Kriteria Laki-Laki yang Layak Dinikahi

Kriteria Laki-Laki yang Layak Dinikahi

Jadi, satu minggu yang lalu, timeline saya penuh orang-orang ngomongin tentang pasangan yang lagi heitz gara-gara ceritanya diangkat sama Hipwee. Inisial aja yaa… S dan H, dengan asumsi kalian udah tahu namanya. Yang belum tahu, boleh bikin nama sendiri, misal Surti dan Harto. Hahaha..

Singkat cerita, S ini punya pacar namanya S juga, tapi LDR Jogja-Malang yang 8 jam perjalanan udah nyampe. Trus dia kenalan sama cowok namanya H, dilamar di pertemuan ketiga dan akhirnya diterima trus menikah. Alasannya karena si H ini gercep, langsung lamar. Apalagi dia cita-citanya kawin muda. Sedangkan si S pacarnya yg akhirnya jadi mantan yang terdepak ini, masih nyelesaiin pendidikan kerja yang belum boleh nikah. Ya wajar juga ya, dianya mau gercep ngelamar juga belum bisa.

Pembahasan tentang mereka rame banget, baik di timeline ataupun di obrolan bareng temen-temen. Saya memutuskan untuk nulis, karena males aja berdebat sama orang atas pandangan saya. Kalau ditulis, situ mau enggak sepakat ya udah sis, tinggal komen atau close tab. Selesai perkara.

*

Saya enggak pernah punya cita-cita nikah muda. Punya target nikah di usia tertentu, ada. Saat gagal target, ya udah, biasa aja. Mama saya nikah muda, usia 20. Tapi dia enggak pernah meminta saya untuk menikah usia muda juga. Katanya, “Sayang masa mudamu. Harusnya kamu bisa seneng-seneng sama temenmu, tanpa perlu mikirin suami dan anak di rumah. Dinikmati dululah..”

Dari si S yang menjelaskan alasannya menerima lamaran si H, adalah karena S pengin nikah muda dan ada H yang ngelamar duluan itu.. menurut saya, itu mengada-ada banget. Gini deh ya, kalo andai.. yang melamar dia duluan itu cowok lain yang secara masa depan dan ekonomi masih dalam taraf perjuangan dan di bawahnya si pacar, apa ya iya mau diterima lamarannya.

Ini ada cowok ganteng, anak pejabat, punya bisnis maju, tiba-tiba ngelamar. Ya udah ya, terima aja. Mumpung kan.. Berasa kayak dapet durin runtuh. Sederajat pula dengan ekonomi keluarga.

Meski saya enggak tahu juga ya, si mantannya ini gimana secara tingkat ekonomi keluarga. Tapi dari hasil stalking sampe ke akun IG dan Twitter kakaknya, kelihatan lebih tajir keluarga si H. Keluarga pejabat gitu loh.. Bisnisnya banyak banget di Jogja. Dari bisnis kuliner sampai pendidikan. Dan ibunya si H yang kalau ambil duit di bank bisa sekarung.

Sayang kan, kalau ada rejeki nomplok dilewatkan.

Alasannya yang paling mbelgedhes itu, “Aku pilih H bukan karena dia mapan, bla..bla..”. Ya udah sih dek, kalo memang karena dia lebih mapan dan tajir, juga gak masalah. Aku jadi kamu juga bakal nerima lamarannya. Cowok menang cinta. Cewek menang milih. Cewek yang melihat cowok berdasar materi juga enggak salah kok. Realistis, kan?

Ada yang bilang, “Kalau tiba-tiba ada cowok yang dateng ke kamu dan ngelamar, lamaran itu menggetarkan hati.”

Iya… tapi tergantung yang ngelamar siapa. Kalau yang ngelamar ganteng dan tajir macam H, ya siapa yang enggak bergetar ya.. Lha, kalau yang ngelamar biasa aja, baru lulus kuliah, kerja belum pasti, apa yang bergetar. Kalau aku sih, bergetar jengkel. “Kamu ini, bisa kasih kepastian apa sama masa depanku nanti kalau jadi istrimu. Kok tiba-tiba berani ngelamar.”

