Luna punya satu buku cerita yang murah sekali. Saya membelinya di bazar Gramedia saat first opening di Jogja City Mall. Harganya cuma 10.000 rupiah, tapi ada moral lesson yang sangat bagus. Yes, buku yang ada moral lessons-nya pasti jadi incaran ibu-ibu.
Meski sebenarnya, buku ini adalah pilihan Luna. Saat melihat tumpukan buku dengan display di bawah, dia langsung berlari heboh dan asal mencomot buku yang menurutnya menarik. Salah satu buku yang diambil, buku ini. Tapi sebelum dibayar, saya cek dulu apakah kontennya bagus dan pas buat dia.
Hasilnya, buku ini lolos badan sensor ibuk. Boleh dibeli Luna, dan dibaca sebagai pengantar tidur.
“Tunggu Aku, Harimau Cilik!”
Penulis: Julie Sykes
Penerbit Erlangga For Kids
32 halaman, soft cover
Selain di rumah, ternyata buku ini juga menjadi salah satu koleksi buku di daycare Luna. Terkadang di rumah Luna cerita, tadi di daycare abis baca buku “Harimau Cilik”, yang bacain Bunda Cici.
Lalu di rumah, dia minta dibacain lagi buku ini.
Ceritanya tentang seekor Harimau Cilik yang punya adik perempuan dan dipanggilnya dengan sebutan Adik Cilik. Adiknya ini sering sekali merengek pada kakaknya untuk diajak bermain di luar bersama teman-teman kakaknya. Tapi Harimau Cilik tidak mau, menurutnya adiknya masih terlalu kecil untuk bermain bersamanya.
Hingga suatu saat, karena ibu ada keperluan, ibu mereka meminta tolong pada Harimau Cilik untuk mengajak adiknya ikut bermain di luar. “Adikmu tidak terlalu kecil jika kamu mau membantunya sekali-kali,” kata ibu saat mendengar Harimau Cilik protes keberatan. Maka dengan malas-malasan, Harimau Cilik pun menuruti perintah ibunya.
Harimau Cilik lari masuk ke hutan yang diikuti Adik Cilik dengan berlari tergopoh-gopoh. Dalam perjalanan, mereka bertemu Beruang dan kemudian bermain bola bersama. Tapi Adik Cilik tidak bisa melempar bola dengan lurus, akibatnya bola tidak masuk gawang dan malah mengenai Beruang hingga kesakitan.
Aduh, kasihan Beruang. Maka Harimau Cilik pindah bermain di tempat lain.
Mereka pun bertemu Monyet dan bermain memanjat pohon bersama. Tapi Adik Cilik tidak bisa memanjat, sehingga dia malah jatuh tepat di atas Monyet.
Aduh, kasihan Monyet. Harimau Cilik sebenarnya tidak mau pindah ke tempat lain, memanjat pohon bersama Monyet itu mengasyikkan. Tapi kasihan juga Monyet dan adiknya. Maka mereka pindah bermain di tempat lain lagi.
Akhirnya mereka bertemu Macan Tutul yang sedang bermain di rerumputan. Macan Tutul langsung mengajak mereka bermain kejar-kejaran. Tapi Adik Kecil masih terlalu pendek, dia tidak bisa melihat ke mana dia berlari akibat rumput yang tinggi. Sehingga dia malah menabrak Macan Tutul.
“Aduh, sakit sekali,” kata Macan Tutul. Harimau Cilik takut tidak punya teman kalau adiknya terus mencelakai teman-temannya. Maka ia pun mengajak Adik Cilik bermain di tempat lain.
Harimau Cilik lalu berlari ke sungai dan bertemu Gajah yang sedang duduk di pinggir sungai. Lalu Harimau Cilik mengajari adiknya berenang. Tapi tiba-tiba Gajah melompat masuk ke dalam sungai. Adik Cilik yang kaget tidak bisa mengendalikan diri, dia menelan banyak sekali air hingga terbatuk-batuk.
Wah, ternyata berenang juga sangat berbahaya buat Adik Cilik. Maka Harimau Cilik meminta adiknya untuk menungguinya saja sambil duduk di pinggir sungai, sementara dia berenang bersama Gajah.
Berenang itu ternyata asyik sekali… Tapi, kemana Adik Cilik pergi? Harimau Cilik baru menyadari kalau adiknya hilang. Tadi dia hanya duduk di pinggir sungai, lalu tiba-tiba dia sekarang menghilang. Aduh, Harimau Cilik ketakutan. Jangan-jangan adiknya terjatuh ke sungai dan terbawa air.
***
Buku ini mengajarkan anak untuk mau bermain dan mengajari adiknya. Terutama bekal buat Luna kalau besok punya adik.
Saya jadi ingat saat adik saya selalu mengikuti kemana saya pergi main. Paling sebal saat main petak umpet. Dia ikut-ikutan ngumpet di belakang saya. Tapi kakinya yang kelihatan, atau pantatnya yang goyang-goyang, bikin saya jadi cepat ketahuan. >.<
Suatu saat besok pasti Luna akan ada di posisi saya. Dimana dia bakal diikutin adiknya kemana pun dia pergi bermain.
Bagaimanapun, suka-tidak suka, sosok kakak itu role model buat adiknya. Tingkah lakunya bakal ditiru dan kesenangannya bakal diikuti.
Maka lewat buku ini, kita bisa mengajarkan anak untuk tidak menjadikan hal itu sebagai sesuatu yang menyebalkan. Menjaga adik itu menyenangkan. Mengajari adik melakukan sesuatu yang dia belum bisa juga seru.
Wait.. saya tebak pertanyaan kalian selanjutnya ya..
Jadi kapan Luna punya adik?
Hahaha… Bhay!
Nama anaknya sama seperti anak saya, Mbak, hehehe. Cuma Luna saya lebih sering dipanggil dengan nama kesayangan Cinta. Salam untuk Lunanya, ya. Semoga semakin semangat membaca.