Sama seperti blog, setiap pasangan (suami-istri) pasti punya “niche”-nya juga. Misalnya, ibu-bapak mertua saya, suka banget jalan sehat dan nonton konser Koes Plus-an. Dimana pun dan siapa pun yang mengadakan jalan sehat, pasti ikut. Dan jam berapapun konser Koes Plus-an itu berakhir, pasti nonton.
Ada juga temen saya yang sama-sama suka lari. Berdua ikutan running competition di mana pun, sampai ke luar kota, bahkan luar negeri. Trus, ada juga yang sama-sama pecinta kuliner. Tempat kuliner baru pasti enggak luput untuk dikunjungi dan direview bersama. Dan, ada juga yang suka travelling. Seperti Dua Ransel, pasangan Dina dan Ryan yang hobi jalan-jalan keliling dunia.
Saya dan suami baru nikah 3 setengah tahun, belum nemu “niche”-nya apa. Suami yang hobinya musik, ngajak nonton, ya ayok. Saya yang sukanya ke acara seni, ngajak suami ikutan, ya ayok juga.
Dan seakan warisan dari bapak, yang enggak betah diem di rumah lama, saya pun juga begitu. Tiap liburan, bawaannya pengin jalan-jalan aja. Entah di dalam kota, atau keluar kota. Jadi setelah menikah, saya sering membisiki suami untuk meng-acc proposal liburan keluarga.
Tapi bedanya saya dan bapak, saya ini orangnya sangat well planned. Bahkan jauh-jauh bulan sebelum libur, saya sudah merencanakan itinenary liburan dengan matang. Seperti di akhir tahun ini, saya udah lirik tanggal-tanggal merahnya, hitung cutinya, dan survey harga tiket pesawat, kereta, sampai voucher hotelnya.
Ini yang biasa saya lakukan saat merencanakan liburan keluarga tahun depan.
Cek jadwal cuti bersama.
Di internet sudah tersebar jadwal libur nasional dan cuti bersama. Bahkan sebelum punya kalender 2016, saya sudah punya jadwal libur nasional dan cuti bersama.
Tentukan tanggal liburan yang diincar.
Setelah dapet kalender 2016, langsung ngetag-in tanggal-tanggal yang diincar untuk liburan. Sambil perkirakan juga, perlu ambil cuti tambahan enggak? Jatah cuti kita masih ada enggak? Kalau saya, sebisa mungkin tidak mengambil cuti di minggu deadline, tetapi sesudahnya. Karena itu minggu yang chaos, dan enggak mau dong liburan ditelponin sama kantor.
Cari kota/negara mana yang mau dikunjungi.
Kalau mau ke luar negeri, agak lebih ribet. Harus ada paspor, atau bahkan visa. Jelas itu enggak bisa disiapin mepet-mepet. Eh, liburan di dalam negeri seru juga loh. Tempat liburan di Indonesia enggak ada habisnya. Bahkan di pulau Jawa pun belum habis saya kunjungi semua wisatanya.
(Baca juga, cerita jalan-jalan keluarga lainnya.)
Cek harga tiket kereta, pesawat, dan biaya bensin kalau bawa mobil sendiri.
Buka website penyedia tiket, untuk lihat harga tiketnya berapa pergi ke tempat itu dan di hari itu. Kalau kereta api, biasanya hanya tersedia maksimal 3 bulan ke depan. Tapi enggak masalah juga, biasanya harganya enggak jauh beda. Lalu buat perhitungan anggaran, kira-kira total pulang-pergi habis berapa. Kalau pilih naik mobil, jangan lupa juga perkirakan biaya bensinnya.
Cek harga voucher hotel.
Voucher hotel juga perlu diperhitungkan biayanya. Berapa budget per malam untuk hotelnya? Berapa malam mau nginep disana? Dimana lokasinya? Semakin jauh sama lokasi wisata yang kita incar, akan semakin besar biaya di transportnya.
Bedanya saya setelah punya anak adalah kami memilih hotel yang fasilitas playgroundnya asik dan banyak tamannya. Realistis aja sih, enggak ngejar untuk jalan-jalan ke banyak tempat wisata. Sekalipun siang di hotel aja, tetep bisa main dan foto-foto cantik.
Buat anggaran pengeluaran.
Buka excel dan tulis semua budget, anggaran pengeluaran. Mulai dari harga tiket, voucher hotel, makan, snek cemilan, tiket masuk tempat wisata, transport sewa mobil, naik taxi, dll, beli oleh-oleh.
Buat perbandingan liburan di tempat lain, atau dengan tanggal lain.
Ketika total anggaran pengeluaran itu masih terlalu tinggi, tapi kita tetep pengin liburan, enggak ada salahnya juga bikin perbandingan kalau liburan ke tempat lain. Atau mungkin liburan di tanggal yang lain. Siapa tahu tanggal yang kita pilih itu peak season, dimana harga tiket dan hotel melonjak tinggi.
Buat target jumlah tabungan.
Nabung buat liburan mulai dari sekarang. Misal rencana liburannya bulan Juli, biayanya 6 juta, berarti per bulan kita harus nabung 1 juta. Jangan lupa tetapkan target pencapaiannya juga, biar makin semangat kerjanya.
Kalau saya, selalu menetapkan target tabungan 3x lipat dari anggaran liburan. Misal setahun besok saya bakal liburan ke 2 tempat di luar kota, yang masing-masing biayanya 5 juta. Berarti anggaran liburan kan 10 juta ya.. Trus saya tetapin target tabungan sampai akhir tahun adalah 30 juta, atau 3x lipatnya anggaran liburan. Jadi masih ada 15 juta bobok cantik di rekening. Karena jangan sampai pulang liburan, trus miskin karena duit habis. Lagipula dana darurat keluarga juga tetap harus kita sisihkan.
Tetapkan tekad, niat, dan semangat untuk make it real.
Ini yang paling sulit dan berat. Semangat udah menggebu-gebu. Tapi komitmen untuk nabungnya yang susah. Uang yang seharusnya ditabung, malah kepake buat beli dress cantik. Hahaha, itu aku banget. Semoga tahun depan, bisa lebih tertib lagi ya nabungnya.
Ada yang mau nambahin?
Kan kata quote, “work hard play hard”. Dan “play” tiap keluarga itu beda-beda. Ada yang kulineran, nonton konser, olahraga, atau liburan.
Eh tapi, sekalipun belum nemu “niche” yang klop sama pasangannya, juga enggak masalah. Suami-istri itu enggak harus punya kesenengannya sama, yang penting saling menghargai. Kayak bapak dan mama saya. Satunya suka jalan-jalan, satunya suka baca buku di rumah. Toh, mereka masih asik-asik aja sampai sekarang.
2 thoughts on “Merencanakan Liburan Keluarga Tahun Depan”