Drama hidupku enggak pernah jauh-jauh dari clean up atau merapikan mainan.
Entah udah berapa kali cerita ke Bunda Luna di daycare, “Luna ini kalau di rumah susah sekali diminta merapikan mainan.”
“Wahh… padahal kalau di sini manis banget loh Bu.. Dia selalu membereskan mainannya.”
-_______- Anakku nurutnya cuma di sekolah.
Tiap diminta clean up selalu adaa.. aja alasannya.
“Aku mau main ini ahh…”
“Kalo mau ganti mainan, yang sebelumnya diclean up dulu.”
“Luna masih mau mainan itu juga kok.”
Atau,
“Luna tuh kalau clean up sumuk, Ibuk..”
Lalu kami ganti strategi dengan mengingatkannya sebelum dia menumpahkan mainan.
“Nanti yang clean up mainannya siapa?”
“Luna.”
“Oke, deal. Bener ya..”
Tapi ketika diminta clean up, dia akan teriak, “Bapak ajaa yang clean up.”
Sampai sekarang, sebenernya clean up masih jadi tantangan sendiri. Gimana caranya menanamkan kesadaran dan tanggung jawab ke anak. Juga mengajarkannya kerapian dan kebersihan.
Kadang berhasil, tapi kadang gagal juga. Kadang dia mau nurut, kadang dia ngeyel dan membantah. Kadang dia bisa manis banget dan berinisiatif untuk clean up sebelum disuruh, tapi kadang dia nyebelin dan susah banget diajak disiplin.
Namanya juga anak-anak ya Bu…. Susah diajak konsisten dan berkomitmen.
*
Berhubung saya ini tipikal orang yang suka kerapian. Jadi berusaha keras untuk ngajak Luna rapi dan sadar clean up. Meskipun kadang berhasil, kadang enggak, tapi enggak boleh menyerah!
Ini yang biasa saya lakukan demi mewujudkan kedisiplinan dan kerapian.
1. Membantunya merapikan mainan.
Enggak cuma menyuruhnya merapikan aja, tapi juga membantunya. Meski ada beberapa sumber mengatakan bahwa dengan bantuin anak merapikan mainan, itu akan membuat anak menyepelekan tanggung jawabnya. Tapi kok saya malah tidak merasakan itu ya..
Dengan membantunya merapikan mainan, secara enggak langsung kita memberinya contoh, bahwa itu suatu bentuk tanggung jawab dan menjaga kebersihan.
Kadang, kalau saya capek membantunya merapikan mainan, saya cuma duduk manis dan meraih mainan terdekat di sekitaran saya, sisanya menyuruh Luna mengambil mainan-mainan yang berserakan dimana-mana itu.
Mungkin saya baru bisa menerapkan tidak membantunya sama sekali, ketika dia udah TK kali ya.. Kalo udah gedean gitu kan, seharusnya lebih sadar tanggung jawabnya. Lebih bisa digalakin untuk lebih disiplin.
2. Merapikan mainan sambil nyanyi.
Ini saya lakukan dulu saat Luna masih usia 1-2 tahunan. Sambil nyanyi lagu”Clean Up Songs” dari Super Simple Song. Cari sendiri di Youtube ya kakak…
Clean up. Clean up. Everybody lets clean up. Clean up. Clean up. Put your things away.
Trus inget adik saya juga, yang dulu bakal semangat banget clean up ketika lihat Power Rangers yang masuk-masukin sampah ke tempatnya sambil salto.
Dari situ saya menyimpulkan, anak bakal cepet nangkep dan semangat ketika melihat dan mendengar audiovisualnya.
Cuman yaa… Setelah usia 3 tahun ini, dia makin pinter ngeles dan ngeyel. Lagu ini sudah enggak mempan lagi. Huhuhu…
3. Menyediakan keranjang dan rak khusus mainan.
Dulu pas belum punya keranjang mainan, rumah berasa berantakan banget. Kunci sebuah rumah kelihatan rapi itu sebenernya semua barang punya tempatnya, baik itu keranjang ataupun lemari. Jadi, penting banget punya keranjang mainan. Dan karena enggak semua mainan bisa ditaruh di keranjang, seperti mainan semacam papan tulis magnet yang ada pennya dan bisa dihapus itu, atau mainan cincin donat yang disusun tinggi dan dimasukin ke tiang itu.. *maaf, enggak tahu namanya* Maka butuh banget rak mainan sebagai ganti tempatnya.
Mainan semacam itu bisa rusak dan berantakan kalau ditaruh di keranjang, karena bisa ketindihan mainan yang lainnya.
Jadi, rak mainan itu saya fungsikan untuk menyimpan buku-buku ceritanya, alat tulisnya, dan juga tas-tasnya. Sedangkan keranjang juga enggak harus yang mahal-mahal, bahkan saya menggunakan kardus bekas untuk wadah mainannya. Kalau mau lebih kelihatan imut, bisa kok kardusnya dicat dulu atau dilapisi dengan kertas kado lucu.
Trus, kalau saya sih ya… prefer dengan rak terbuka. Sehingga anak bisa lebih mudah ambil-letakkan barang. Enggak perlu buka-tutup pintu, yang itu akan merepotkannya.
4. Tidak takluk dengan tangisannya.
Iya, anakku ini gampang banget nangis. Drama queen. Dikit-dikit dia akan mengeluarkan senjata tangisannya. Termasuk ketika menolak untuk merapikan mainan, dia bakal nangis. Tapi aku tidak boleh menyerah, sist!
Dia mau nangis sekeras dan selama apapun, harus rapikan mainannya dulu.
Seperti ini..
5. Membuang Menyembunyikan mainannya, ketika tidak dirapikan.
Oke, cara yang terakhir ini kejam ya.. Tapi saya melakukannya, ketika Luna susah banget diminta clean up.
Sebenernya saya tidak benar-benar membuangnya, hanya menyembunyikan mainan itu di tempat yang tidak terlihat olehnya. Sayang tauk, lego beli mahal-mahal dibuang. Lol
“Oke. Kalau kamu enggak mau clean up, Ibuk sapu ya legonya.” (diucapkan sambil pegang sapu dan siap-siap nyapu mainannya)
“Enggak pa-pa enggak diclean up. Paling besok kamu bangun tidur, mainannya udah hilang.”
Duh, ini brati aku boong ke anak ya? Eh, tapi beneran disapu kok.. Disapu trus dimasukin plastik, taruh di persembunyian alat-alat perbengkelan, yang tidak pernah dijamahnya. Dan Luna mikirnya, kalau mainan hilang berarti dibuang.
Habisnya gimana dong, sist… Susah banget ngajarin anak untuk clean up.
6. Tidak saklek barang harus pada kotaknya.
Sekalipun saya suka kerapian dan kebersihan, tapi saya belajar untuk enggak terlalu saklek bahwa lego besar harus di keranjang ini, mobil-mobilan harus di keranjang itu. Kadang Luna merapikannya asal di satu tempat, dan kalau lagi males saya akan membiarkannya. Tapi kalau lagi sama-sama kumat rajinnya, saya akan mengingatkannya bahwa dia salah meletakkan mainannya, seharusnya di kotak itu.
Hahaha.. enggak konsisten ya?
Ah, biarin. Karena kalau terlalu saklek, anak bisa bete juga loh.. Anak itu sama juga seperti kita, rajin-tidaknya tergantung mood. Dan kalau terlalu saklek, bisa lamabet rapiin mainannya. Sampe lebaran kuda enggak kelar-kelar tar..
Lagipula, ternyata itu enggak bikin Luna lupa sama aturan letak mainan ini. Dia tahu di keranjang mana letak lego besar, lego kecil, boneka, mobil-mobilan, buku, dan lainnya.
Dansaya juga punya kebiasaan. Sekitar tiap 3/4 bulan sekali saya akan menata ulang keranjang dan rak mainannya. Mainan yang udah rusak, dibuang. Mainan yang salah tempat, dikembalikan ke tempat semula. Kebiasaan beberes ini enggak usah sering-sering, bahkan kalau bisa setahun 2 kali boleh banget.
Masak, hidup kita tiap hari beberes mulu sik yaa…
7. Tidak terlalu sering beliin mainan.
Hahaha.. tips terakhir ini paling ngawur.
Karena kalau terlalu sering beliin mainan, maka mainannya akan makin banyak, dan makin ribet untuk beresinnya. Dan percayalah, anak itu bosenan. Misal bulan ini dia lagi seneng banget sama mainan A, bulan depan dia akan lupa sama sekali sama mainan A ini karena sudah beralih dengan mainan baru B.
Jadi biar lebih awet betahnya, saya enggak pernah menjadwal beliin mainan anak sebulan sekali. Occasional aja sih.. Kayak kemarin dia minta Barbie sepulang dari Rumah Sakit itu. Atau laptop Sofia untuk kado ulangtahunnya. Juga lego besar yang dibeli bukan karena niat beliin, tapi buat genepin voucher belanjaan pas belanja di Lazada.
Loh, kok banyak ya ternyata.
Itu caraku sih ya.. Enggak saklek-saklek ngikutin apa yang ditulis di artikel-artikel parenting lainnya. Karena tiap anak dan orangtua itu pasti beda kasus juga kondisinya. Tinggal sesuaiin sama kondisi kita aja..
Kalau ada yang punya cara lain, boleh dong dishare ceritanya sist.. Aku pengin drama clean up ini segera berakhir. Huhuhu…
Waah, luna kayak anakku juga. Dulu kalau diajak beresin bersama dia mau, skrg pintar banget ngeles
Aku belum ada baby, jadi belum khatam bacaan soal ndisik anak. Tali soal drama Queen itu lucu ya. Aku suka lihat anak tetangga depan rumah gitu. Sudah mulai drama dengan nangis buat hal hal sepele. Kadang ya emang cuma drama. Akting nangis biar kemauannya dituruti. Hihiii
Simpen buat Aiden :*
artikel yang menarik mbak, penulisannya juga ringan dan menghibur.
oh iya kalau kebetulan cari tips fotografi mampir juga dong ke blog saya
gariswarnafoto[dot]com
makasih yah buat artikelnya
Siap mas.. Nanti saya kunjung balik.
asik ya. aku belum punya anak btw. tapi udah kepikiran besok mau beliin mainan apa. hahahe.
Hahaha. Itu namanya visioner.