#Familife: Berdamai dengan Kebiasaan Menyebalkan Pasangan

Cara Berdamai dengan Kebiasaan Menyebalkan Pasangan. Sengaja saya bukan nulis “kebiasaan buruk” melainkan “kebiasaan menyebalkan”, karena enggak semuanya kebiasaan buruk. Hanya saja kita enggak terbiasa dengan kebiasaan pasangan, sehingga kadang itu terasa nyebelin.

berdamai dengan pasangan

Udah berapa lama sih kita menikah? Atau kalau yang masih pacaran, udah berapa lama kita pacaran dengan orang yang sama? Lalu, sudah seberapa dalam kita mengenal pasangan kita? Apa makanan favoritnya? Gimana rutinitasnya? Apa kebiasaannya saat bangun tidur? Dan lain-lain.

Baca punya Isti: Kebiasaan Pasangan yang Menyebalkan

Saya emang belum melalui usia pernikahan yang panjang. Masih tergolong balita, bahkan. Tapi gara-gara suatu momen tertentu, bikin saya mikir. Bahwa menikah itu bukan cuma bagaimana kita menyelesaikan konflik dengan pasangan, tetapi juga bagaimana cara kita berdamai dengan kebiasaan-kebiasaan menyebalkan pasangan.

Baca juga: Menyelesaikan Konflik dengan Pasangan

 

Misalnya, seperti kebiasaan kecil suami saya yang benci banget sama semut.

Bhuahahaha.. Nulisnya aja saya pengin ketawa. Iya, dia ini enggak suka sama gerombolan semut yang lagi baris, baik di tembok, di lantai, atau di meja. Pokoknya kalau lihat ada semut lebih dari 1 ekor, dia bakal basmi sampai tidak bersisa. Jadi, kalau kita belanja obat semprot serangga, sesungguhnya itu enggak pernah dipakai untuk menyemprot kecoa atau nyamuk, melainkan semut.

Saat awal mengenalnya dan masih pacaran, saya enggak begitu ngeh dengan kebiasan dia ini. Tapi setelah hidup seatap dengan dia, barulah menyadari bahwa kebiasaan dia anti sama semut ini makin lama makin nyebelin juga. Dia bisa enggak tidur-tidur kalau masih ada semut di kamar. Lantai bisa disapu berkali-kali kalau masih terlihat ada semut berkeliaran.

Ditambah setelah punya anak kecil yang kalau makan sering banget berceceran. Dia bisa tegas mendisiplinkan Luna untuk makan cokelat dan roti di sudut tertentu saja. Supaya kalau remahannya rontok, lebih gampang nyapunya, dan enggak bikin semut keluar untuk menyerbu remahannya.

Harusnya saya hepi dong ya.. Tinggal duduk santai aja, tar juga suami yang bakal bersihin rumah dari semut.

Tapi kadangkala kebiasaannya ini nyebelin. Dia terlihat enggak santai dan pengin kebersihan di rumah terjaga sempurna. Yaitu rumah yang bebas semut. Mana mungkin sih yaa.. Semakin dia benci dengan semut, kayaknya semut tahu dan justru makin menyerbu rumah kami.

Sampai saya pernah nyeletuk, “Jangan-jangan kita bangun rumah di atas kerajaan semut.” Entah itu benar atau enggak sih, tapi kayaknya sekarang populasi semut sudah mulai berkurang di rumah ini.

Hidup suamiiikk!

berdamai dengan pasangan

Itu baru perkara semut. Belum lagi kebiasaan menyebalkan lain, semacam tidak pernah menutup gelas, padahal menurut saya gelas itu wajib banget ditutup. Kalau tiba-tiba dari atas kerontokan sesuatu gimana? Atau dimasukin semut misalnya..

Juga kebiasaan tidur di depan TV dan membiarkan TV tetap menyala. Ini bener-bener kebiasaan yang paling menyebalkan. Dia baru bisa tidur kalau sambil nonton TV, sedangkan saya tidak bisa tidur kalau sambil nonton TV. Enggak ketemu kan.. -____-

 

Kalau posisinya dibalik, gimana kebiasaan saya yang menyebalkan di mata suami, pasti banyak banget juga lah.. Bisa jadi mulai dari kebiasaan kecil semacam buang sisa nasi di atas sink, bukannya di tempat sampah. Sampai kebiasaan malas buang rontokan rambut, sehingga menyumbat saluran pembuangan di kamar mandi.

Eh, untuk perkara rambut rontok, dia pernah bilang gini.. “Kadangkala rontokan rambutmu itu ngangenin. Soalnya kalau ada rontokan rambut di kamar, berarti kamu ada di rumah. Kerasa banget kalau sehari-dua hari kamu enggak di rumah, hidup kok berasa seloo banget enggak nyapu rambut sehelai pun.”

LOL

 

Yah, intinya yaa.. *ini harus banget ada intinya yah..* Makin lama saya mengenal pasangan dan tinggal satu atap dengannya. Bangun tidur lihat dia, mau tidur lagi lihat dia. Saya makin bisa berdamai dengan semua kebiasaan nyebelinnya.

Kalau dulu awal-awal menikah, kebiasaan menyebalkan ini sering menimbulkan pertengkaran. Makin lama intensitas marah-marah untuk perkara kecil seperti itu sudah mulai berkurang. Saya udah enggak pernah marah ketika TV tetap menyala sedangkan dia sudah tertidur. Saya udah enggak pernah protes ketika dia melipat selimut dengan motif kembang-kembang di bawah. Saya udah lebih bisa membiarkan ketika dia ribut sendiri dengan para gerombolan semut yang menurutnya mengganggu, padahal menurut saya biasa aja.

Dan sebaliknya, dia pun sudah enggak pernah ngomelin saya panjang ketika enggak sadar buang sisa nasi di atas sink. Dia juga semakin santai membersihkan rontokan rambut saya di kamar mandi, yang dijulukinya jenglot itu.

 

Ada kebiasaan kita yang sebelumnya buruk kemudian menjadi lebih baik setelah menikah. Tapi ada pula kebiasaan kita yang mau dibolak-balik gimana pun tetep aja gitu-gitu lagi. Mungkin udah merasuk ke kulit dan tulang sampai susah berubah. Habit yang udah menjelma jadi Character.

Tapi, menikah adalah seni dalam berkompromi.

Enggak cuma berkompromi dalam menyelesaikan masalah, melainkan juga berkompromi dalam menghadapi kebiasaan masing-masing pasangan yang mungkin mengganggu dan menyebalkan.

Ketimbang saya menghabiskan energi untuk bertengkar dengan pasangan perkara kebiasaan nyebelinnya dan berusaha keras untuk mengubahnya, lebih baik belajar untuk berdamai dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan tersebut.

Yes kan?

10 thoughts on “#Familife: Berdamai dengan Kebiasaan Menyebalkan Pasangan

  1. kebiasaan menyebalkan itu juga saya alami mak, mesti kami belum menikah dan 2thn terakhir Ldr-an. kebiasaan menyebalkan dia adalah kadang susah bangun pagi. Dalam satu minggu itu pasti ada lo mak dia telat bangun. biasanya pagi jam 4.30 wib aku telp dia. eee malah tidur lagi. kl enggak di telp juga kadang g bangun. enggak sampai telat tapi mepet ke kantornya, kadang dia g sarapan. padahal dia kan di lapangan butuh tenaga banyak. wkkwwk malah curhat nii…

  2. Pingback: How We First Met

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *