Tentang Kesetiaan

tentang kesetiaan

Kriteria calon suami-mu apa? Setia dan pekerja keras.

Kriteria calon karyawan perusahaan-mu apa? Setia, tekun bekerja, dan jujur.

Betapa kata “setia” itu jadi kriteria pertama yang dicari orang-orang. Semakin banyak orang yang abai pada makna “kesetiaan”, maka semakin banyak pula orang-orang mencari sosok yang “setia”. Dan betapa banyak kehidupan yang kacau ketika kata “setia” itu dikhianati.

Setia pada pasangan, setia pada pekerjaan, setia pada proses pembelajaran, setia pada tugas dan tanggung jawab yang diberikan, setia pada masalah kecil, setia pada segala macam halang rintangan hidup. Dan masih banyak lagi hal-hal yang membutuhkan kesetiaan.

Sepasang suami-istri akan langgeng dan bahagia, ketika masing-masing bisa menjaga komitmen dan kesetiaannya. Sebuah karyawan akan bekerja sepenuh hati, lalu naik gaji, dapat bonus yang berlimpah, ketika dia setia pada pekerjaan dan segala tantangannya. Seorang pengendara mobil atau motor akan selamat sampai di rumah, ketika dia setia melewati semua jalanan dengan segala kemacetannya dan setia mematuhi semua rambu-rambunya. Seorang anak akan tumbuh besar, dewasa, dan sukses, karena ada sepasang orangtua yang selalu setia mengingatkannya.

“Jangan nonton TV dekat-dekat. Nanti matanya sakit.”

“Ayo waktunya tidur, besok sekolah pagi lho..”

“Sayurnya dihabiskan ya.. Biar sehat.”

“Eits, cuci tangan dan kaki dulu sebelum masuk rumah.”

“Uang yang dikasih eyang ditabung ya.. Enggak dihabiskan semuanya.”

“Kamu harus cari teman yang baik. Karena pergaulan yang buruk, akan merusak kebiasaan yang baik.”

Ketika kita masih muda dulu, mungkin akan berteriak dalam hati. “Mama cereweeeeetttttt….”

Tapi, terberkatilah kita yang punya mama cerewet. Karena artinya dia setia pada tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang orangtua. Jadi supaya lebih sopan, mungkin sebaiknya kita mengganti ungkapan mamaku cerewet, menjadi mamaku setia sekali mengingatkan aku. :))))

Entah apa jadinya saya tanpa mama yang cerewet, dan tanpa bapak yang juga cerewet meski dalam persentase lebih kecil daripada mama.

Entah apa pula jadinya saya jika tidak setia pada pekerjaan dan selalu menyerah pada tantangan-tantangan yang sekarang terasa kecil, padahal dulu jika dijalani terasa besar sekali.

Entah apa pula jadinya kami, jika tidak setia satu sama lain dan mudah menyerah pada cobaan menghadang. Mungkin, pernikahan itu tidak akan terwujud, dan mungkin Luna tidak akan ada di dunia.

(Baca: Two Become One)

Dulu pernah baca, HRD akan lebih suka CV pengalaman kerja kita yang pernah singgah lama di sebuah perusahaan. Bukan cuma dalam hitungan tiga bulan pindah, lalu tiga bulan lagi pindah. Tapi paling tidak pernah setahun bekerja disitu. Karena kalau kita sering pindah-pindah dalam range waktu yang berdekatan, itu salah satu tolok ukur ketidaksetiaan kita pada pekerjaan. Bisa jadi, di pekerjaan yang baru juga akan tidak kerasan lalu pindah lagi.

Itu baru kesetiaan pada pekerjaan. Tidak jauh beda juga diterapkan pada pasangan.

Konon katanya, kriteria pasangan yang setia salah satunya adalah dulu pernah menjalin hubungan pacaran yang lama (hitungan tahun, bukan bulan atau bahkan hari). Entah apapun alasannya kenapa mereka akhirnya putus, yang pasti sudah move on. Lalu ketika dia menjalin hubungan baru dengan orang baru, besar kemungkinannya dia akan tetap setia juga.

Katanyaaa…..

Yah, semoga saja…

 

*Beuh! Usia sudah memasuki kepala tiga, tulisannya berat beud. Maklum, sudah semakin dewasa. Uhukkkk….*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *