Ketika Hidup Bergantung Pada Si Burung Besi

Butuh hampir seminggu sendiri untuk menuliskan lengkap cerita ini. Bukan trauma atau kenapa-napa. Cuman saya benar-benar tumbang. Demam, meriang, dan flu berat. Sepertinya, ini jadi flu terparah setelah 3 tahun lalu saat Jogja diguyur hujan abu vulkanik dari Gunung Kelud.

pengalaman rute penerbangan dialihkan

Penerbangan Cengkareng-Adi Sucipto Rabu sore minggu kemarin bakal jadi pengalaman yang tidak akan terlupakan. Penerbangan terburuk, terhoror, paling melelahkan. Dan cukuplah sekali saja buat pengalaman hidup yang bisa diceritakan.

Minggu kemarin, saya punya janji meet up dengan beberapa montessorian di Jakarta. Seperti Elvina Lim, founder Indonesian Montessori Club, Vidya Dwina Paramitha, head teacher Harmony Montessori School, dan Ivy Maya dari Rumah Montessori.

Biasanya, saya akan berangkat dari Jogja dengan penerbangan terpagi menuju bandara Halim. Tapi pengalaman berkali-kali, pesawat selalu terbang terlambat. Saya pernah dipenjara di dalam pesawat selama satu jam, karena pesawat harus antri take off. Adi Sucipto dan Halim Perdanakusuma adalah bandara milik TNI AU. Wajarlah kalau pesawat militer didahulukan.

Jogja benar-benar darurat bandara. Meski bandara baru di Jogja jauh banget, tapi saya mendukung pembangunan Bandara Nyi Ageng Serang di Kulonprogo itu. Semoga cepet jadi.

Oke, kembali ke cerita perjalanan saya.

Karena janji meet up saya terakhir berlokasi di Serpong, jadi saya pilih penerbangan sore dari Cengkareng. Dengan Sriwijaya Air, jadwal take off pukul 16.50. Sampai Jogja sekitar pukul 18.00, trus saya dijemput sama suami dan Luna, lanjut ke Amplaz, meet up sama Isti dan Gesi. Begitu rencananya.

Kebetulan Isti udah di Jogja sejak hari Sabtu siang, tapi karena sayanya sibuk kerja, Isti juga sibuk jalan-jalan, jadinya baru mau ketemuan di hari Rabu malemnya. Sebelum boarding, saya sempet whatsapp-an sama Isti dan Gesi. Sepertinya sih bakalan ontime. Insyaallah..

Aminn..

Dan benar kan, saya boarding tepat waktu. Take off-nya agak terlambat sih, tapi paling cuma sekitar 10 menitan. Di pesawat, Kapten Pilot (lupa namanya) berkata bahwa penerbangan ini agak ada guncangan sedikit, karena cuaca Jakarta dan Jogja sama-sama mendung.

Lupa tepatnya pukul berapa, saya sempat melihat kota Jogja dari atas. Cahaya lampu-lampu yang berpendar menandakan bahwa kami berada pada ketinggian yang cukup rendah. Asyikk.. sebentar lagi pasti landing.

Tapi ternyata tidak.

Pesawat naik lagi ke atas, dan berputar-putar. Lama sekali. Melewati beberapa awan gelap dan menimbulkan goncangan terkencang yang selama ini pernah saya rasakan. Membuat saya merapal doa, menyerahkan semua pada yang di atas, berharap saya bisa segera mendarat dengan selamat.

Satu yang saat itu saya takutkan.Awan cumulonimbus.

Pesawat lalu terbang rendah lagi selama beberapa kali. Pendar lampu kota Jogja terlihat lagi. Memberi harapan palsu kepada kami para penumpangnya. Dikira akan mendarat, tapi tidak jadi, dan pesawat meninggi.

Hingga akhirnya, Kapten Pilot berkata bahwa karena cuaca yang buruk dan alasan keselamatan, maka kita harus kembali lagi ke Soekarno Hatta.

Duerrrr…

Saat itu sudah pukul 20.00 dan saya masih di dalam pesawat. Penumpang mulai gelisah. Yang awalnya terlihat muka tegang, karena terlalu lama berputar-putar di atas Jogja. Sekarang muka tegang dan bingung. Trus kalau balik lagi ke Soeta, akan gimana?

Jujur saya bete banget. Plus capek juga. Pengin segera sampai Jogja, tapi paham juga sih.. ini demi alasan keselamatan. Tapi boleh kan, bete seketika. Itu wajar dan manusiawi kan.. 🙁

Mendadak saya juga menyesal kenapa enggak ambil penerbangan pukul 14.50 aja. Kalau jam segitu kan cuaca di Jogja masih relatif terang. Huhuhuhu..

Oke, ini pelajaran pertama. Kalau di musim hujan kayak gini, paling aman jangan ambil penerbangan sore atau malam. Apalagi biasanya tiap di atas pukul 16.00 Jogja selalu turun hujan.

Penumpang sebelah saya mulai cerewet. Dia ini cowok, tapi riwil banget. Kayaknya dia yang lebih panik daripada saya deh.. -__-

Trus nanti gimana kita berangkat ke Jogja-nya ya Mbak?
Ya kita tunggu pengumuman dari Sriwijaya, Mas.

Nanti di Soeta tidur dimana, Mbak?
Di Bandara, atau di hotel bandara.

HPnya ada sinyal enggak, Mbak?
Sekarang ini? Ya enggak ada lah. HP kan harus dimatiin selama penerbangan.

Dan saya curiga plus was-was, jangan-jangan dia nyalain HPnya selama terbang. Dia sempat membuka HPnya, dan saya ngintip-ngintip kepo. Tapi gagal.

Mbaknya dosen ya?
Enggakk!!

Mbaknya kayaknya tinggi loh badannya.
Prett.

*

Sesampainya di Soeta, saya segera mengabari suami, Isti, dan Gesi. Dia dan Luna udah nungguin saya di parkiran selama 2 jam! DUA JAM! Sampe Luna ketiduran di mobil. Saya pikir, dia harusnya tahu dong bahwa pesawat saya musti balik lagi ke Soeta. Ternyata dia enggak tahu.

Hujan di Jogja saat itu deras maksimal. Saat dia mau turun dari mobil, ternyata payungnya enggak kebawa. Ketinggalan di rumah sepertinya.

Ini pelajaran kedua. Setiap pergi dengan mobil, jangan lupa pastikan payung selalu ada di dalam mobil.

Lalu, saat dia mengecek website Adi Sucipto, ternyata info di website itu tidak realtime. Hanya informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan saja. Tanpa ada informasi lebih lanjut tentang nasib keberangkatan atau kedatangan tersebut. (((nasib))) *enggak nemu istilah lain selain nasib*

Dia sempat browsing dan mencari aplikasi untuk mengecek nasib penerbangan. Itu artinya harus masukin kode penerbangannya. Dan dia lupa nanya ke saya tadi, saya juga enggak inisiatif duluan infoin ke dia. Pas dia baru mau cari kode penerbangan, saya udah duluan kabarin kalau posisi saya sekarang di Soeta.

Ini pelajaran ketiga. Jangan lupa nanyain kode penerbangan, tiap kalian jemput orang. Dan instal aplikasi untuk ngecek nasib penerbangan ya..

pengalaman rute penerbangan dialihkan

Selanjutnya gimana nasib saya di Soeta? Ngemper di kursi dan tidur. Hahahaha.. Sumpah, AC di bandara dingin maksimal. Gimana sih matiinnya. Ini salah satu faktor yang bikin saya sekarang sakit.-__-

Saya pikir, Sriwijaya akan memberikan informasi secara resmi kepada penumpangnya. Semacam halo-halo gitulah. Perkiraan saya salah. Informasi itu tersebar dari mulut ke mulut penumpang. Dan petugas Sriwijaya harus meladeni pertanyaan penumpang satu per satu.

Capek enggak sih.. Bukannya lebih baik, kumpulin semua penumpangnya, trus dikasih pengumuman gitu ya.. Buat masukan aja sih, ini untuk Sriwijaya Air.

Info pertama yang saya terima adalah kami harus menunggu kesiapan di Jogja sampai dengan pukul 23.00. Kalau lewat dari jam tersebut, terpaksa pagi harinya baru berangkat.

Sampai detik itu, saya enggak tahu kalau di Adi Sucipto ada crash landing Garuda Airlines. Baru tahu dari Dila, temen kantor. Saya langsung merinding saat membaca beritanya. Sudah cuaca buruk ada crash landing di bandara Jogja. Pantas saja kami harus putar balik ke Soeta.

Bete saya langsung hilang. Untung saja, Kapten Pilot Sriwijaya memilih terbang kembali ke Jakarta. Enggak pa-pa deh, ngemper lama, yang penting bisa kembali dengan selamat.

Ohya, saya sempet juga nanyain kompensasi dari Sriwijaya. Syukur-syukur duit (anaknya mata duitan), atau penginapan di hotel dekat bandara, atau minimal makan malam gitu deh. Itu udah jam 21.00 lohh.. Dan saya laper banget.

Karena enggak ada kejelasan dari Sriwijaya, saya cari makan sendiri. Semua booth makanan tutup, kecuali Coffee Bean. Cuma beli 1 cheese cake dan 1 hot chocolate habisnya 110 ribu. Kampret. Hahahaha. Ya iya sih.. Harga di dalam bandara jelas lebih mahal ketimbang di luar. Tapi cukuplah itu bisa menganjal perut yang kelaperan.

Lalu snack dari Sriwijaya sendiri baru dateng jam berapa? 23.30. Saat orang-orang yang tadinya kelaperan sampai sudah hilang rasa laparnya. Dan isi snack itu cuma 1 roti cream dan 1 gelas air mineral.

Maaf ya, Sriwijaya.. Tapi saya harus menuliskan ini. Bahwa snack yang kalian berikan menurut saya itu masih kurang. Karena kami melewati jam makan malam yang cukup lama, dan kami harus menempuh perjalanan yang melelahkan ini. Bukankah seharusnya kompensasi yang kami terima minimal 1 kotak nasi lengkap?

Karena paling tidak, nasi bisa menaikkan tenaga kami kembali untuk melanjutkan perjalanan ini.

Penumpang di pesawat itu tidak hanya anak-anak muda seperti saya yang telat makan dikit kena maag. Tapi ada juga rombongan sepuh-sepuh, yang bahkan untuk masuk pesawat aja harus pakai kursi roda. Ada juga beberapa anak balita, serta ibu hamil yang harus memberi makan kepada 1 bayi di perutnya.

 

Sambil mengambil snack, saya kembali bertanya pada petugas. Bagaimana nasib penerbangan saya ini? Kapan bisa berangkat lagi?

Dan katanya, pukul 02.00 nanti kita akan terbang ke Adi Sumarmo, Solo. Trus nanti dari Solo, kami akan naik bus ke Adi Sucipto, Jogja. Karena bandara Jogja masih proses evakuasi.

Penumpang sebelah saya sempat ngomel-ngomel ke petugas Sriwijaya.

Solo ke Jogja itu jauh lo Mba..
Iya, itu bandara terdekat selain Adi Sucipto

Trus nanti dari Solo ke Jogja, saya naik apa? Saya harus ngeluarin biaya lagi?
Saya sih, percaya Sriwijaya udah mikirin shuttle bus. Gils banget kalau sampai Solo kami dibiarin keleleran. Enggak mungkin lah.. Nama baik Sriwijaya pertaruhannya.

Itu tadi cuma jawaban imajiner saya sama pertanyaan mas-riwil-penumpang-sebelah kepada petugas Sriwijaya. Saya udah terlalu lelah untuk ikutan riwil ke Sriwijaya. Terserahlah turun dimana, yang penting segera sampe rumah.

 

Pukul 02.30 pesawat kami take off ke Solo. Dan sampai di Solo, bus TNI AU sudah bersiap di depan untuk mengantar ke Adi Sucipto. Akhirnya, penerbangan terpanjang ini berakhir sudah. Saya sampai di Adi Sucipto sekitar pukul 05.00. Capek sekali rasanya. Enggak pa-palah, yang penting bisa pulang dengan selamat.

Saat pesawat itu terbang, kadang saya berpikir bahwa ketika saya menaikinya berarti saya menyerahkan nyawa ini pada si burung besi. Memang hidup tidak ada yang tahu. Kapan waktunya? Dimana tempatnya? Bagaimana caranya? Tetapi kapan pun waktunya, semoga kita sudah menjadi pribadi-pribadi yang baik di dunia ini ya..

Dan semoga, kita senantiasa diberikan umur panjang untuk mendampingi orang-orang yang kita cintai.

 

Kalian punya pengalaman terbang yang horor juga? Gantian cerita yuk!

37 thoughts on “Ketika Hidup Bergantung Pada Si Burung Besi

  1. MakNon, bacanya kebayang ikutan ngrasain capeknya. Lah wong deg-degan terbang jkt jgj aja udah bikin capek, ini malah 2x PP dalam waktu yang sama ya, sabar sabar ya mak. Puji Tuhan sudah smpi Jogja yaa. Ada hikmahnya juga karena pas aku baca FBmu waktu itu, tnyt pesawat GA sedang tergelincir, dan untunglah Sriwijaya tidak memaksa mendarat ya.

  2. Horor bgt penerbanganmu mak..iya jogja skrg tiap sore cuaca buruk. Suamiku tuh yg serang bolak balik jakarta selalu aku wanti2 cari penerbangan pagi dpd aku ketar ketir nungguinnya. Klo dr jkt acara selesai sore mending extend nginep semalam baru pulang pagi harinya aja. Semoga kita semua selalu dlm lindungan Nya ya mak. Amin

  3. Aku pernah juga mak terbang pas kondisi buruk dari Bali ke Jogja. Pakai acara muter muter segala. Nunggu di pesawat sampai hujan agak reda, tapi akhirnya dipinjami payung dan berjalan di bandara yang BANJIR hihihi

  4. Dua minggu yang lalu aku juga bertolak daribandara Cengkareng, penerbangan malam pakai Lion Air. Cuaca agak buruk sampai berkali-kali peringatan memakai kembali sabuk pengaman. Duh, goncangannya kerasa pas nabrak awan. Puji Tuhan masih bisa selamat, meskipun pas mendaratnya agak kasar gak kayak biasanya ..

  5. Ya ampun, mba Noni. Aku juga horor kmrn karna cuaca. Nyampe bandara ditelpon suami aku hanya bisa nangis. Alhamdulillah sehat selamat ya. Aku nggak pakai adegan balik ke bandara asal. Aku perjalanan Jakarta-Ambon

  6. Tahun lalu saya begitu mba ,jadi bandara ramai sehingga pesawat blm bisa mendarat . Muter-muter diudara sekitar 30 menit, keselnya pesawat menaikan dan menurunkan ketinggian pesawat secara cepat sehingga membuat saya merasa sangat takut. Semoga tidak terulang lagi.

  7. Wahhhh horror bgt mbak ituu kayak ga sampe2 rasanya. Klo ak yg ngalamin pasti mutung. Ak juga smpet kejebak d dlm pesawat stgah jam which is lbh lama dikit gatau apa yg trjadi. Saat itu ke medan sm atasan dan rekan kerja utk rapat. Berangkat cuaca emang udh ga bagus. Betul saja saat mau mendarat di kualanamu kabut tebal, hujan deras dan kaya ada petir. Pesawat cm muter naik trun. Pilot udh ngasih tau kondisinya bahwa gbs landing. Kemungkinan landing darurat. Sign exit d kabin pesawat udah nyala aja. Keadaan makin parno. Alhamdulillah bs landing d klnamu dg selamat mskipun hbs sampe ak mabok udara berat. Semua makanan dr pesawat keluar lol. Semoga kita smua trhindar dr bahaya ya mak. Sll ingat utk berdoa kmanapun.

  8. Penting menanyakan kode booking kl mau jemput seseorang. Pengalaman kemarin pas nunggu mas nya balik ke banjarmasin sampe dua jam kok g kabar2. Saya aampe cek ke maskapai. Tp hrs nyebutin kode booking. Dan saya g menanyakan ke mas e. Ternyata karena cuaca buruk jadi kedatangan g sesuai dengan jadwal.

  9. Duh mbak, saya jadi ikut deg2an bacanya. Alhamdulillah nggak kenapa2 ya mba, walaupun harus ‘muter’ dulu.. saya geli bayangin si mas riwil, beneran riwil banget yak, hahaha..

  10. Deg-degan bacanya Mbak… tapi syukurlah ya selamat lagi sampai Jogja walaupun lama dan capek badan.
    Saya Alhamdullillah belum pernah sih ngalamin penerbangan horor, hihihi, soalnya jarang juga pergi-pergi naik pesawat.

  11. lumayan tegang bangeeet ya mba..kebayang capeknya! So far aku ngga punya pengalaman horor sih..Terkahir standed waktu eropa ditimpa hujan abu dari Iceland. Kita jadi stranded di Barcelona selama 3 hari..dan enaknya semua ditanggung :). Yang lucunya, penerbangan kami yang jauh-jauh dan lama biasanya justru lancar. Tapi penerbangan di dalam negeri plus yang pendek-pendek justru adaaa aja masalahnya hehehe

  12. Baca cerita Mba Noni ini aku ikutan capek plus deg-degan juga mba. Pasti mangkel ya mesti balik lagi, tapi demi keselamatan ya mba.. Kompensasinya ngeselin sih itu 🙁 Tega deh ya maskapai kalo ada kayak gini2..

  13. Bacanya sampe merinding gitu mba. Alhamdulillah ngga sampai kenapa-napa ya. Memang belakangan aku juga jadi takut setiap kali naik pesawat. Apalagi kalo cuaca lagu kurang oke. Mendebarkan parah! Semoga kita selalu dilindungi oleh Tuhan YME… Aamiin.

  14. Serem mba bacanyaa :(. Aduuh jgn sampe yaa ngalamin kecelakaan pesawat ato yg nyaris2 gitu.. Kadang aku ngebayangin, korban2 kecelakaan pesawat yang lalu, gmn ya detik2 trakhir sebelum pesawat hilang dr radar.. Kalo nonton filmnya aja aku merinding.. Apalagi ada beberapa temen ku yg meninggal krn kecelakaan pesawat ini… Moga2 kita ga ngerasain kejadian begitu yaa

  15. Duh.. Kalo aku udah lemes2 kali mbak.. Aku jarang keluar kota karena emang nggak ada tujuannya. Sesekali aku naik pesawat ke bali. Itu aja saat turbelensi jantung saya rasanya mau keluar wkwkwkwkwk..

  16. Ada sih peraturan soal penggantian, snack dll kalau ngga salah. Coba deh googling mungkin bs bermanfaat kalau kejadian di teman, sodara or bloggers lain. Infografisnya bagus kalau ngga salah pas Menhub nya Ignasius Jonan.

  17. Duuh…bacanya aja udah kebayang capeknya. Tapi memang keselamatan penumpang yang paling utama. Syukurlah bisa kembali pulang dengan selamat ya Mbak…

  18. Alhamdulillah selamat Mbak, meski dalam kondisi yg tdk mengenakkan. Semoga pelayanan para maskapai dalam menghadapi cuaca buruk seperti ini ditingkatkan untuk ke depannya ya.

  19. Kalau naik pesawat deg-degan pas awal dan akhir saja.. selama di atas alhamdulillah belum pernah mengalami hal-hal yang mendebarkan.. Kita serahkan pada Allah SWT semoga diberikan keselamatan dalam setiap perjalanan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *