Tipe Pengendara di Indonesia

traffic light
[sumber foto]
Tiap kali berkendara, saya selalu berdoa, “Jauhkanlah kami dari pelanggar lalu lintas.” Mungkin kita udah tertib berkendara, tapi pengendara lain yang asal itu bisa aja mencelakakan kita. Duh, serem!

Padahal ya, semua rambu-rambu lalu lintas yang dibuat sama Polisi itu pasti ada tujuannya. Kenapa di perempatan ini, belok kiri harus ikutin traffic light. Kenapa di jalan itu, garisnya lurus dobel. Kenapa razia polisi pun sekarang sudah masuk ke jalan kampung.

Polisi itu kerjanya enggak cuma nangkepin pelanggar lalin trus kita sering umpatin “Polisinya cari-cari duit ituu..” Yah kalo emang enggak mau ditangkep polisi ya taatlah sama rambu-rambu.

Beruntung, saya punya Bapak dan suami alias Si Bapak yang taat banget sama rambu-rambu. Meski selambat apapun jalan rayanya, Bapak enggak buru-buru nyalip truk di depan, karena ada marka garis lurus dobel di tengah. (yang enggak tahu itu artinya apa, baca dulu aturan rambu-rambu lalin yaa..)

Meski semacet apapun jalan rayanya, Si Bapak enggak buru-buru menaikkan motornya di trotoar. Alasannya, kalo emang buru-buru berangkat ya berangkat lebih awal, bukan memaksa orang lain mengalah dan memahami kita.

Dan meski semua pengendara belok kiri jalan terus, padahal jelas-jelas rambunya berbunyi “belok kiri ikuti lampu apill”, Si Bapak tetap santai menghentikan motornya di depan sendiri karena lampu traffic lightnya merah. Diklakson berapa kali pun sama mobil belakang, enggak akan belok. “Terbang aja!” Gitu katanya. :)))

Saya sebaliknya. Patuh sih, tapi kadang suka langgar-langgar dikit. Meski tahu bahwa yang dikit itu akibatnya bisa jadi besar. Tapi amit-amit yaa… Makanya bakal diomelin deh kalo ketauan mereka langgar rambu-rambu lalin.

(Baca: Pengalaman Ditilang Polisi)

Pengendara kendaraan bermotor di Indonesia itu emang aneh-aneh. Sering bikin geleng-geleng kepala, berdecak kagum, dan kadang mengumpat dalam hati.

Mereka itu seperti gatotkaca.
Beloknya kiri, lampu sein-nya ke kanan. Eh, tau Gatotkaca kan? Tiap dia mau muter ke kiri, tangan kanannya yang diangkat. Begitu sebaliknya.

Mereka itu nyawanya seribu.
Sering melawan arah jalan. Biar cepet alasannya. Iya, cepet ke akhirat.

Mereka itu kepalanya sekeras baja.
Enggak pake helm dan sedihnya anaknya pun enggak dipakein helm.

Mereka itu terlalu visioner.
Merancang bahwa suatu hari kendaraan darat akan bisa terbang, lalu sekarang berandai-andai dulu motornya yang bisa terbang. Lewat jembatan penyebrangan.

Mereka itu suka berkhayal.
Andai kendaraannya seperti ambulans, yang punya akses menerabas setiap lalin. Salah-salah, mereka nanti beneran dinaikin itu. Serem.

Mereka itu enggak bisa bedain jalan.
Makanya suka masuk ke jalur busway. Berharap mobil atau motornya berubah jadi busway ketika polisi nyamperin. :)))

Mereka itu enggak tahu marka jalan.
Lalu berhenti di atas zebra cross atau di jalur sepeda. (iya, kalo di jogja di tiap traffic light ada pemberhentian khusus sepeda).

Mereka itu pemalas.
Malas berhubungan dengan administratif, yang kemudian malas bikin SIM. Dan menganggap SIM itu formalitas, padahal jelas sangat penting.

Mereka itu punya imajinasi tinggi.
Bahwa dirinya dan kendaraannya ibarat hantu Casper, bisa menembus apapun juga, sekalipun itu kereta api. Tapi sayang, semuanya cuma fantasi belaka.

Mereka itu orang-orang yang super-sibuk.
Waktunya terlalu berharga untuk berlama-lama di jalan jadi naik aja ke trotoar. Waktunya terlalu sayang untuk menunggu detik di traffic light, jadi lebih baik terabas saja.

Mereka itu apa lagi ya….

4 thoughts on “Tipe Pengendara di Indonesia

  1. Kadang pengendara motor banyak jg yg ngerasa sebagai pejalan kaki, dengan make hak pejalan kaki Dan berkendara di trotoar 🙁

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *