Manajemen ASI Ibu Bekerja

Manajemen ASI Ibu Bekerja

Tetap memberikan ASI ke anak meskipun jadi fulltime working mom itu bukan perkara yang mudah loh. Meski enggak sempurna, enggak langsung dari gentongnya, tapi saya bahagia banget.Prestasi tersendiri ketika saya bisa kasih Luna full ASI.

*mana keproknya*

Jadi inget dulu, tiap hari tas kerja selalu berat isinya perlengkapan perang pumping. Pernah ketinggalan di rumah, dan jungkir-balik minta tolong suami buat anterin. Pernah juga ASIP ketinggalan di kantor, dan putar balik untuk ambil lagi. Bukan karena ASIPnya kejar tayang, tapi karena itu weekend dan enggak percaya sama kualitas ASIP di kulkas kantor. Kalau penjaga malemnya salah ambil susu gimana? Brb

Manajemen ASI ibu bekerja itu sedap-sedap deg-degan. Sedap karena seru perjuangan dan jungkir baliknya. Bangun pagi-pagi buat pumping sebelum anaknya kebangun duluan dan nagih jatah nenen. Nahan nyeri di dada karena udah waktunya pumping tapi masih meeting. Termasuk kalau ditinggal tugas kerja ke luar kota, harus usaha banget nyari tempat pumping yang layak dalam kondisi darurat.

Baca: Pengalaman Bawa ASIP ke Pesawat

Juga deg-degan saat melihat deretan botol ASIP di freezer sudah menipis. Lalu mulai deh, pakai teknik manajemen. Dihitung-hitung kira-kira ASIP cukup sampai berapa hari dan saya harus menambah stoknya target minimal berapa botol. Kejar target, biar ASIPnya enggak kejar tayang. Jarakkantor ke rumah itu jauh. Sayang duit kalau harus pakai kurir ASI.

Hingga akhirnya saya berhenti pumping dan Luna mulai dikasih susu pendamping selain ASI di usia 18 bulan. Ahak-ahak, aye-aye… Selesai sudah perjuangan saya pumping di mushola yang banyak nyamuknya, di ruang bapak CEO ketika lagi enggak di kantor, dan di ruang meeting yang enggak ada kuncinya.

Semuanya pantas dikenang. Sambil saya mikir-mikir lagi, kok bisa ya dulu me-manage ASI sedemikian rupa. Sekalipun ditinggal ke luar kota beberapa hari pun, Luna tetep bisa minum ASI tanpa kebocoran sufor.

Ada yang lagi cuti melahirkan dan siap-siap mau masuk kerja lagi enggak? Sini, aku ceritain manajemen ASI-ku kemarin ya..

  • Mulai pumping dan menyetok ASI sejak usia anak 1,5 bulan atau sejak cuti melahirkan. Saya sama sekali tidak membatasi jumlah botol ASIP yang bisa muat di kulkas. Yang penting pumping sebanyak-banyaknya. Karena kulkas penuh, saya menyewa freezer ke jasa penyewaan freezer ASI. Lihat freezer-nya ukuran raksasa, trus malah jadi semangat untuk menuhin.
  • Pumping di kantor minimal 2x sehari, siang dan sore. Jam kerja orang kantoran itu normalnya 9 jam, dan jadwal pumping itu paling tidak per 4 jam sekali. Jadi saya mengusahakan banget bisa pumping di kantor minimal 2x. Trus ditargetkan sekali pumping dapet 1 botol. Pantang bubar sebelum tercapai 1 botol.
  • Tidakterlalu memikirkan pandangan negatif rekan kerja yang menuduh kita mencuri jam kerja. Mungkin mereka belum ngerasain punya anak, jadi minim pengetahuan tentang pentingnya ASI. Lebih baik bagi info aja ke mereka, supaya mereka lebih aware tentang pentingnya ASI.
  • Gerilya cari tempat pumping yang bersih.Kantor saya enggak ada ruang laktasi, tapi saya anti banget pumping di kamar mandi. Sebersih-bersihnya kamar mandi, tapi ruangan itu tetep kotor. Jadi, saya selalu pumping di mushola yang banyak nyamuknya, ruang meeting yang enggak ada kuncinya, atau di ruang CEO yang kalau ditinggal ke luar kota. Sedapetnya mana yang kosong.
  • Di rumah, pumping minimal 2x sehari. Saya selalu mengusahakan bangun tidur sepagi-paginya, kemudian langsung pumping. Sebelum anak merengek minta nenen, dan sebelum disibukkan urusan rumah tangga lain. Lalu saat pulang kerja, saya juga langsung pumping. Jadi sehari, total bisa dapet minimal 4 botol. 2 botol di rumah, 2 botol di kantor.
  • Minta dispensasi perpanjangan jam istirahat untuk menyusui anak, sampai dia 6 bulan. Saya selalu manfaatkan fasilitas kantor ini. Kerjaan tetep jalan, dan menyusui anak di rumah juga tetep bisa.
  • Saat tidur malam, susui anak dengan satu payudara. Sehingga paginya payudara sisi lain penuh dan bisa ngocor ketika dipompa. Lumayan..
  • Jika harus pergi keluar kota, koordinasikan dulu dengan pasangan. Bagaimana mengasuh anak terutama di malam hari. Biasanya anak yang masih menyusu akan lebih rewel saat mau tidur malam.
  • Jika tugas ke luar kota, bawalah peralatan ASIP selengkap-lengkapnya dan botol ASIP yang lebih banyak. ASI yang tidak diminumkan seharian apalagi berhari-hari itu, pasti akan memberontak minta dikeluarkan. Kalau hari-hari kerja biasa, mungkin sehari dapat 4 botol. Saat ke luar kota bisa dapat 2x lipatnya atau 8 botol.
  • Ketika ada libur panjang, gunakan 1 hari untuk melatihnya minum ASIP. Biasanya libur lebaran, libur natal, atau libur yang lebih dari 3 hari, maka anak akan rewel dan susah minum ASIP setelah kita tinggal kerja lagi. Jadi, di hari terakhir libur latih dia minum ASIP, paling tidak sesuai dengan jam kita bekerja nantinya.
  • Tidak perlu merasa berdosa jika tidak sesuai standar saat memberinya ASIP.Misalnya meminumkan ASIP dengan botol dot. Kalau sesuai dengan standar WHO, jelas itu dilarang ya.. Tapi gimana dong.. Luna bayi dulu tidak mau mau minum dari cup feeder apalagi sendok. Lebih baik, fokus pada tujuan yang sama deh, yaitu kesehatan anak berkat ASI.

