilah pilih informasi yang bener dan enggak memicu perpecahan.
Kalau dilihat di tuts keyboard atau smartphone, sepertinya tombol enter udah mau jebol saking seringnya dipencet.
Asal komen ketik lalu enter. Tanpa kita sadar seseorang di sana tersakiti oleh kalimat itu. Asal protes ketik lalu enter. Tanpa kita sadar mungkin mereka di sana sedang menertawakan kebodohan kita. Asal ketik tanya lalu enter. Kemudian mereka di sana cuma balas dengan satu kalimat yang dalem, “Tolong dibaca dulu dengan teliti, semua sudah ditulis jelas di email.”
(Lagi-lagi) tidak bermaksud menggeneralisir. Karena kebanyakan yang seperti itu … perempuan. At least dari pergaulan saya.
Lalu-lalu.. Masalah?
Jelas masalah banget. Karena kita ini ibu atau calon ibu. Kunci masa depan anak-anak kita, penerus bangsa. Diam-diam anak mengamati semua tingkah laku dan pemikiran kita, kemudian mereka akan menirunya. Bisa jadi mereka membaca setiap jari jemari kita menari lincah-nan-asal di dunia maya, kemudian suatu saat mereka juga akan mengikutinya.
Gawat!
Jangan sampai kita jadi perempuan yang tampak bodoh (di dunia digital khususnya) karena ke-sok-tahuan kita.
Coba deh, untuk baca dulu setiap tulisan orang baru komentar. Coba untuk cermati dulu setiap informasi baru bikin kesimpulan. Coba baca dulu beritanya jangan terkecoh dari judul dan enggak asal sebar. Coba pikir dulu dalam-dalam sebelum ketik komentar dan enter. Coba baca lagi berulang sebelum ketik status dan enter. Coba baca lebih teliti pelan-pelan, sebelum komplain dan asal tanya.
Emang sih perempuan itu sering dikatai “bermulut banyak”. Tapi jangan sampai deh itu merugikan kita. Sebelum semua yang kita tulis dan sebar jadi viral. Jangan sampai mereka mengatakan, “Mulutnya nambah satu lagi ya, Mbak.. Di jari.”
Duh! Malu sist.
Well said!!

Hahahah..aku memvisualisasikan “Mulutnya nambah satu lagi ya mbak, di jari..”
Dan judul yg provokatif mudah sekali bikin tangan orang tambah gatel untuk share tanpa tau sumber jelasnya, kredibilitas sumber, dan logika sendiri pun gak bisa jadi filter awal.
Untung mesin cucinya gak rusak ya mak hehehe
aku jg gt sih, suka asal colok dan main pencet saja, gak sabar buat baca manual book.
Tapi tdk semuanya spt itu
Paling seru klo ada berita di facebook yg entah kebenarannya dapat dibuktikan atau gak, byk sekali yg komen ngawur dan asal-asalan.
Tapi ada yg salah juga, kdg portal berita online emg sengaja bikin kontroversi agar perempuan digital cepet2 respon hahahaha