Belajar Gaya Parenting ala Ayah

Belajar Gaya Parenting ala Ayah

Akhir-akhir ini saya merasa (iya, saya mah orangnya perasa), bahwa sebenernya suami saya punya gaya parenting yang lebih hebat daripada saya. Dia lebih sabar dan telaten ketimbang saya. Padahal saya yang paling rajin baca-baca artikel parenting dan koleksi buku parenting. Sedangkan dia, yang paling rajin dibaca cuma berita olahraga, politik, dan nonton Doraemon di Youtube.

Eh lupa, ada 1 buku parenting yang dibaca dia, yaitu “AyahASI”. Itu pun karena dibeliin sama temen dan dibaca sekali doang sebelum Luna lahir.

Trus saya coba inget-inget lagi gaya parenting bapak saya dulu. Sebelas-duabelas dengan suami saya. Mereka sama-sama tidak baca buku parenting, apalagi artikel parenting. Boro-boro dateng seminar parenting, nonton talkshow parenting aja males. Mending nonton F1 atau laga tinju internasional.

Bapak saya dan bapaknya Luna ini sama-sama tidak bisa full 24 jam bersama anaknya. Tanggungjawab sebagai kepala keluarga untuk menghidupi kami sekeluarga membuat mereka harus kerja yang seringkali sampai malam. Tapi herannya, saya selalu menganggap bahwa bapak adalah laki-laki yang keren (meski sering nyebelin juga). Tanpa disadari, selama 25 tahun hidup bersama beliau, ternyata dapetnya suami yang enggak jauh beda sifat-sifatnya sama beliau. Dan ini baru saya sadari setelah menikah dan punya anak.

Baca juga: 10 Ide Kencan Ayah dan Anak

Sekarang saya jadi berpikir, bahwa sebenernya mereka ini adalah buku parenting yang hidup. Kita bisa banyak belajar dari gaya parenting mereka. Gaya yang secara naluriah muncul dalam dirinya, tanpa dipaksakan, tapi membuat anak-anak selalu nyaman saat bersamanya. Tanpa buku, tanpa ikut seminar, apalagi nonton talkshow. Paling pol, obrolan antar temen kerja mereka sesama kaum ayah.

Berani

Ayah itu sosok yang lebih berani ketimbang ibu. Mereka lebih berani melakukan hal-hal ekstrim, termasuk menghalau binatang yang menjijikkan. Saya paling benci sama cicak, kecoa, dan tikus. Jadiserahkan saja ke suami, maka dia yang lebih berani untuk membersihkannya.

Termasuk juga urusan kegiatan yang ekstrim. Nyali ayah lebih gede ketimbang ibu. Misalnya nih, Luna berani naik arung jeram asal ditemani bapaknya. Kalau sama saya, dia enggak akan mau. Harus sama bapak. Dia juga berani manjat teralis jendela sampai paling atas, asal ditemani eyang kakungnya. Kalau sama uti apalagi ibuknya, dia bakalan anteng enggak mau manjat-manjat.

Karena para kaum ayah ini lebih berani, mereka juga paling jago membesarkan hati anaknya. “Enggak pa-pa. Berani aja.. Kamu bisa kok.”

Mungkin itu yang bikin anak-anak jadi ikutan berani. Coba kalau kita halangi terus apalagi ditakut-takuti, kapan mereka bisa berani.

Belajar Gaya Parenting ala Ayah
Luna enggak berani naik kuda kalau sama ibunya. Harus sama bapak, baru bisa senyum relaks.
Tega

Lanjutan dari ayah yang lebih berani dan jago membesarkan hati anaknya, mereka ini adalah orang yang paling tega melihat anaknya melakukan hal-hal ekstrim. Mereka tidak banyak berpikir, “jangan-jangan..”. Yang penting coba aja. Berani. Bisa.

Kalaupun misal nanti anaknya jatuh atau terluka, mereka akan menghibur dan kembali membesarkan hatinya. “Nggak papa, kita coba lagi. Berani. Bisa.”

Beda banget sama saya yang terlalu banyak pertimbangan dan sering melarang Luna ini-itu. Saya enggak tega lihat Luna melakukan hal-hal ekstrim. Takut nanti Luna jatuh-lah, atau khawatir Luna bakal sakit-lah, dan sebagainya.

Dan misal kejadian Luna beneran jatuh atau terluka, maka saya cenderung akan menghalanginya melakukan hal itu lagi. Khawatir kejadiannya akan berulang. Enggak tega rasanya..

Tapi dipikir lagi, kalau enggak punya rasa tega ini, Luna jadi enggak berani apa-apa dong. Seterusnya dia bakal jadi anak yang nyaman berlindung di balik tubuh orangtuanya. Karena semua sudah diselesaikan orangtuanya.

Sabar

Dibanding saya, bapaknya Luna jauh lebih sabar ngurusin Luna. Beberapa temen ada yang mengatakan hal yang serupa, bahwa suaminya jauh lebih sabar menghadapi anaknya. Kalau menurut kesimpulan asal saya sih, itu karena ayah biasanya tidak menemani anak selama full 24 jam. Pekerjaan sering menuntut mereka keluar rumah hingga malam.

Sehingga efek baiknya adalah, saat waktunya quality time dengan anak mereka akan lebih total. Anaknya berulah yang terlalu aktif, mereka akan lebih sabar menghadapinya. Mereka tidak akan merusak quality time tersebut dengan ngomel-ngomel apalagi marah-marah ke anak.

Berarti solusinya, kita juga harus me time. Terutama untuk ibu-ibu yang full 24 jam bersama anak. Perlu banget me time dan stress release. Menjauh sejenak dari anak bukan hal yang dosa. Justru itu bisa meningkatkan rasa sayang dan kangen kita ke mereka. Jadi, pas ketemu paling enggak ketika mereka berulah, kita tidak akan marah-marah dan jauh lebih sabar.

Ohya, jangan lupa kenyangkan perut dulu. Tanpa logistik, otak dan hati susah berkoordinasi. Lol

Belajar Gaya Parenting ala Ayah

Konyol

Tahu pepatah ini kan? Boy will be boys.

Mau laki-laki tumbuh dewasa dan setua apapun, mereka tetap saja seorang cowok yang selalu berperilaku konyol. Dan kekonyolan ini sering muncul ketika berinteraksi dengan anak. Mereka tidak malu menggendong boneka di teras rumah, karena diajak main sama anaknya. Mereka tidak malu kukunya dijadikan eksperimen si anak untuk dipakein kuteks. Mereka juga tidak malu pakai sayap dengan sarungnya, lalu melompat-lompat di atas sofa, pura-pura jadi Superman. Kadangkala mereka juga mengajak anak bersekongkol untuk ngerjain ibunya.

Makanya, enggak jarang ibu-ibu sering bilang bahwa mereka punya bayi besar, yaitu suaminya sendiri. Lol

Sebaliknya, seringkali pikiran kita sudah terlalu penuh dengan pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya. Sehingga kita lupa untuk mengendurkan syaraf dan malu atau (lebih tepatnya) malas melakukan hal-hal konyol bersama anak.

Mungkin dengan kita abai sejenak dari urusan rumah tangga, kita bisa lebih relaks. Tidak perlulah terlalu sempurna mengurus rumah. Jika perlu mintalah bantuan dari ART atau anggota keluarga lain, sehingga enggak perlu pusing mikir cucian atau setrikaan.

Lalu ketika anak mengajak bermain, lepaskan saja semuanya. Berperilakulah konyol, total, dan sesekali jadi badut atau topeng monyet juga nggak masalah. Tidak perlu malu.

Belajar Gaya Parenting ala Ayah
Cuma ayah yang mau tahan napas dan pengap pake topeng plastik. Dan enggak usah jaim difoto bahkan diupload ke sosmed.
Tegar

Saya sering mengamati bahwa ayah adalah sosok yang paling tegar dalam sebuah keluarga. Misalnya di suatu keluarga tersebut tertimpa musibah, maka ayah akan menjadi penopang yang kuat bagi istri juga anak-anaknya. Sekalipun di dalam hatinya juga remuk redam, tapi dari luar dia akan menampakkan dirinya kuat.

Begitu pula jika ada suatu kegagalan menimpa sebuah keluarga, maka ayah tidak akan menyerah, selalu tegar, dan kembali membesarkan hati keluarganya. Dengan menunjukkan diri bahwa dia kuat, maka anggota keluarga yang lain juga pasti bisa kuat.

Saya seringkali cemas berlebihan, panik, dan berpikiran negatif. Entah apa jadinya jika suami saya menunjukkan ekspresi yang sama ketika Luna sakit. Tapi dia selalu berkata, “Tenang, semua akan baik-baik saja. Luna pasti sehat lagi. Kita pasti bisa melewatinya.”

Dan kalimat sederhana itulah menjadi kekuatan saya.

*

Hhmm.. apalagi ya..

Paling enggak itu sih, beberapa sifat dan gaya parenting yang saya amati dari suami dan juga bapak saya. Mungkin kalian punya pengalaman berbeda atau mau menambahkan?

11 thoughts on “Belajar Gaya Parenting ala Ayah

  1. Jadi inget sama bokap yang selalu santai kalo gue nyodorin lembaran kertas lomba panjat dinding. Tapi kalo nyokap paniknya gak kira-kira. -_- Haduuh…. Sampe sekaraaaaang >_< nyokap masih gak bolehin nyupir mobil. :-/ Padahal sama bokap udah dapet lampu ijo dari beberapa tahun yang lalu… et dah..

  2. Mak Noni, aq jadi pengen nulis gini jg. Kadang aq malu sendiri kalo pas dpt pujian krn ngurus anak. Karena rasanya yg harus dpt pujian itu suami. Mudah2an suamiku ga bc komenku ini hahaha. Tapi beneran para bapak itu klo ngajari anaknya ga perlu pake suara menggelegar kayak aq anake langsung iya iya aja hahaha. Huh curhat deh aq di sini 😀

  3. suamiku sabar banget jadi samsak idup buat anak2, lagi enak tidur dilempar truk pasir segede bagong pun gak ngamuk, coba emaknya yg digituin.. bisa langsung berubah jadi trex hahaha..

  4. Walah, gini to ternyata. Sesekali pernah denger aja kalo mama sama papa itu cara asuhnya beda. Dan disini jadi lebih tau detailnya. Makasih mba Noni 🙂

  5. Sama, Mbak. Saya seringkali bersyukur memiliki suami yang juga mau terjun langsung urusan parenting. Tidak hanya mencari nafkah. Dan, kalau dipikir lagi, jadinya saling melengkapi 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *