Pintar Mengatur Keuangan dengan 5 Simple Envelope System

Pintar Mengatur Keuangan dengan 5 Simple Envelope System

Weekend kemarin saya dan suami diundang ke sebuah seminar investasi. Jujur yaa… awalnya agak males-malesan, karena jam 1 siang itu Jogja panas banget. Rasanya lebih enak santai di rumah, sambil makan pisang goreng dan nyeruput es kelapa muda. Tapi berhubung sekalian pergi kondangan ke nikahnya teman SD, ya sudah sekalian aja keluarnya.

Syukurlah.. acaranya enggak mengecewakan. Di luar pemahaman saya tentang investasi saham yang masih embuh-embuhan ini, tapi paling enggak saya jadi mudeng dikitlah. Dan enggak ada kata terlambat memulai berinvestasi berapapun usia kita sekarang.

Jadi gini. Kemarin ada satu pernyataan yang menarik banget.

Seberapa kayanya kita tidak ditentukan dengan mobil apa yang kita kendarai, berapa luas rumah kita, berapa gaji kita, berapa omzet bisnis kita, juga di mana kita bekerja. Tapi, seberapa kaya kita ditentukan dengan jika detik ini kita memutuskan untuk berhenti bekerja atau resign, maka seberapa lama kita bisa hidup. Tanpa meminta bantuan orang lain, tanpa menjual segala aset kita itu tadi.

BLARRR.

Di luar emang kami berdua suka bekerja, tapi tidak memungkiri kami pernah ada di posisi males banget kerja. Malesss banget cari uang. Penginnya nanam pohon uang, dan kalau butuh uang tinggal metik sendiri. Jelas enggak mungkin yaa.. mau makan apa kami nanti, gimana cicilan KPR yang baru lunas setelah Luna SMP itu. Kecuali kalau kami ini anaknya Paman Gober.

 

Sekecil apapun pendapatan kita, bisa banget loh.. kita nyekolahin anak ke luar negeri. Lalu inget cerita suami, yang penjual angkringan di deket kantornya dulu bisa nyekolahin anaknya sampai lulus kuliah dari UGM, dan nguliahin anak bungsunya di Fakultas Kedokteran UII.

Bolehlah kita bangga kerja di perusahaan bonafid, dengan gaji sekian digit. Atau owner bisnis keren dengan omzet berlipat-lipat. Tapi, halow… inflasi itu berbicara. Dulu uang 100 ribu kerasa buanyaakk, tapi sekarang uang 100 ribu itu buat jalan bareng keluarga enggak cukup banget. Belum lagi beberapa tahun yang akan datang, bisa jadi uang 100 ribu itu seperti seribuan. Sereemmm..

Denger-denger nih, pemerintah mau ngeluarin uang pecahan 200 ribuan. Dan dengan membesarnya nominal uang pecahan yang diciptakan, itu tanda-tanda inflasi akan semakin mengerikan. Hiiii….

Emang sih, kita nabung. Buat biaya pendidikan anak, buat dana darurat, buat beli rumah, buat beli mobil, buat liburan ke Maldives. *loh.. kok jadinya banyak*

Tapii… sedikit-sedikit yang kita kumpulkan itu dan akhirnya (menurut kita) banyak. Besok pada saatnya akan enggak kerasa banyak lagi. Yakin deh.

Pintar Mengatur Keuangan dengan 5 Simple Envelope System

Sadar diri bahwa kami bukan anak orang kaya. Kami harus mandiri menyiapkan bekal kebutuhan keluarga. Mau minta ke orangtua gimana coba.. Saya masih punya 2 adik yang jelas lebih membutuhkan biaya sekolah dari orangtua. Dan penghasilan pensiunan dari mertua, juga buat kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Rasanya kok kebangetan ya, kalau saya masih merepotkan mereka dengan meminta uang untuk kebutuhan keluarga saya, apalagi urusan pendidikan anak. Duh, yang orangtuanya siapa cobaa…

Itulah kenapa kita harus pinter-pinter atur uang. Mana yang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, mana yang dizakatkan/dipersembahkan untuk Tuhan, berapa yang ditabung, dan berapa yang diinvestasikan untuk masa depan.

Siapa sih, yang enggak pengin punya property lebih dari satu. Satu rumah ditempati, satu apartemen disewakan, satu rumah dikontrakkan, satu lahan dibangun kos-kosan. Wuaa.. Mauuu.. Tapi, lha wong punya 1 rumah aja ini cicilan belum lunas. Gimana mikir buat beli property lagi. -____-

Itu makanya, pentingnya kita berinvestasi. Setelah kekumpul besok, bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang jelas bermanfaat.

 

Another blarrr, yang saya dapatkan dari seminar ini adalah 5 Simple Envelope System, dari Bo Sanchez, entrepreneur Filipina yang dijuluki Warren Buffet-nya Asia.

1. Tithe Fund

Semua kekayaan yang kita miliki ini adalah pemberian Tuhan, jadi jangan lupa untuk bersyukur dan memberi “jatah-Nya”. Dengan memberikan uang persembahan, perpuluhan, atau zakat. Jumlahnya bisa 10% dari pendapatan kita, atau hitunglah sendiri berapa uang zakat ini layaknya diberikan.

2. Expense Fund

Gunakan 50-70% untuk kebutuhan kita. Kebutuhan loh ya.. bukan keinginan. Semakin kecil expense fund ini, akan semakin baik. Berarti bisa dialokasikan ke amplop yang lain.

3. Support Fund

Di Filipina, budayanya enggak jauh dengan Indonesia, dimana anak akan memberikan sebagian gajinya untuk orangtua. Kalian juga adakah? Kalau enggak, ya bersyukurlah.. orangtua kalian diberi kemapanan finansial yang harus kita contoh. Tapi kalau ada, ya berikanlah.. Untuk orangtua, saudara, atau siapapun keluarga kita. Dan ingat, HARUS IKHLAS.

4. Emergency Fund

Selalu sisihkan pemasukan kita tiap bulan untuk dana darurat. Misal terjadi apa-apa pada keluarga kita, dan dibutuhkan uang pada saat itu juga, kita akan selalu siap tanpa perlu meminjam uang ke sana-sini. Jumlah dana darurat itu, untuk single adalah 3-6 bulan pengeluaran bulanan, kalau married 6-12 bulan pengeluaran bulanan.

5. Retirement Fund

Lalu sisanya ini, gunakan untuk berinvestasi. Jumlahnya sekitar 10-20%. Investasi dalam bentuk apa? Apa aja, yang jelas menguntungkan dan bersahabatdengan inflasi.

 

Bentuk investasi apa yang pas buat kita? Ada banyak pilihan. Reksadana, Saham, Emas, dan banyak lagi. Kalau saya pribadi, mengalokasikan khusus untuk reksadana dan emas. Untuk yang saham, suami lagi belajar dikit-dikit, dengan nominal yang recehan. Apalah kami, belum mampu beli saham Astra apalagi BCA.

*ya Allah… amin..amin.. bisa mampu*

Tapi yang pasti, saat kita memilih produk investasi, jangan pilih berdasarkan ikut-ikutan teman. Pelajari semuanya dulu, baca semua aturan di berlembar-lembar form yang akan kita tandatangani nanti. Karena standar teman dan standar kita jelas berbeda.

Ohya, dan kalau saran saya ya.. pilih investasi yang sedikit-sedikit tiap bulan selama minimal 20 tahun dan liquid (bisa dicairkan sewaktu-waktu). Karena apa? Karena saya enggak punya uang langsung buanyak untuk langsung didepositokan atau diinvestkan ke saham. Dengan menginvestkan sedikit-sedikit secara rutin setiap bulan, pastilah hasilnya nanti sama-sama bakal luar biasa, risikonya juga lebih kecil ketimbang kalau langsung banyak.

Uang 200 ribu, 300 ribu, itu kayaknya dikit ya.. Ketimbang buat jajan lari ke perut, mending diinvestasikan jadi tabungan. Dan kalau diinvestasikan mulai dari sekarang, besok hasilnya pasti akan menakjubkan.

2 thoughts on “Pintar Mengatur Keuangan dengan 5 Simple Envelope System

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *