“Nulis dan nerbitin buku itu gampang kok,” kata orang yang karya-karyanya selalu lolos dan mejeng di toko buku.
“Enggak, nulis buku itu susah, sudah kukirim ke berbagai macam penerbit tapi selalu ditolak,” kata orang yang apes tidak pernah lolos dari seleksi meja redaksi.
Ada loh, orang yang selalu gigih mengirimkan naskahnya dan tebar jala ke semua penerbit. Manalah yang paling cepat terima, itu yang akan dipinang. Tapi sayangnya, puluhan kali dia mengirimkan naskahnya, saya tak pernah menerima lamarannya.
Habis gimana lagi. Industri buku itu makin lama makin kejam. Masa display buku di rak toko buku semakin singkat. Kalau 2 minggu tidak ada pergerakan, buku turun ke rak bawah. Kalau 1 bulan geraknya tetap aja lambat, buku ditata miring hanya tampak punggung. Kalau 2 bulan masih saja enggan diraih orang dibawa ke kasir, bhay… buku akan pindah lokasi ke gudang retur.
Dan itu bikin penerbit mau enggak mau, bakal semakin selektif memilih buku dengan tema unggul.
*
Sebelum kirim naskah ke penerbit dan potensi ditolak lagi dan lagi. Sebaiknya, perhatikan hal-hal ini.
1. Tulis naskahmu utuh sampai selesai. Tidak hanya outline atau sinopsisnya saja.
Ingat, jangan cuma outline dan sinopsisnya aja. Gimana kami mau melihat gaya tulisanmu itu asik atau tidak, kalau yang dikirim baru rancangan tulisannya. Kirim naskah itu bukan seperti kirim proposal permohonan dana KKN.
2. Tulis outline lengkap dan sinopsis utuh. Tidak ngantung tanpa ending.
Naskah utuh sudah. Tetap outline atau sinopsis utuh harus disertakan. Maaf ya.. kami bisa terima ratusan naskah tiap hari untuk dibaca. Jadi kalau baca semuanya jelas tidak mampu. Maka sinopsis itu andalan kami. Sinopsisnya menarik, lanjut baca naskah utuhnya. Tapi, please… berikan sinopsis utuh lengkap sampai ending. Jangan biarkan kami menebak-nebak ending ceritanya. Kami editor, bukan pembaca yang suka dibuat penasaran.
3. Tulis identitas lengkapmu, terutama email dan nomor handphone yang bisa fast respond.
Nama, alamat, email, dan nomor handphone yang bisa dihubungi serta fast respond. Sebenarnya nomor rekening tidak perlu-perlu amat. Andai naskahmu diterima, biasanya sekretaris redaksi akan menanyakan ulang nomor rekening dan NPWP untuk ditulis di SPP (Surat Perjanjian Penerbitan).
4. Tulis keunggulan naskahmu dibandingkan buku-buku lain yang sudah ada.
Bantu kami untuk mengetahui apa keunggulan bukumu dibanding buku-buku lainnya. Adanya ini juga bisa membuat mata kami terpaku cukup lama untuk membacanya lebih lanjut. Buku dengan keunggulan yang beda, akan jauh lebih menarik, ketimbang buku yang standar begitu-begitu saja.
5. Cek tulisanmu lagi, jangan sampai ada yang copas.
Sesedikit apapun tulisanmu yang copas dari buku atau website, pasti editor bakal tahu. Kalaupun mau mengambil referensi dari buku atau website lain, tulis dengan lengkap sumbernya. Kalau referensinya adalah website, tulis lengkap url sumbernya. Bukan cuma www.google.com. Helow.. itu kan search engine ya.. Intinya tulis url lengkap, mau itu sepanjang omelan mamamu, gak papa, yang penting komplit. Sekali klik, langsung merujuk ke halaman yang dijadikan referensi.
6. Sering-seringlah main ke toko buku dan kenali peta perbukuan terutama untuk buku sejenis.
Sebelum perang, kamu harus tahu medan perangnya dan siapa musuhnya. Tidak cuma asal tulis dan kirim tanpa lihat lapangannya. Bisa mati dibabat musuh kamu ntar…
7. Harus tahu apa beda naskah non-fiksi dan naskah fiksi.
Non-fiksi adalah tulisan yang berdasarkan cerita nyata, fakta. Fiksi adalah tulisan yang merupakan karya imajiner. Tulisan esai, memoar, biografi, how to, tutorial, jelas sebuah karya non-fiksi. Sedangkan novel populer, sastra, puisi itu adalah karya fiksi. Banyak loh, yang tulis di subjek email, “Non Fiksi: Novel Senja di Balik Kota”. Mau jadi penulis tapi enggak tahu apa jenis tulisanmu. Please deh..
8. Kenali penerbit yang akan kamu pinang.
Ada banyak penerbit di Indonesia. Cari tahu kantornya dimana, alamat emailnya apa, sosial medianya apa, di toko buku mana kamu mendapatkan buku-bukunya, dan yang paling penting buku-buku jenis apa yang diterbitkannya. Jangan kirim naskah novel ke penerbit yang cuma nerbitin buku-buku penunjang pelajaran. Itu ibarat kamu mau berobat, tapi nyasar ke rumah makan.
9. Boleh kirim naskah via email, tapi jangan email blast.
Andai mau mengirimkan 1 naskah ke semua penerbit, sah-sah aja. Tapi jangan email blast. Lebih baik rela capek ketik satu per satu nama penerbitnya, dan menyapanya hormat dengan menyebut nama penerbitnya, “Yth. Penerbit A”. Asal jangan salah sebut ya.. Yth. Penerbit A, padahal email itu untuk Penerbit B. Kalau sudah begitu, maaf.. bahkan naskahnya tidak akan kami baca. Kan, kami bukan Penerbit A.
10. Boleh antar langsung naskah ke kantor, tapi tidak perlu memaksakan diri harus bertemu editor.
Tenang, sekalipun naskahmu diterima oleh Front Office atau Sekretaris, naskah itu tetap akan sampai ke meja redaksi dengan selamat. Dan kami juga tetap akan membacanya dengan saksama. Maaf ya.. bukannya kami sombong enggak mau nemuin. Tapi, deadline pekerjaan kami sedang banyak, dan kami harus berkejaran dengan waktu.
11. Boleh hubungi penerbit jika tidak ada kabar, tapi bukan 1 minggu setelahnya.
Masa evaluasi naskah itu sekitar 3 bulan setelah naskah diterima. Lewat dari itu dan tidak ada kabar, boleh kok kalian menelepon sekretaris redaksi. Asal bukan 1 minggu setelah naskah sampai ya.. 1 minggu itu, bahkan kami belum sempat menyentuhnya sama sekali.
12. Tidak perlu memberi kami bingkisan, itu tidak akan membantu apa-apa kecuali kalau kamu ikhlas.
Boleh kok, datang dan membawakan kami sekotak kue atau sebuah parcel buah. Asalkan kalian ikhlas. Karena itu tidak akan membantu apa-apa dalam proses evaluasi naskah. Kalau naskahmu memang menarik, bahkan tanpa membawa apa-apa pun, tetap bisa diterima.
13. Jangan ngambek dan putus asa kalau ditolak, berarti kita belum berjodoh.
Penolakan bukan berarti naskahmu buruk. Itu karena kita belum berjodoh saja. Siapa tahu ada kebijakan-kebijakan internal penerbit yang kamu tidak tahu, sehingga terpaksa kami harus menolak naskahmu.
*
Jadi, sudah siap jadi penulis buku?
Berarti harus menerima segala keputusannya ya..
Buat kami terpukau dengan ide-ide brilian kalian. Buat kami tercengang dengan kegigihan kalian untuk memperbaiki kualitas naskah. Dan buat kami mengangkat topi respek atas ke-kooporatif-an kalian dalam menjalin kerja sama dengan kami.
Karena penerbit dan penulis ada untuk bekerjasama menghasilkan buku-buku berkualitas.
MakNon, seneng deh dapet pencerahan dari pihak penerbit. Tengkyuuu …
sama-sama Mak Irfa. semoga membantu.
SIAAAAAP…!!
siap juga bu editor.
Kata hati editor nih. Hehehehe
Tak share ke temen ya maks..
hahaha, editor lagi tjurhat.
Saya simpen dulu, ah. Siapa tahu suatu saat kepikiran buat nulis buku. Terima kasih, Mbak
Asikkk… ditunggu karya bukunya Mba Myra..
Makasih Mak Editor
jadi semangat kirim kirim lagi.
Ayo-ayoo.. kirim naskahnya lagi.
Tak tunggu buku barunya yaa
Aku gagal meminang penerbit, tapi alhamdulillah malah dipinang. Tapi emang iya begitu, setelah beberapa buku ku tulis kuntji nya di layout dan sinopsis yg beres. Ngedumel sama editor dan bersitegang, sll. Apalagi kalau konten akademik. Hihi
Wahh iya. Aku sering beda pendapat sama penulis. Karena kita melihat secara pasar.
Dapet ilmu langsung dari mak editor. Makasih..
Sama-sama Via.
Seneng bgt bisa baca artikelny, sy jg lg nawarin naskah novel sy ke penerbit, doain y moga diterima, slm kenal y mbk
Aminnn… semoga lolos yaa.
Bermanfaat bgt infonya
Makasih yaa..
Makasih tips dan sharingnya ya mba.
Sama-sama Mba Yuni.
Trims for info, aku pingin banget punya buku kpajang di gramed kak