 

Kriteria Laki-Laki yang Layak Dinikahi

Sedikit cerita flash back ya.. Dulu saya bisa nikah sama suami saya ini, juga karena saya menang milih. Ceritanya saya lagi deket semacam HTSan, sama cowok lain yang secara masa depan belum jelas. Masih kuliah semester akhir. Eh, dateng tiba-tiba Donny, cowok yang udah mapan kerja, punya penghasilan sendiri. Lha jelas to ya, saya pilih dia. Realistis kan.. Ketimbang saya nungguin si cowok lain yang skripsi enggak kelar-kelar.

Di mata si cowok lain ini, saya pasti dibenci banget. Kasih-kasih harapan palsu. Dan di mata si cowok lain ini, Donny ini juga kurang ajar banget. Menikung tapi menikah. Tapi.. saya kan berhak memilih, bukan karena saya pengin nikah muda, tapi memilih mana yang bisa memberi kepastian masa depan ke saya.

Makanya adik-adik, cepet kelarin studi ya.. Biar cepet kerja, cari duit sendiri, dan bisa cepet ngelamar cewek.

*

Setiap orang itu berhak atas pilihan hidupnya. Mau nikah muda, ya silakan. Mau nikah usia mapan (30 tahun ke atas), ya monggo. Mau enggak nikah, ya enggak pa-pa. Kalau diterimanya kita di surga nanti, berdasarkan nikah atau tidak, apa kabarnya orang-orang yang meninggal muda dan belum sempat menikah. Padahal secara perilaku, bisa jadi dia lebih baik dibandingkan kita yang udah nikah.

Tapi yang terjadi di Indonesia ini kan, pilihan-pilihan hidup itu tadi dinyinyirin sama banyak orang. Yang jalanin hidup ini kita, kok situ pada repot amat sih…

Menikah juga maknanya lebih dari cowok-cewek hidup bersama. Biar bisa tinggal bareng tanpa dikira kumpul kebo. Bukan. Menikah juga bukan sebatas legalitas seksual. Biar bisa ngeseks tanpa takut dosa atau digerebek pak RT. Bukan. Kalo itu doang, artinya kita enggak bisa menahan hawa nafsu.

Baca juga: Marriage is The Art of Compromise

Dan buat saya yang memilih untuk menikah di usia 26 tahun, laki-laki itu punya kriteria khusus yang layak dijadiin suami. Ini ya, buat adik-adik cowok yang pengin segera ngelamar orang, pastikan kamu punya kriteria ini.

1. Saling Mencintai

Saya masih inget banget, saat dulu kanonik (semacam ujian pendadaran pranikah) dengan Rm. Tata. Saya ditanya, “Kenapa kamu mau nikah dengan Donny?” Dan saya menjawab, “Karena saya nyaman dan klik sama dia. Saya bisa cerita apapun ke dia.”

Tiba-tiba Rm. Tata jawab, “Kalau cuma karena nyaman dan bisa curhat, ngapain musti nikah sama dia. Curhat sama psikolog aja bisa.” Dan saya diam, mikir, iya ya.. nyaman doang enggak bisa jadi alasan satu-satunya menikah.

Rm. Tata kembali bertanya, “Kamu cinta enggak sama Donny?” Becanda dia.. ya jelas cintalah. “Ya berarti kamu menikah sama dia karena CINTA.” Gotcha! Yes, saya memilih menikah dengan Donny karena saya cinta dia.

Masalah hati ini harus diberesin sebelum nikah. Kalau ada yang bilang cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa. Maka saya akan memilih untuk membiasakan itu sebelum pernikahan terjadi. Karena saya pengin, momen pernikahan itu nanti benar-benar jadi momen indah dan loveable buat hidup saya.

