Tentang Menyenangkan Anak

Tentang Menyenangkan Anak

Entah sudah berapa juta saya habiskan uang untuk menyenangkan anak. Saya bukan orang yang perhitungan dalam perkara itu. Tidak pula mau ambil pusing, kenapa saya begitu royal mengeluarkan uang untuknya.

Terkutuklah mereka, online shop di Instagram yang berhasil membuat saya membelanjakan uang untuk Luna, yang bahkan mungkin tidak memintanya secara langsung. Sebutlah itu fashion anak, mainan anak, buku anak, dan cemilan favoritnya.

You deserve it, sist!

Tidak perlulah diragukan lagi. Segmen pasar terbesar di dunia online shop memang wanita, terutama wanita dengan anak kecil atau lebih kece dipanggil mamah muda.

Sebelumnya, sini kuberitahu kebiasaan kami yang membuat Luna begitu menyukai mall. Satu, karena di mall ada wahana main anak apapun itu namanya. Dua, karena di mall ada roti boy.

Jadi bisalah ditebak apa saja yang kami lakukan di mall. Pertama jalan ke wahana main anak. Membiarkan Luna mandi bola, main perosotan, panjat-panjat, ayunan, dan segala yang bisa disalurkan dengan tenaga lebihnya. Biasanya itu sekitar 1-1,5 jam. Lalu selesainya, dia akan mencari odong-odong, menggesekkan kartunya, dan menaikinya secara bergantian.

Keluar dari wahana itu, dia akan berkata, “Buk, beli roti yuk.” Itu artinya kami harus menuju ke counter Roti Boy dan membeli 1 buah roti rasa vanila yang akan dimakannya habis sambil menemani ibunya lanjut jalan-jalan. Tidak bisa ke Bread Talk atau roti lainnya. Karena hanya roti itu yang disukainya.

Semua seperti berjalan otomatis. Masuk mall, menuju wahana main anak, keluar beli roti boy. Selalu begitu.

Sama juga dengan grocery shopping bulanan di Giant. Selesai belanja, dia akan masuk ke Kids Fun dan menjajal semua wahananya. Sampai saya bilang, koinnya sudah habis.

Kalau dipikir perhitungan, entah sudah berapa rupiah saya keluarkan untuk foya-foya macam ini. Sedikit pun saya tidak pernah menyesalinya. Pun ketika di akhir bulan, dan ternyata pengeluaran defisit. Paling hanya bilang ke suami, minta ditambah uang belanja.

Jika seperti itu, paling sering saya menyesali diri yang belanja baju padahal enggak butuh-butuh amat. Belanja buku novel yang ternyata tidak kunjung dibaca. Atau ke kantor tanpa bawa bekal, sehingga terpaksa harus GoFood yang itu menguras rekening.

Saya lebih rela tidak belanja baju, tidak membeli make up banyak-banyak, tidak belanja buku, dan selalu bawa bekal ke kantor. Ketimbang mengirit pengeluaran untuk membahagiakan anak.

Lantas, apa itu membuat Luna selalu merengek dan tantrum minta mandi bola atau naik odong-odong. Syukurlah. Nyatanya tidak. Hingga detik ini dia tidak pernah tantrum ngotot naik odong-odong atau tidak mau pulang dari mall. Semua bisa dijelaskan dengan baik-baik. “Uang bapak-ibuk habis. Cukupnya cuma buat main ini.”

Selesai. Pulang. Bahagia.

Dan itulah yang membuat saya berpikir. Anak tantrum dan ngotot minta sesuatu itu adalah takdir. Orangtua si anak pasti sudah melakukan seperti yang saya lakukan, tapi bisa jadi hasilnya beda. Beda anak, beda orangtua, beda hasil.

Makanya enggak heran juga, melihat orangtua yang ketika anaknya tantrum dan nangis keras, mereka lalu menggunakan sedikit kekerasan. Mencubit, mengancam akan ditinggal, dan menggeretnya keluar. Bisa jadi saya melakukan hal serupa dan berjanji tidak akan mengajaknya bersenang-senang main di wahana. Saya mungkin akan memilih jalan memutar supaya anak tidak melewati wahana tersebut, lalu tantrum susah dihentikan.

Tentang Menyenangkan Anak

Balik lagi ke perkara menyenangkan anak.

Dulu, orangtua saya melakukan hal yang sama ke saya. Tiap Sabtu sore, bapak akan menjemput saya les renang, lalu lanjut jalan-jalan ke Malioboro Mall dan makan di McD. Tengoklah lemari kaca di rumah mama, ada deretan bonus Happy Meal sejak zamannya Dalmatian 101.

Orangtua suami saya pun melakukan hal yang serupa. Jalan-jalan ke Ramai Mall, main ding-dong, pulang beli Pizza Hut 1 slice saja. Terlalu mahal untuk beli 1 loyang. Pulang, bahagia.

Dan semua itu berhasil meninggalkan kenangan indah di ingatan kami masing-masing. Betapa mereka menyayangi kami dan rela membelanjakan sebagian dari penghasilannya untuk kesenangan kami. Padahal saat itu hutang KPR mereka belum juga lunas.

Sama seperti mereka, kami pun ingin meninggalkan kenangan indah di ingatan Luna. Bagaimana dia mengingat wahana main di mall dan roti boy adalah tempatnya bersenang-senang. Dan betapa kesenangannya juga menjadi kebahagiaan dan kenangan indah kami.

Lagipula, kita kerja buat apa sih, kalau bukan buat keluarga dan kesenangan anak. Buat saya, mereka satu-satunya alasan kenapa saya sekarang bekerja keras.

 

Satu hal terakhir yang akan saya katakan..

Senangkan anak dan keluargamu sesuai dengan kesenangan mereka masing-masing. Maka kamu akan melihat, bahwa membuatnya tersenyum, tertawa, dan menceritakannya berulang-ulang dengan penuh bahagia, adalah candu. Candu yang membuatmu berpikir, bulan depan ketika sudah gajian, kamu akan menyenangkannya lagi dengan cara serupa.

Dan sekalipun kebahagiaan anak dan keluarga adalah yang utama, tetap lakukan itu sesuai kemampuan ekonomi keluarga kita masing-masing.

20 thoughts on “Tentang Menyenangkan Anak

  1. Aaaah aku jadi pengen roti boy nih, Mak. Kadang aku suka bingung liat anak yag tantrum dan setuju dengan pendapatmu, Mak. Tantrum yang sama cara penyelesaiannya tetap tidak sama. Meski kalau liat anak rewel itu annoying banget, tapi kalau liat diomelin suka ga tega. Tapi kan yaaaa aku ga tau story lain dibalik itu.

  2. “Lagipula, kita kerja buat apa sih, kalau bukan buat keluarga dan kesenangan anak?” yang setuju banget, mbak.??

    sampe nyokap suka nanya, “kamu kalau buat anak kok ya rela beli barang mahal2 begitu”. Dari zaman Asaboy msh bayik emaknya dah kalap beli mainan or printilan menyusui..??? Anakku lelaki suka banget fire trucks. Di rumah numpuk fire trucks dr ukuran secimit smpe segede bagong. untuk apa?
    simple. to make him happy. walaupun sih, ga selalu kami turuti juga. kalau lagi ga punya, ya bilang aja kalau yang dia minta itu kemahalan. somehow, he understand. mungkin karena kami juga ga ngerem2 amat kl lagi ada duit. ???. abis nulis ini keknya saya bakal digetok financial planner ??. jangan tanya suami gimana. sama aja. malah kadang dia yang lebih kalap kl soal mainan kayak die cast dan lego ?

  3. Kayanya pengeluaran kami paling banyak buat mainan Shoji Rey hahaha…
    Tak apa lah…memang masih masanya mereka pengen punya banyak mainan 🙂

  4. Sama mbak, dulu saya juga sering diajak ke mall sama Ayah dan Mama, main Timezone atau mandi bola sepuas-puasnya, beli mainan yang bahkan bukan saya pilih, makan Texas Fried Chicken atau McD an dapet bermacam hadiahnya. Dan semua itu meninggalkan kenangan yang sangat indah. Dan banyak lagi lainnya. Kelak kalau jadi orangtua, saya harap bisa seperti orangtua saya dalam memanjakan anak2 nantinya, supaya mereka juga happy seperti saya dulu.

  5. Baca tulisan ini jadi melankolis, duh..

    Sejak gaul ama emak-emak, sekarang aku liat anak tantrum/nangis biasa aja. Dulu gak tahan banget sampe bikin emosi + sumpek. Sekarang jadi ngerti kalo tantrum itu udah kodratnya anak, ya jangan dikerasin atau terlalau lunak. Santai aja…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *