Tips Menjalani LDR dengan Suami

Tips Menjalani LDR dengan Suami

Saya masih ingat, saat boyongan pindah ke rumah baru setelah 1 minggu menikah, Bapak berpesan ke kami seperti ini, “Suami istri itu jangan pernah pisah rumah. Kalau salah satu pindah kerja ke kota lain, lebih baik yang satunya ikut.”

Ya, kurang lebih seperti itulah kata-kata Bapak, yang intinya kami enggak boleh LDR.

Puji Tuhan, sampai sekarang kami memang tidak pernah LDR. Enggak kebayang deh kalau kami LDR, duh.. kayaknya kok repot ya. Semua dikerjakan sendiri dan kalau ada apa-apa bingung cara cerita ke suami gimana. Karena sesungguhnya, saya adalah tipe yang apa-apa diceritain, termasuk hal remeh-temeh yang dilihat di jalan. Memang sih, teknologi itu mempermudah, tapi seringkali bikin berantem juga. Misal sinyalnya jelek, trus bawaannya jadi bete. Udah janjian mau telponan, malah ditinggal tidur.

Hahaha.. iya, saya mah orangnya ngambekan.

Sekitar 2 bulan sebelum Luna lahir, pernah sih.. saya mengalami semacam LDR. Saya di Jogja sedang hamil tua, sementara suami di Jepara urusan pekerjaan. Dia pulang tiap weekend, lalu berangkat pagi tiap Senin. Begitu terus tiap minggu. Saat itu sih belum terlalu melelahkan, karena yang saya urusin cuma diri sendiri. Tapi kalau sudah punya anak, aduh.. sepertinya saya bakal butuh bala bantuan nih.

Makanya saya selalu kagum pada pasangan-pasangan yang kuat bertahan LDR-an. Banyak teman-teman saya yang sudah menjalani LDR bertahun-tahun. Ada yang cuma beda kota dan tiap weekend pulang. Ada yang beda pulau, baru ketemu paling cepet 3 bulan sekali. Ada juga yang beda benua, yang beruntung kalau Lebaran bisa ketemuan. Ya ampunn.. kalo saya udah nangis nahan kangen deh kayaknya…

 

Salah satu temen saya yang menjalani LDR adalah Liya Swandari. Bunda dari Sa’dayka ini sudah menjalani LDR dengan suaminya selama 3 tahun. Itu baru dihitung setelah menikah loh.. Sebelumnya, saat masih pacaran mereka juga sudah LDR-an.

Tapi siapa sih yang mau jauh-jauhan dengan pasangan, begitu pula dengan Liya. Dulu awalnya Liya juga enggan LDR-an sehingga sempat ikut suami ke kota tempatnya bekerja. Tapi berhubung pekerjaan suaminya bergerak di bidang outdoor training, yaitu Outwar Bound Indonesia. Sehingga itu menuntutnya untuk lebih sering di lapangan dan berpindah-pindah kota. Akibatnya sama aja, Liya sering ditinggal sendirian juga di rumah kontrakan selama berhari-hari.

Duh.. sepinya, tinggal di kota lain, sendirian pula. Kalaupun ada tetangga, mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Belum lagi biaya ternyata jauh lebih besar, karena alih-alih ngekos, mereka jadi harus mengontrak rumah yang lebih luas. “Lebih baik pulang kampung aja, tinggal di rumah Jogja bareng orangtua,” begitu pemikiran Liya saat itu.

Pengalaman pernah keguguran juga jadi traumatik sendiri. Sehingga Liya pun memutuskan untuk menjalani proses kehamilannya di Jogja. Lebih dekat dengan orangtua, dan suaminya juga lebih tenang.

Pernah ada pengalaman lucu saat LDR, yaitu saat Liya memeriksakan kandungannya saat pertama kali tahu dirinya hamil. Tanpa suami dan orangtua yang menemani, Liya berangkat sendiri naik motor ke Obsgyn. Dan dia dikira hamil di luar nikah. Hahaha…

Untungnya, saat kelahiran Sa’dayka 6 bulan lalu, tanpa direncanakan ternyata suaminya bisa menemani. Bahkan Sa’dayka IMD dengan ayahnya, karena kondisi Liya yang belum memungkinkan. Sehingga sekalipun saat ini jauh, tetapi Sa’dayka tidak pernah lupa dengan ayahnya. Saat bertemu, dia bisa langsung lengket dengan ayahnya.

Tips Menjalani LDR dengan Suami

Kepada saya-wanita cemen yang enggak berani LDR-an ini, Liya berbagi tips menjaga keharmonisan LDR.

1. Komitmen

Komitmen ini penting banget dibahas di awal. Seperti, batasan-batasan yang jelas dengan lawan jenis. Misalnya, suami tidak boleh membawa teman wanita ke kos, dan ketika nongkrong juga sama teman laki-laki saja. Begitu pula dengan dirinya, ketika ikut komunitas juga di lingkaran wanita saja. Dengan begini, bisa sama-sama tenang.

2. Saling percaya

Ketika berpisah, selalu sama-sama bilang “Aku menitipkan dirimu ke Allah”. Apapun yang terjadi adalah urusan dia dengan Allah. Kalau ada perbuatan dosa, nanti Allah pasti akan menghukumnya. Awalnya memang berat, tapi sekarang sudah lebih terbiasa.

3. Komunikasi

Saat ada masalah ataupun kebahagiaan, orang pertama yang berhak tahu adalah pasangannya. Meski untuk kasus komunikasi ini, Liya dan suami agak terhambat masalah teknis. Saat sedang di lapangan, suami tidak boleh membawa gadget. Jadi tidak jarang, pesannya baru dibalas seminggu kemudian.