2. Restu Orangtua

Bagaimanapun, alasan ini mutlak. Saya percaya, restu orangtua itu memperlancar segalanya. Mereka merestui kita, maka mereka akan mendoakan segala hal yang baik bagi kehidupan kita selanjutnya.

Kalau saling mencintai, tapi orangtua enggak restu, ya susah juga..

Orangtua sama-sama manusia kayak kita ya.. Orangtua pasti menginginkan yang terbaik buat hidup anak-anaknya. Tapi bukan berarti pilihannya adalah yang terbaik buat kita. Anak-anak juga berhak memilih masa depannya, termasuk itu pasangan hidupnya.

Jadi kalau restu belum didapat, jangan buru-buru. Santai aja.. berjuang meyakinkan mereka secara pelan-pelan. Pasti berhasil.

Baca juga: Ketika yang Dipilih Anak Tidak Diinginkan Orangtua

3. Mapan Ekonomi

Hidup itu enggak bisa cuma makan cinta to ya.. Emang cinta bisa buat bayar pendidikan anak.

Mapan ekonomi juga bukan berarti harus tajir melintir (meski kalau ketemu yang begini, ya enggak nolak :p). Tapi yang punya skema masa depan yang jelas. Kerjanya gimana, penghasilannya berapa, cukup enggak kalau dari penghasilannya itu nanti menghidupi istri dan anak.

Saya sih prefer, ketika menikah itu artinya saya tidak bergantung pada orangtua lagi. Kami bisa hidup dan memenuhi sandang juga papan dari penghasilan kami. Menikah itu kan hidup mandiri ya.. Termasuk mandiri secara ekonomi.

4. Bertanggungjawab dan Pekerja Keras

Ini penting banget. Modal untuk hidup dan menghidupi keluarga.

Ekonomi keluarga siapa yang tahu ya.. Kadang di atas, kadang di bawah. Ketika ekonomi sedang di bawah, maka laki-laki yang bertanggungjawab dan pekerja keras, akan berusaha keras untuk mencari peluang supaya tetap bisa menghidupi keluarganya.

5. Saling Menghormati

Saya lebih sreg dengan hormat dari dua belah pihak. Bukan satu pihak aja yang mutlak tunduk, nurut, dan hormat pada pihak lain. Karena menurut saya, perempuan itu diciptakan setara dengan laki-laki. Hawa dulu diciptakan dari tulang rusuk Adam, bukan tulang kaki atau tulang kepala kan..

Dan laki-laki yang juga menghormati saya sebagai perempuan, adalah laki-laki yang baik. Karena artinya, dia akan menghormati pilihan-pilihan hidup saya nantinya. Yang penting semuanya terbaik untuk keluarga.

*

Jadi udah berapa yang close tab dari tulisan saya ini? Hahahaha..

Tiap orang kan beda-beda yaa.. Kamu berhak atas pemikiranmu, dan aku pun berhak atas pendapatku.

Cuman yang masih jadi misteri adalah.. si S dan H ini nikahnya udah Agustus 2016, why she trying so hard to explained her choice. Dan penjelasannya itu baru 4 bulan setelah nikah. Trus, diangkat di Hipwee 3 bulan setelahnya. Why oh why?

 

Kriteria Laki-Laki yang Layak Dinikahi

Kenapa coba si S berusaha menjelaskan dan berulang-ulang, kayak butuh pengakuan dan pemakluman. Seluruh dunia jadi tahu drama hidupnya kan.. Eh, atau emang sengaja biar jadi populer ya..

Curiga deh, apa ada konspirasi settingan di baliknya. Mereka domisili di Jogja, dan Hipwee homebasednya juga Jogja. Makin jadi page one artikelnya, makin naik followernya, makin tenar, banyak yang kagum, dan keuntungan bisnis juga buat keluarga mereka.

Hahahaha.. auk ah gelap. Enggak usah dipikir dalam-dalam. Namanya juga spekulasi kan boleh-boleh aja to ya..

Bhay!

64 thoughts on “Kriteria Laki-Laki yang Layak Dinikahi

  1. Aku puuun hampir hampir sama gitu lah..
    Baru putus sebulan eh ada cowok datang langsung ngelamar hihihi.
    Langsung aja ditembak dong mamasnya, kalo serius bilang sama ortu gue. Eh dia langsung ngomong bo. Hadeeew. Dan ortu juga langsung iyes.
    Yasud, sebulan kemudian lamaran dan 6 bulan kemudian nikah. Sampai saat ini Alhamdulillah happily ever after wkwkwkw

  2. ibu saya waktu nikah sama ayah saya, padahal udah pacaran 3 tahun sama CALON dokter yang skripsinya gak beres aja, eh karena ayah saya serius ngajakin nikah jadi nikahnya sama ayah saya.

    (numpang comment mengeluarkan uneg2 soalnya kalau di FB ada ayah dan ibu saya, gak bebas hahaha )

  3. Agak bingung juga ngebacanya, tadi di paragraf2 awal sepertinya ngga setuju dengan pilihan si S, belakangan mengatakan kalo penulis juga pasti memilih yang mapan gitu. Hmmm.. sampai pas kanonik jawabannya karena merasa nyaman., terus didesak Romo baru bilang karena cinta….

    BTW setuju sih, kalo wanita itu memang nyari yang pasti-pasti, meskipun banyak juga yang milih yang gak pasti demi cinta.. biasanya sih ujungnya nyesel.

    =D

    Peace

  4. Yakali kalau Mas Haqi di bawahnya sang mantan secara materi pasti sebagai wanita akan tetap bersikukuh sama sang mantan, “Siapa elo? Berani-berani ngganggu hidup gue?!” Yang jadi permasalahannya adalah penjelasan mbak S yang panjang kali lebar, padahal cuma mau bilang, “yes I’m realistic,” seharusnya udah cukup kali ya.

  5. Kalau aku tambah 1 lagi kak, kriteria laki-laki yang layak dinikahi. Se-iman, hehehe..

    alasannya simple. iman itu prinsip hidup seseorang. Kalau berbeda prinsip bakal susah dan repot nantinya. Enggak usah nanti, baru mulai hubungan aja pasti banyak yang kontra. udah gitu restu nggak turun. jadi sumpek

  6. aku pas nikah, suamiku belum mapan ekonomi, tapi dia mau kerja apa aja buat hidupin aku… yoweslah… wkwkwkwk… bener banget nih, misal yang ngelamar bukan H, apa yow diterima… wajar sih

  7. Menarik ini, mbak. Realistis memang perlu. Asal tidak hyperralistis saja. Nanti jadi susah sendiri mau apa-apa sudah pasang standar macam-macam. Terima kasih atas tulisannya, mbak. Saya jadi makin mantap mencari laki-laki yang layak dinikahi.

    Eh, kliru. Jadi si laki-lakinya maksudnya mah.

    1. Untuk Mbak Noni, silakan mampir ke tulisan Ilham yang membicarakan tentang sinetron, pernyataan “Saya jadi makin mantap mencari laki-laki yang layak dinikahi.” sungguh bukan suatu kekeliruan, Mbak akan menemukan benang merahnya nanti.

  8. Kalau dalam Islam, memang punya anak perempuan *dan masih perawan, tidak boleh menolak lamaran.

    Tapi jaman sekarang kan beda yaa..

    Mudah-mudahan seperti kata mba Cindra.
    Dapet yang seiman. Sehati. Dan masalah rejeki, ada Allah yang atur.

    ^^

  9. oyy tanggung jawab oyy, saya jadi gooling “hubungan jarak jauh hipwee” di google buat tahu siapa S dan H itu.

    hadeuuhh.

    hahaa, saya termasuk layak dinikahi ga ya? emm, semoga deh. saya agak bingung berkomentar, karena tampaknya sasaran tulisan ini untuk perempuan 🙂

    1. Ini kisah antara wanita yang dilamar sama anaknya amien rais kan ya mbak? Haha ya wajar lah, si wanita lebih milih anaknya amien rais, secara jika dilihat dari bobot, bebet, bibitnya kan udah jelas tuh mbak, anaknya pejabat cuy pengusaha pula, kapan lagi coba dapat rejeki nomplok, kesempatan sekali seumur hidup yg pantang utk dilewatkan..

      Ya bukannya mau membela si cewek atas pilihannya, tapi (mungkin) secara naluriah wanita kan butuh kepastian akan masa depannya. Ya seperti tulisan mbak noni di atas, jika ada dua pria, jika sedang punya hubungan dgn satu pria yg tanpa kejelasan masa depan, skripsi blm beres, hubungan mau diapakan jg blm ada kepastian lalu tiba-tiba ada angin ribut yg berbentuk pria yg pnya pekerjaan, meski si cewek blm punya perasaan sm si angin ribut tapi kan si angin ribut sudah berani memberi kepastian, hubungan mau dibawa kemana, ya wajarlah jika si wanita memilih angin ribut,..

      Soal perasaan mah bisa dipupuk berdasarkan temu laku dan waktu, bukankah witing tresno jalaran soko kulino? Cinta bisa datang karena terbiasa :))))

      1. Nahh.. Aku juga sepakat. Makanya aku bilang “mbelgedhes” kalau alasannya bukan karena si cowok lebih mapan. Jujur aja alasannya karena itu, nggak papa kalii.. Kalau kenyataannya emang begitu. Kan cinta itu juga butuh realistis. 🙂

  10. Dulu pengen nikah setahun setelah lulus kuliah, ternyata jodohku datang usia 27 hehe. Drama S dan H dan S satunya lagi mungkin gak seheboh ini kalau S yg pertama gk update2 medsosnya, nikah ya nikah aja gtu hehe. Ya moga2 diberikan yg terbaik buat semua =D

  11. Setiap orang itu berhak atas pilihan hidupnya. .. setuju banget nih mba,. ngapain juga ya harus pasang2 status. eh tapi emang usia muda memang biasanya bertindak sesuai apa yang terasa aja,.jadi begitu terasa sesuatu langsung pasang status… hihi..

    5 tips nya bener banget dan yg paling penting dapat feelnya. Kalaupun mapan disukai ortu kitanya ga nyaman ya mau dibawa ke manaa…

  12. aku baca sampe abis yeeee

    Hahahaa kirain bakalan bikin baper. Taunya engga, tulisannya asik hehehe

    Yup. Menikah itu bukan cuma perkara cinta, tapi juga tanggung jawab.

    Dan aku… Ah udahlah, keterusan curhat ntar. Byeeee

  13. aisssh kita kok sama yoo kisah nikahnya mbak ;p hihihi, akupun memilih suami yg skr, krn dia aku nilai udh mapan.. pdhl sebelumnya aku jg sdh ada hubungan ama ex ku yg walopun mapan juga, tp itu kuliah ga kelar2… sibuk di organisasiiiii mulu,,, ya aku emoh lah… buatku pendidikan nomor 1 soalnya.. mana ortu ngomel2 mulu kalo bicarain si ex ;p.. jd dipikir drpd ga ada restu, ga jelas kpn selesai kuliah, mnding ama suami yg kuliahnya jg malah lbh tinggi, kerjaan udh tetep,,, ga boong sih kalo kubilang aku milih dia krn mapan..

    si S itu sbnrnya ga salah sih ya mba.. cuma memang aku ga setuju krn dia gembar gembor di medsos ttg kisahnya ini.. mana pake ga ngaku kalo yg dicari mapan ;p.. hihihihi… ga ush takutlah dek kalo dibilang matre.. semua org pasti pgnnya kalo nikah hidup seneng kok =D

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *