Dengan menulis judul itu mungkin saya akan diserang beberapa penulis buku atau blogger. Bagaimana bisa tidak ada istilah writer’s block sementara ada fase-fase di mana kita pernah mengalami buntu ide dalam menulis?
Itu artinya, writer’s block itu ada!
Sekarang saya balik bertanya, kenapa kalian menulis? Siapa yang memaksa kalian menulis? Toh, kalau tidak menulis tidak ada yang dirugikan. Paling, kalian tidak akan punya buku baru yang bisa diterbitkan. Gampanglah, pembaca yang nagih tar lama-lama juga lupa sendiri.
Atau kalau kalian blogger, paling blog bakal lumutan tidak ada postingan. Alexa rank, DA, PA blog bakal turun dan jelas tidak akan ada yang dirugikan secara finansial. Kan, backup finansial bisa didapat dari suami atau pekerjaan lainnya.
Di salah satu interview saat saya jadi Blog of The Month bulan Desember lalu, saya ditanya “Bagaimana cara mengatasi writer’s block?”
Sambil garuk-garuk kepala, saya mikir keras. Gimana ya..? Karena saya tidak punya rumus pasti mengatasi writer’s block. Juga karena saya tidak pernah mengamini adanya virus writer’s block.
Itu karena kamu tidak pernah mengalami buntu ide kali, Nik.
Enak saja, pernahlah. Saya pernah dalam satu masa bingung mau update blog apa, pernah juga dalam satu waktu merasa bahwa menulis bukan prioritas saya. Tapi karena saya suka menulis, itu tidak berlangsung lama. Paling lama satu minggu, dan semua kembali normal.
Dan bagi saya, fase itu bukanlah writer’s block.
Begini. Saya suka sekali menulis. Menulis blog lebih tepatnya, karena menulis novel butuh nafas panjang sedangkan nafas saya masing pendek-pendek.
Dan melakukan sesuatu berdasarkan cinta, pasti akan berbeda effort dan hasilnya. Ketika sedang menunggu antrian, ketimbang buka sosmed saya lebih memilih menulis. Sekalipun pulang kerja badan rasanya lelah sekali, saya akan menyempatkan waktu untuk menulis. Sekali lagi, itu karena saya suka menulis. Menulis adalah yang utama, dan saya akan melakukan segalanya supaya bisa menulis.
Juga ketika penulis yang menjadikan tulisan sebagai sumber mata pencahariannya. Mau seletih apapun, dia akan kembali lagi bergerak untuk menulis. Tidak ada istilah writer’s block, atau rekeningmu tidak akan menggemuk lagi.
Baca juga: Alasan Kenapa Ibu Harus Bekerja
Sama seperti pekerja kantoran yang pasti punya hari libur, baik itu sekali seminggu atau duakali seminggu. Juga hak cuti, yang bisa jadi 12 hari per tahun sampai 20 hari per tahun. Secinta apapun karyawan itu dengan pekerjaannya, dia tetap harus libur di hari-hari tertentu. Bahkan jika tidak mengambil jatah cuti, si bos akan memaksanya untuk cuti.
Menulis, buat saya juga punya hari libur dan hari cuti. Yaitu ketika saya merasa lelah dan tidak mood melakukannya. Ketika saya merasa kosong dan ingin mencharge semangat ini dengan belanja, nonton drama korea, atau tidur panjang.
Dan itu adalah hak penulis buku juga blogger.
Tapi lagi-lagi, karena saya suka menulis, maka tidak ada istilah cuti menulis sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Juga penulis buku yang mencintai setiap proses kreatif menulisnya, pastilah juga tidak ada istilah cuti menulis hingga bertahun-tahun.
Saya yakin 100%, sekalipun seorang penulis tidak menerbitkan bukunya di tahun tertentu. Proses kreatifnya tidak akan berhenti. Bisa jadi dia menulis di platform lain. Cerpen, puisi, blog, atau bahkan wattpad.
Baca juga: App Review – Wattpad
Sayangnya, writer’s block sering saya dapati bahwa itu salah satu penyakit yang diucapkan seorang penulis, supaya dimaklumi. Semacam ketika saya izin tidak ngantor karena sakit, jelaslah tidak akan dihalang-halangi bahkan diganggu dengan whatsapp atau telepon. Pun ketika sakitnya berhari-hari, jelas kantor akan memaklumi dan berusaha membackup pekerjaan saya.
Writer’s block juga seperti itu. Yang paling parah, itu bisa berlangsung berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Penulis yang bertahun-tahun tidak menerbitkan buku, karena alasan writer’s block. Blogger yang tidak mengupdate tulisannya berbulan-bulan, karena alasan writer’s block.
Dan saya kembali sangsi, lalu bertanya. Serius karena writer’s block? Atau mungkin kamu punya kesibukan lain yang menjadikan menulis menjadi prioritas terakhir dari hidupmu. Atau mungkin kamu sedang dilanda masalah dalam hidup sehingga membuat proses kreatifmu terhambat. Atau mungkin kamu punya pekerjaan lain yang jelas memberikan penghasilan lebih ketimbang menjadi penulis.
Atau mungkin juga, jangan-jangan menulis bukan passion-mu.
Baca juga: Ketika yang Dipilih Anak Tidak Diinginkan Orangtua
Karena, kalau kamu benar-benar mencintai menulis, kamu akan melakukannya dengan sepenuh hati dan selalu mencari ide-ide segar. Seletih apapun badanmu, sepelik apapun hidupmu, dan sekalipun tulisanmu tidak menghasilkan rupiah sepeserpun. Kamu akan tetap menulis, dan tidak mengenal istilah Writer’s Block.
Tulisannya memberi saya semangat baru nih mba utnuk tetap nulis dan belajar menulis lebih baik lagi
semangattt
writers blOck = malas. Eh, itu mah aku banget.
Apalagi kalu dah streaming movie, Mba. Urusannya blog ga ditengok2.
hahaha.. dulu aku gitu juga. tapi karna ngerasa menulis itu lebih passionate, jadi bisa ngerem tiap streaming movie.
Spertinya kalau saya punya kesibukan yang lain mbak, salam kenal
karna masing2 orang punya prioritas yg beda2..
salam kenal juga
Seneng banget baca tulisannya mbaa. Setuju sih, aku jg suka cari pembelaan ini, padahal mah ya krn malas atau lg ketagihan nonton korea ajaa
drama koreaaa. samaan kalo yg ini. hahaha..
aku juga kadang kena virus ini mbak :)…manusiawi tp ya klu pingin fokus ke nulis sebaiknya jangan ya he (curcol)
jangan lama-lama.. itu kalau bener-bener menyukai menulis. hehe..
Biasanya kalau udah buntu, saya suka beberes rumah atau dapur..trus bongkar-bongkar album. Dari koleksi photo2 saya dapat banyak ide. Jadinya ada bahan buat menulis
ide itu ada dimana-mana, termasuk di album foto.
Wah, tulisan ini menjadi bahan instrospeksi diri bagi saya yang mengaku memiliki passion menulis namun banyak alasan
ditunggu #LifeAsEditor selanjutnya Mba. Salam
Semangat Mba.
Salam kenal juga.
Bener juga. Lebih tepatnya karena aku keasikan pacaran sama kain dan benang sehingga jadi lupa menulis. Atau karena isi kepala ribut pengen bikin prakarya jadi bilangnya nge-blank depan laptop. Bingung mau nulis apa.
Duhhhh harus dibenerin nih kebiasaannya. Makasih diingetin Mbak
Mungkin passionnya emang lebih ke kain dan benang, bukan ke laptop. Hehe..
Tepatnya aku lagi malas nulis nih, atau aku lagi gak sempet nulis, hehe
Atau dua-duanya? Hehe
Ih, ulasannya kok bener ya? Hahaha
Setelah ditelusuri, istilah writer’s block justru jadi salah satu excuse/pembenaran diri untuk “malas” menulis.
Seperti penyakit yg harus segera diobati biar ga berlarut-larut ya mbak. Hehe
Nah, writer’s block itu semacam excuse rasa malas supaya dimaklumi orang.
Bener juga yah, Mba. Saya berarti selama ini tidak mengalami writer’s block tapi ada kesibukan lain, sehingga tidak sempat menulis untuk blog, tapi saya juga pernah merasa tidak tahu harus menulis apa, padahal kita nih, udah buka ms. Word udah ada ide tulisan, tapi tiba-tiba di tengah jalan nge-blank . Kalau itu writer’s block bukan yah, Mba?
hmmm.
writers block.
kalo udah begitu, aku nonton film saja.
baca komik, atau makan. atau tutup laptop dan tidur.
tapi untuk blog bena sendiri, biasanya bena sehari langsung ngerjain beberapa tulisan. jadi kalau sibuk dan nggak sempat masih ada postingan yang berjalan sesuai jadwalnya. gitu. hehe
Kalau sudah kehabisan ulasan kuliner dan tempat traveling maka saya akan kehilangan ide menulis. Jadi solusinya ya harus jalan jalan dan makan makan lagi hehehe
Terima kasih motivasinya mbak Noniiiii..
Kayanya emang nggak ada writers blocks yang ada hanyalah writes lazy huhuhu
Ah iya, bener. Writer’s Lazy. Hahaha
Yupz, setuju dengan komentar mbak Ajen.
Writer lazy yang banyak. Seperti diriku ini.
Gegara dikejar deadline kerjaan kantor, menulis di blog pun jarang.
Males nulis dan mikir karena lelah. Itu sih yg biasa saya alami. Butuh piknik
Saya setuju. Writer’s Block itu alasan. Sebisa mungkin sebaiknya harys dilawan.
Saya tertohok dengan tulisan ini. Terkadang mau nulis itu ada rasa malas dan buntu ide. Padahal di pikiran sudah banyak ide yang ingin ditulis. Harus rajin2 nih nulis.
Bener juga ya mba, aku pun setuju sebenwrnya writer’s block itu ya yang bikin kadang diri kita sendiri
Aku jga ada jadwal nulis tiap sabtu sama minggu
kalimat “Seletih apapun badanmu, sepelik apapun hidupmu, dan sekalipun tulisanmu tidak menghasilkan rupiah sepeserpun. Kamu akan tetap menulis, dan tidak mengenal istilah Writer’s Block.” Benar adanya Non.. dan dari situ juga kekuatan semangat selalu muncul dan berusaha terus mengembangkannya.. thx sharingnya nih..
Tertohok euy baca ini.. Harus rajin nulis lagi abis ini, thanks for sharing mbak
Hehehe kalau aku mungkin lebih ke arah bosan ya mbak, jd suka dijadikan alesan gak ada ide buat nulis. Wah kudu mulai rajin lg nih TFS
iya ya, kadang saya nggak update blog sebenarnya bukan karena nggak ada ide, tapi kadang pas lagi beneran punya aktifitas lain sampai nggak sempat nulis. kalau nggak nulis karena buntu ide palingan sebentar aja sih, nggak sampe berbulan-bulan