4. Prioritas

Ketika sudah bertemu, prioritas utama adalah untuk pasangan. Singkirkan dulu sementara pekerjaannya dan beri perhatian penuh kepada keluarga dan pasangan.

 

Saya pun penasaran, gimana kalau ada sesuatu yang ingin diceritakan ke suami, tapi terhambat komunikasinya ya? Karena pada dasarnya wanita memang suka bercerita. Semua pemikiran dan perasaan ini harus segera diluapkan. Tapi ke siapa, kalau pasangan hidupnya jauh-jauhan.

Oleh karena itulah, Liya membuat blog senyumbahagia.com. Semua beban perasaan dan pemikirannya dituliskan supaya lebih lega. Dan yang paling menyenangkan adalah ketika hasil curhatannya di blog tentang air bersih, memenangi lomba Anugerah Jurnalistik Aqua 2015 lalu.

Tuh kan.. Liya menunjukkan bahwa curhat kalau di tempat yang tepat, ada hasilnya yang menguntungkan.

 

Sepertinya semuanya mudah ya.. padahal awal-awal menjalani LDR, Liya sempat stres. Contohnya ketika di suatu kota terjadi suatu musibah padahal saat itu suaminya sedang berada di kota tersebut. Ditambah suami sedang susah dihubungi. Duh, berita yang tersebar tidak jarang membuatnya stres dan marah.

Manusiawi kalau sesekali mengeluh dan mempertanyakan, sampai kapan LDR-an terus. Tetapi Liya selalu berkaca melihat teman-temannya yang lain, yang sama-sama menjalani LDR, dengan kondisinya yang berbeda-beda. Kalau mereka bisa, seharusnya dirinya juga bisa.

Itu semangatnya.

 

Gimana dengan temen-temen yang lain? Ada yang sedang menjalani LDR? Yuk, sharing cerita dan tipsnya di sini. Biar bisa sama-sama saling menguatkan.

🙂

 

27 thoughts on “Tips Menjalani LDR dengan Suami

  1. Wah baru baca. Saya juga merasa lebih rame tinggal di Jogja meski LDR -an. Sama kayak Mak Liya yang kalau ikut suami podo wae ketemu cuma malam dan sudah sama2 capek, hehe. Kemana-mana lebih sering sendirian. Kalau di Jogja mau kemana-mana masih enak ada ortu/adik/sodara yang nemenin. Pas saya terpaksa rontgen gigi misalnya, ya bgkrt sendiri sama anak. Ato anak harus cek lab, ya siang2 ke rumah sakit sendiri, kalau nunggu suami plg kerja kasian anak yang sedang sakit. Malah dituntut lebih mandiri karena merantau. Lain kalo LDR tapi di sekota sama ortu, lebih santai. Tapi kalau ditanya mau LDRan terus? Pasti jawabannya nggak=)

  2. Mba Liya hebat ya, dan semua pasangan LDM yang sukses menjalaninya, buat saya hebat euy. Saya kayanya ga bisa deh, membayangkan sendiri ngurus ini dan itu di rumah 🙂

    Salam kenal ya Mba Liya

  3. Baca ini teringat pengalaman sendiri LDR an sama suami Medan – Batam selama 4 tahun. Beraaaat tapi harus dijalani. Sekarang alhamdulillah udah kumpul bersama lagi di Medan :).

  4. Wuah… senasib nih aku sama mbak Liya. Tapi sementara aku masih ikut ortu. Suami pulang 2 minggu sekali.
    Hal plg penting yang pertama menurut aku jujur dan menyusul komunikasi.
    Bukan hanya jujur masalah kesetiaan tapi jujur segala keadaan yang dialami. Susah senang pokoknya harus brg. Meski hanya bisa cerita lewat video call, texting, atau telpon.
    Meski LDR bukan hal yg buruk, krn jd sering merasa pengantin baru (xixi), tapi cita2 serumah harus terwujud. Terutama kalau udah ada momongan. Biar parenting berjalan lancar 😀

  5. Aku LDRan mbaak, 4 tahun. Antar benua lagi. Hiks hiks hiks. Tapi tipsnya benar bgt, LDRan ga terasa karena komunikasi, komitmen, dan saling percaya

  6. aku yang ga bisa ldr an sama suami :”) makanya waktu itu g berakhir baik. dan sekrg ga mau ngulangi lagi ikut aja sampe resign aku belain. semoga selalu langgeng muahhh

  7. Saya pernah mengalami LDM daaan iya setuju sama tipsnya. LDM pun diputuskan dengan mikir matang-matang..nggak gampang emang

  8. Wah sesama pasangan LDR ini, saat ini saya juga lagi mengalami suami di Barabai-Kalsel (4 jam dari Banjarmasin), saya di Jakarta, dan orangtua di Malang (JawaTimur). Sudah 9 bulan semenjak menikah kami LDR, di tambah pacaran sudah 4 tahunan mungkin. Bisa ketemu suami paling cepat 1 bulan sekali, sedih sih rasanya. Karna di Jakarta juga ngga ada orang tua
    ini sudah dalam tahap mulai “lelah”, dilema antara resign dan tetap bekerja untuk membantu orang tua dan adik”, sedangkan setelah menikah kewajiban istri harus sudah kepada suami ..

  9. Saya di hadapkan pilihan yg rumit. Saya bnar benar tdk pernah berfikir untuk LDR, tapi saya skrg sedang di hadapkan pilihan itu. Ragu…untuk mengambil keputusan….takut dgn yg namanya LDR setelah menikah.
    Sya bnar benar dilemaaa….. Harus lanjut dengan konsekuensi LDR, atau akhiri………

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *