Seberapa jauh sih, kita mengenal metode Montessori?
Mungkin kita berpikir bahwa Montessori itu artinya bermain-main sama anak. Atau kebebasan anak bermain sambil belajar. Atau bisa jadi, sekolah dengan biaya SPP yang tinggi banget, karena alat peraga yang dibutuhkan pasti biayanya tidak sedikit.
Trus, melihat kemampuan ekonomi keluarga enggak mencukupi untuk nyekolahin anak ke sekolah Montessori, akhirnya kita menyerah. Sudahlah, Montessori itu metode pendidikan khusus horang kaya. Coba aja lihat harga-harga mainannya. Kayaknya cuma balok-balok disusun tinggi, cuma silinder-silinder dengan berat yang beda-beda. Tapi harga satuannya bisa sampai jutaan!
Fix! Montessori cuma punya horang kaya ajah. Besok anak dimasukkin ke sekolah konvensional aja. Yang enggak perlu sampai jual mobil segala buat biaya sekolah. Biaya hidup lainnya masih banyak, enggak cuma kebutuhan sekolah satu anak aja.
Baca juga: Mengenal Metode Montessori
Eh, tapi di Instagram rame banget hestek #MontessoriDiRumah, #MontessoriAtHome, #MontessoriKids, dan macam-macam hestek lainnya. Mayan, tetep bisa seru-seruan Montessori biar enggak ketinggalan zaman. Tetep bisa jadi ibu kekinian. Tapi bisa ngirit karena enggak keluar banyak biaya. Dan paling seru kalau kita ikutan upload dengan hestek-hestek itu, maka sesama orangtua anak Montessori lainnya akan ikutan ngelike. Enggak dipungkirilah, kalau fotonya bagus, yang ngelike banyak, hati pasti membuncah senang.
Hihihihi.. Aku si hamba like.
Lalu, lalu.. Demi jumlah like yang tinggi, kita mulai mengatur gaya si anak.
“Aduh adik, tangannya di sebelah sini aja biar enggak nutupin mainannya.”
“Kamu duduknya disini aja, biar kalau difoto backgroundnya bagus.”
“Tangannya ditahan! Freeze! Kalau gerak nanti ngeblur lagi hasilnya.”
“Hari ini kita harus main ini. Kan jadwalnya ini. Kalau kamu enggak mau kita bisa kalah, karena enggak ngikutin rules-nya.”
“Tunggu, mama hitung dulu ya.. baru nanti kamu tiup gelembungnya.”
Baca juga: 10 Ide Main Anak ala Montessori
Belum lagi kalau seru-seruan ini ada hadiahnya. Aduhh.. setengah mati kita harus memenangkannya. Pokoknya, nama kita harus disebut. Lagian hadiahnya buat apa sih kalau bukan buat anak. Anak pasti seneng juga kalau punya mainan baru itu.
Ketimbang merengek minta suami untuk beliin mainan yang harganya ratusan ribu atau jutaan itu, mending sebagai istri kreatif, kita harus usaha sendiri, gimana caranya bisa dapetin mainan itu secara geratis.
Kalau ternyata nasib kita kurang beruntung, kemudian kita self-judging, bahwa ini karena fotonya kurang kece. Maka kita akan membujuk suami dengan segala rayuan maut, mulai dari meja makan sampai ranjang. Supaya dia dengan royal menggelontorkan uang belanja lebih lagi. Demi anak.., begitu bujuk kita.
Iya, demi anak maka esoknya kita pelototin deretan toko mainan anak di Instagram sampai jempol kram dan lupa kalau anak minta diperhatikan. Anak minta mainan robot-robotan biasa yang mungkin harganya cuma 15 ribu, tapi kita memaksanya untuk mau memainkan mainan barunya. Balok-balok susun edukatif, kata sellernya. Anak bisa membuat robotnya sendiri sesuai imajinasinya, atau mungkin mobil-mobilan, dan bisa juga rumah-rumahan. Pokoknya, ini mainan edukatif yang kece badai. Harganya mahal tapi itu enggak penting. Karena ini pasti bisa merangsang kreativitas anak. Dan yang lebih penting lagi, ini kalau difoto dan upload ke Instagram, pasti keliatan kece dan yang ngelike banyak.
Ehemm.. Aku kan si ibu hamba like.
Enggak papalah, berkorban beliin anak mainan mahal begini. Sekaliii aja ya.. Semoga setelah itu keberuntungan untuk dapetin hadiah mainan kece semakin lancar. Jadi, tetep bisa ikutan seru-seruan Montessori tapi minim modal.
Hihihi, kalik-kalik tar ada yang mau ngendors mainan anak. Mayan, dapet mainan geratis.
Eh, anu.. Ternyata ngajarin anak seru-seruan Montessori itu enggak semudah itu yaa.. Kita harus ekstra sabar menghadapi anak yang belajarnya pelan-pelan. Itu ya, permainan sendok-tuang bisa lama banget dimainin, belum lagi airnya tumpah-tumpah. Kesel kan, lama-lama. Capek ngepelnya..
Daripada kelamaan, kita lalu memegangi tangan anak dan berusaha mengajarinya, Begini loh, caranya menuang dengan benar tanpa airnya tumpah-tumpah.
Dan dia menumpahkannya lagi, tangannya terlihat belum kuat dan bergoyang-goyang. Lalu kita memegangi tangan anak dan mengarahkannya ke wadah yang benar.
Setelah itu, kita baru akan membiarkannya pelan-pelan dan memotretnya diam-diam. Yes! Jadi lagi satu foto kegiatan Montessori di rumah.
Kece kann..
Buibuu Montessori itu bermakna lebih dalam dari itu semua. Montessori itu sebuah seni parenting, dimana kita harus menghormati hak dan keinginan anak. Anak itu sama seperti kita orang dewasa yang punya keinginan dan ingin memutuskan mana yang baik buatnya. Dan metode Montessori, mewadahi itu semua.
Montessori mengajak kita untuk ikut belajar, mempercayai kemampuan dan keputusan anak, serta menghormati pilihan-pilihan mereka.
Anak bebas bermain apapun yang dia inginkan saat itu. Main bermain balok, mau bermain puzzle, mau bermain lego, atau mau bermain boneka. Semua pilihan bermain itu menjadi hak anak. Kita hanya mengarahkan bahwa anak harus bertanggungjawab dengan pilihannya, itu artinya setelah bermain dia harus merapikannya.
Susah ya buu.. ngajarin kesadaran clean-up ke anak. Saya juga sampai puyeng. Huhuhu
Baca juga: 7 Cara Mengajak Anak Merapikan Mainan
Anak-anak itu bisa belajar sendiri dengan lancar tanpa kita harus memegangi tangannya dan mengarahkannya. Dia bisa belajar bagaimana caranya yang benar untuk menuang air tanpa tumpah-tumpah. Dia juga bisa belajar berhitung dengan lancar tanpa harus kita dikte dan paksa-paksa.
Dengan Montessori, anak menemukan sendiri pembelajaran apa yang didapat dari bermain-mainnya.
Dengan Montessori, anak juga bisa belajar dan bermain dengan bahagia tanpa harus dikompetisikan, mana paling cepat, mana paling pintar, mana paling rapi.
Pernahkah kita berpikir, bahwa anak-anak itu rindu bermain-main tanpa harus terlihat rapi dan kece untuk difoto. Tanpa peduli posisi duduknya di sebelah mana, tangannya di sebelah mana, dan meniup tanpa hitungan ke berapa. Tanpa peduli mainannya harganya berapa, mau itu mainan edukatif atau mainan yang kita buat sendiri dari pelepah pisang atau koran bekas, atau batu-batuan yang kita dapatkan di halaman belakang.
Sebenarnya, maksud dan tujuan hestek #MontessoriDiRumah, #MontessoriAtHome, dan #MontessoriKids di social media itu pasti baik. Bahwa tanpa harus di sekolah pun, kita bisa mengadopsi indahnya seni parenting Montessori di rumah. Banyak nilai-nilai Montessori yang bisa kita terapkan di rumah. Nilai-nilai yang maknanya dalam. Karena melalui Montessori, kita sesungguhnya belajar untuk menghormati hak dan kebebasan anak.
Tapi sayangnya, kita sendiri yang merusak esensi dasar Montessori. Demi apa sih? Demi hadiah mainan yang mahal? Demi like yang banyak? Demi feed yang cantik? Demi personal branding, mama kece sayang anak? Demi follower supaya meningkat?
Buibuu.. Hidup anak terlalu sayang untuk diatur-atur demi kesenangan kita, si hamba like dan si banci hadiah.
Catatan yg bagus makNon, noted ya ttg Montessori. Siap praktekin dan intip blog ini lagi. TFS mak.
Sama-sama Manda.
Terima kasih sudah berbagi makNon, masih harus belajar lagi nih untuk menghormati hak dan keinginan anak
Sama-sama. Karena anak juga sama seperti orang dewasa ya, punya hak yang harus dipenuhi.
Hihihiii.. bagian mainan hestek montessori itu aku banget, tapi blom pernah berburu giveaway apapun kok, sueerrr :)))
Aku ga atur anak2, cuma tiap abis foto 1 activity, memori langsung penuh, padahal yg kepake cuma 1, yg puluhan lainnya buaaaang :))
Karena di balik satu foto kece, ada ratusan foto yang tidak lolos kurasi. Hahaha
aku blm pernah nyoba mainan ini , pingin juga nyoba ni