Dulu saat masih single, muda, dan berbahaya, tiap ada acara family gathering, saya sering didapuk ngurusin precil-precil. Entah bikin games-games-nya ataupun nyiapin bingkisannya. Ngurusin precil itu buat saya lebih nyenengin ketimbang ngurusin manusia dewasa. Sekalipun mereka aktif, tapi mulut mereka enggak secerewet dan setajam manusia dewasa.
Sampai saya punya precil satu itu yang baru berusia 2 tahun dan sedang aktif-aktifnya. Ternyata ngurusin anak itu…. -____- Eh, tapi menyenangkan kok. *kecup sayang Luna*
Oke, fokus ke topik.
Suatu saat, ada acara natalan di perumahan, dan saya yang masih single, muda, dan berbahaya itu dapat tugas untuk nyiapin bingkisan untuk precil-precil di sana. Pura-puranya itu kado dari Santa Klaus gituh. On the spot acara, saya ngobrol-ngobrol sama ibu tetangga yang juga dosen Sospol di kampus saya, cuma beda jurusan dengan yang saya ambil.
Lupa awalnya gimana, yang diinget saya bilang gini, “Iya Bu, kado yang biru itu nanti buat anak cowok, kalau yang pink itu buat anak cewek.”
“Lalu ibu tetangga bilang gini, Kenapa cewek itu pink, trus cowok itu biru? Warna kan enggak punya gender. Siapa hayo yang bikin warna itu jadi punya gender.”
“Uhmm.. ya manusia bu. Mungkin yang pertama nyiptain, lihat anaknya cewek cantik dikasih pernak-pernik pink, yang cowok cakep dikasih pernak-pernik biru. Trus jadi kebawa sampai sekarang.”
Udah gitu aja. Trus saya mlipir pergi, tidak mau melanjutkan kuliah semiotik dadakan itu.
Tapi abis itu kepikiranyang kemudian dilupakan. Iya ya, kenapa anak cewek itu identik dengan pink, sedangkan anak cowok identik dengan biru. Bahkan setelah punya anak, secara otomatis saya milihin pernak-pernik pink, kuning, merah, buat dia. Kalau dilihat di lemari, berderet-deret baju pinknya, bertumpuk-tumpuk bando dan pita pinknya.
Habisnya lucu, bund! Anak perempuan itu makin imut kalau dipakein pernak-pernik pink, berenda-renda, dan berpita-pita. Lagian di toko bayi, kebanyakan pernak-pernik anak cewek itu ya warna-warna pink dan turunannya yang terang-terang itu.
Jadi inget natal tahun lalu, berabe cari dress cokelat motif burberry buat Luna. Keliling toko bayi di jogja dan browsing segala macam toko online. Maksud hati biar kembaran sama bapak-ibuknya. Akhirnya dapet, dan tetap dengan pita merah di tengah, biar kelihatan ceweknya.
Tapi, untuk urusan cari pernak-pernik anak yang sekiranya bakal awet, saya mengabaikan masalah warna dan cenderung menghindari warna gender itu tadi. Misal saat mencari carseat, pushwalker, gendongan, bottle warmer, stroller, sepeda, sabuk bonceng motor, sampai yang terbaru … helm.
Sebenernya jelas banget di toko, pilihan warna cewek ada banyak banget. Pink polkadot, pink kuning, pink garis-garis, pink gonjreng, pink semu ungu, pink gelap, pink magenta. Cem-macem.
Tapi masalahnya… BESOK KALAU ADIKNYA LUNA COWOK, GIMANA?
Mungkin beda kali ya, kalau anak pertama saya cowok. Bisa jadi saya agak mengabaikan masalah pemilihan warna ini. Karena kalau anak keduanya nanti cewek, enggak terlalu masalah sama warna-warna itu. Anak cewek tetep aja imut dipakein baju warna biru. Kalo anak cowok dipakein baju pink. Nggg….
Nggak mau keliatan aneh aja sih, anak cowok duduk di carseat pink, atau naik sepeda warna pink, atau pakai helm warna pink hello kitty. Yes, sebagai ibu yang pingin banget besok punya anak cowok, itu masalah banget. :))))
I dont care sama gender-gender warna itu. Udah terlanjur mendarah daging jadi kebiasaan masyarakat sedunia. Saya kan orangnya mainstream. Dan enggak mau anti-mainstream dengan makein anak cowok baju-baju atau pernak-pernik warna pink. *kecuali dia udah besar dan pede pake poloshirt pink seperti yang lagi ngetren sekarang, kalo Si Bapak sih jelas enggak banget*
Dan saya masih sayang sama duit kalau harus beliin 2 item yang sama, padahal yang lama masih bisa dipake. Carseat kan besok bisa dipakai lagi, helm bisa dipakai lagi, sepeda bisa dipakai lagi. Kalau enggak buat adiknya, ya bisa dikasihlah ke orang lain. Dan enggak enak, kalau sampai orang itu keberatan pemberian kita karena carseat yang mau dikasih pink, sedangkan anaknya cowok.
Hahaha… pelik ya masalah hidup ini. :))))
Hhhahaha hidup menstrim bundd!!!


