Perasaan saya sering banget ya, jalan-jalan ke candi. Hahaha. Habisnya gimana dong. Kalau punya 2 ortu yang rumahnya deketan sama candi. Padahal dulu saya jarang banget main ke candi loh, seringnya nge-mall atau pokoknya gaul ke kota-lah. Tapi semenjak menikah dengan makhluk yang tidak begitu menyukai mall, jadinya malah ketularan. Dan libur lebaran yang hampir 2 minggu ini, kami sama sekali belum main ke mall. Tapi aku kangen mall, pokoknya di sisa-sisa libur lebaran minggu ini, harus main ke mall. *kode keras, karna tau blog ini dibaca suami*
Baca juga: Wisata Tanpa Mall di Jogja
Di hari yang sama, setelah kami main ke Tebing Breksi, suami ngajak kami untuk main sekalian ke Candi Barong. Temennya bilang, candi ini lebih bagus ketimbang Candi Ijo. Oke, we’ll see..
Sekitar 500 meter ke bawah dari Tebing Breksi, ada plang petunjuk jalan “Candi Barong” ke arah utara. Wah, ini pasti jalur alternatif. Ketimbang kami harus turun lagi ke bawah, padahal nanti bakal naik ke atas lagi. Jadi mending lebih jalan sini aja. Dan kami melupakan satu hal, bahwa yang namanya jalan alternatif itu pasti jalannya mengkhawatirkan, entah diputer-puterin, jalannya sempit, atau aspal yang tidak rata. *trus jadi inget, dulu motoran berdua sama suami di Puncak Bogor, dan diputer-puterin sama yang namanya Jalan Alternatif*
Dan benar dong.. jalan alternatif dari Tebing Breksi atau Candi Ijo menuju Candi Barong ini, sangatlah jelek. Lewat jalan kampung yang sempit, aspal yang tidak rata, dan rute yang menanjak. Sambil buka GPS dan nyruput Fruit Tea, saya tegang. Bukan takut kesasar, *enggak luculah, kesasar di kampung sendiri* tapi takut kalo mobilnya kenapa-napa. Namanya mobil bekasyah.. semenjak beli kemarin belum pernah dipake buat offroad begini.
Baca juga: Pertimbangkan Ini Ketika Membeli Mobil Bekas
Di perjalanan tersebut, kami papasan dengan 2 mobil. Mobil pertama, hendak menuju ke Candi Ijo. Dia menanyakan, ini jalannya benar enggak? jalannya gimana? Mobil kedua, menanyakan jalan menuju ke desa Bayat, Klaten. Katanya, jalan Jogja-Prambanan macet banget. Merekalagi cari jalan alternatif ke Klaten, dan nyasar di situ, yang sayangnya itu bukan jalan ke Klaten, kalau diterusin dia malah bakal balik lagi ke Jogja.
Dengan berjalan pelan, khawatir kalau bakal nggasruk batu bawah mobil. Puji Tuhan, mobil kesayangan ini berhasil mengantarkan kami sampai ke Candi Barong dengan selamat. Pokoknya ya.. pelajaran banget. Jangan mudah percaya pada tawaran “jalan alternatif”. Hahaha. Dan kalau kalian mau coba jalan alternatif dari Candi Ijo atau Tebing Breksi ke Candi Barong, pastikan kendaraannya fit dan yang nyupir juga ahli.
Rasanya seneng karena offroad akan berakhir, setelah dari jalan dan pagar luar terlihat Candi Barong dan rumputnya yang hijau. Seger rasanya. Pengin segera masuk dan cari pohon untuk bersantai di bawahnya. Kami punbergegas ke loket tiket dan membayar tiket masuk, 2000 untuk dewasa dan 1000 untuk anak-anak. Murah ya.
Candi Barong memang bagus, tapi sayangnya tidak seterkenal Candi Ijo. Kemarin bebarengan dengan kami mungkin hanya ada sekitar 4 pasang keluarga yang bersantai di sana. Tapi saya suka. Dasarnya saya emang enggak sukasama tempat wisata yang terlalu rame, bukannya refreshing malah stres liat lautan orang. Tapi takut juga kalau ke tempat wisata yang cuma saya pengunjungnya.
Sampai di area candi, kami melihat sebuah gazebo yang memanggil-manggil untuk ditiduri. Duh, rasanya enak selonjoran dan tidur terlentang di gazebo yang letaknya di bawah pohon itu. Selama beberapa kali kami keliling candi di sekitaran rumah orangtua, baru kali ini menemukan gazebo dibangun di area taman candi. Ademm.. Apalagi saat itu langit Jogja lagi terik banget.
Setelah tenaga ter-charge, kami mulai masuk ke dalam candi. Candi Barong merupakan candi hindu di desa Sambirejo, Prambanan. Candi ini disebut “Barong” oleh penduduk setempat karena relief di candi yang mirip barong. Padahal nama aslinya dulu adalah Candi Sari Sorogedug.
Kiri: Kuil Pemujaan Dewa Wisnu. Kanan: Kuil Pemujaan Dewi Sri
Di dalam candi ada 2 kuil candi yang dulu digunakan masyarakat sebagai tempat pemujaan, yaitu Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Melihat kondisi geografis daerah itu pada masa dulu adalah tandus, maka mereka berdoa kepada Dewa Wisnu, yaitu salah satu dari Dewa Trimurti dalam Hindu dan merupakan Dewa Pemelihara, serta kepada Dewi Sri, yang merupakan Dewi Padi. Harapannya, semoga daerah tersebut subur dan bisa meningkatkan kehidupan masyarakat sekitar.
Kalau temen-temen ada yang mau main ke sini, saya sarankan lewat rute resminya aja yang lebih aman. Dari arah timur (Klaten, Jawa Tengah) belok kiri arah Pasar Prambanan. Lalu sebelumnya Candi Ratu Boko, perhatikan ada plang penunjuk “Candi Barong”, belok ke arah utara dan ikutin jalan. Pulangnya kami melewati rute resmi ini, dan sempat kepedean ambil jalan, yang ternyata itu jalan menuju parkiran belakang Candi Ratu Boko. Hahaha. Ternyata, jalan menuju dan keluar Candi Barong cuma satu-satunya lewat belokan setelah Pasar Prambanan itu.
Ohya, lewat jalan itu kitajuga bakal nglewatin Abhayagiri Restaurant. Kemarin hampir buka puasa di sana bareng temen-temen blogger Jogja, tapi batal karena pindah tempat.
Oke, Candi Ijo – done, Tebing Breksi – done, Candi Barong – done. Next trip, ke Abhayagiri Restaurant.
:)))
lumayan sepi ya candinya 😀
lumayan untuk santai keluarga ^^
Iya, berasa candi pribadi. Hehe
Mungkin krn rute ke sana agak susah jd sepi ya mbak? Tp enak sih berasa wisata sendiri 😀 TFS 🙂
Enggak susah benernya kalo lewat rute resminya. Saya aja yg iseng lewat rute yg abal2. Hehe
Dah tiga kali ke.candi ijo tp lom pernah ke candi barong mb, asik juga yaa sy jg suka jalan2 ke candi 😍
Ayoo ke candi barong. Trus mampir Abhaya Giri, nguras isi dompet. Hahaha..