Baca: When Mother vs Mother

Meski pengalaman pumping itu sudah terlewat lama, sekitar 1,5 tahun yang lalu, tapi usaha dan kerja kerasnya masih keinget banget sampai sekarang.

Rasa emosi yang naik-turun, ketika suatu hari Luna ngambek enggak mau minum ASIP. Membatin kapan meetingnya kelar, dada ini rasanya udah mau bocor. Lari-lari di tengah hujan untuk mengejar taksi supaya cepet balik hotel, karena pengin pumping. Termasuk mengajak Luna ikut tugas kerja ke luar kota, karena persediaan ASIP terbatas, jadi dia harus minum langsung dari gentongnya.

Rasa nostalgia ini bikin tiap lihat temen yang bekerja dan semangat menyusui anaknya, saya pasti penasaran cerita-cerita di baliknya. Seperti temen saya satu ini, Arifah Wulansari. Berbekal pengalaman anak pertama yang tidak sukses ASIX, maka dia bertekad untuk memberikan anak keduanya ASIX dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.

Beda sedikit dengan saya, bunda Tayo (6y) dan Tifa (7m) ini mulai pumping sejak Tifa usia 2 bulan. Lalu setelah aktif bekerja, dia selalu pumping di kantor 2x dan di rumah juga 2x. Sehingga sehari paling enggak pumping 4x.

Ketika di kantor, mbak Ari yang bekerja di Puskesmas selalu pumping di ruang tidur petugas UGD. Dan karena dia bekerja di bidang kesehatan, jadi tidak pernah ada pandangan negatif dari teman-temannya. Dia tetap bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, termasuk tugas untuk diklat atau ke luar kota tetap dijalani dengan baik juga tanpa melupakan tugas ibu memberikan ASI untuk anak.

Padahal ya, ninggalin anak ASI untuk bekerja ke luar kota itu butuh pengorbanan banget loh. Karena yang repot tidak cuma ibunya, tapi juga suami dan pengasuhnya. Kebanyakan anak ASI akan rewel ketika malam hari, karena sering bangun mencari puting ibunya.

Mbak Ari ini pernah ninggalin Tifa saat usia 3,5 bulan untuk diklat selama 10 hari. Setiap hari dia pulang jam 10 malem. Sehingga Tifa terpaksa harus dijaga oleh neneknya, lalu tidur dengan ngedot ASI sambil digendong. Dan selama ditinggal tugas-tugas seperti itu, Tifa tidak pernah rewel.

Katanya menutup obrolan kami,

“Yang penting hati ibunya tenang, maka insyaallah anaknya ikut tenang. Intinya, meski ibu jauh tapi tetep kirim doa untuk anak dan percaya bahwa kekuatan Tuhan akan membantu.”

Semangat untuk ibu-ibu menyusui sambil bekerja lainnya!

3 thoughts on “Manajemen ASI Ibu Bekerja

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *