“Anaknya si itu kok udah bisa anu ya.. Anakku kok belum. Jangan-jangan ada yang salah dengan model pengasuhanku..”
Kalian sering mikir gitu enggak sih? Buka sosmed, lihat postingan anak temen yang milestone-nya udah bisa ini-itu-anu, trus baper. Ngobrol sama temen dan share cerita anak, trus baper. Kalau bapernya ke arah positif sih, no problemo yaa.. Paling enggak bisa memotivasi kita supaya lebih rajin menstimulasi anak dengan cari-cari ide stimulasi dari cerita temen.
Di postingan kemarin tentang Keuntungan Memasukkan Anak ke SD Usia 7 Tahun, saya cerita bahwa saya masih belum pengin memasukkannya ke sekolah TK, dan ingin membebaskan Luna mau main apa saja di usianya yang menjelang 4 tahun ini. Mau gunting-tempel, mau mewarnai, pokoknya free play.
Trus mungkin ada yang berkomentar, “Lah, trus ngapain kamu ngajarin Luna berhitung, ngajakin Luna beraktivitas ini-itu, bahkan yang terbaru ngajarin anak belajar mengenal Pancasila. Kalau free play mah, terserah anaknya mau ngapain. Kok kita atur-atur sih..”
Gini deh, di usianya yang golden period ini, otak anak itu seperti spons, mudah menyerap apa saja. Itu kenapa sebaiknya kita mengenalkan segala hal positif kepada mereka, biar mereka mencontoh sikap positif juga. Enggak cuma gizi dan nutrisi aja yang diperhatikan di 1000 hari pertama kehidupannya, melainkan juga stimulasi-stimulasi positif untuk merangsang kinerja otak, syaraf motorik dan sensoriknya.
Baca juga: 10 Kebiasaan yang Harus Diajarkan ke Anak
Sebelumnya, harus dibedakan artinya belajar formal dan stimulasi untuk anak usia dini. Stimulasi itu kegiatan yang merangsang kemampuan dasar anak agar tumbuh kembangnya optimal sesuai potensi. Asalkan, stimulasi ini dilakukan dengan benar, teratur, dan sesuai kelompok umur. Mengenai di dalam proses stimulasi, anak belajar sesuai, yes.. tentu dong.. Bahkan dia menyuap makanannya sendiri aja, itu merupakan proses stimulasi motorik halus dan belajar kemandirian. Stimulasi bisa didapatkan di mana saja, tidak harus di sekolah. Kalau belum pengin memasukkan anaknya ke sekolah formal, bukan berarti kemudian tidak melakukan kegiatan-kegiatan stimulasi untuk dia kan…
Stimulasi itu macam-macam. Tidak harus berarti jago baca-tulis-hitung, pintar menggunting dan menempel, jago menggambar dan mewarnai, pinter lompat tali, ahli main sepatu roda, atau lancar naik sepeda roda dua.
Beberapa psikolog menyimpulkan (lupa sumbernya, gak papa, yes) bahwa ada 4 aspek psikologi perkembangan anak yang perlu mendapat stimulasi, yaitu kemampuan motorik halus, kasar, kemampuan bicara, dan kemampuan bersosialisasi.
Kemampuan motorik halus itu adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Misalnya, main puzzle, gunting-tempel, membuat garis lurus, melipat kertas, menyusun balok, termasuk bagaimana dia memegang pensil dengan benar.
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan gerakan tubuh yang menggunakan otot besar, atau anggota tubuh, yang ini dipengaruhi usia dan berat badan anak. Misalnya, kemampuan duduk, lari, menendang, naik turun tangga, memanjat.
Trus gimana cara kita melatih kemampuan-kemampuan tersebut? Ya dengan memberinya berbagai macam stimulasi. Dengan mengajak anak main lego dan menyusun bentuk tertentu, itu sudah bagian dari stimulasi lohh.. Dengan mengajaknya menyusun puzzle peta Indonesia, itu juga bagian dari stimulasi yang disisipin pengenalan Indonesia. Mengajaknya mencocokkan sebuah benda dengan lambang bilangan, itu juga bagian dari stimulasi yang disisipin pengenalan berhitung dan angka.
Makanya, ketika ada komentar, “Anaknya si itu kok udah bisa ini-itu ya..” Jawabannya, karena dia mendapatkan stimulasi dari orangtuanya. Kalau pengin anaknya juga bisa, enggak cuma berhenti di baper, tapi kira-kira apa sih.. stimulasi yang bisa kita sontek trus kita kasih ke anak.
Baca juga: Tentang Stimulasi Anak
Free play buat saya, bukan berarti anak bebas sebebas-bebasnya mau ngapain aja. Kadangkala iya sih, saya emang membiarkan dia mau ngapain aja. Biasanya itu kalau saya lagi capek nemenin dia main, atau lagi sibuk menyelesaikan sesuatu. Tapi sisanya, free play-nya Luna adalah bermain atau melakukan stimulasi tertentu yang sudah saya siapkan.
Pulang kantor beli berlembar-lembar kertas warna-warni dan kertas origami, trus ngajakin dia membuat terompet, artinya dia belajar menggunting dan menempel. Browsing di Pinterest, trus ngeprint alphabet buat diwarnain, artinya dia belajar memegang pensil dengan benar, mengenal warna, plus belajar mengenal alphabet.
Kalau dia enggak mau? Ya sudah, enggak pa-pa. Namanya juga free play. Dia bebas menentukan mau memilih mainan apa, sekalipun sudah capek-capek saya siapkan. Enggak jarang kok, kertas origami yang sudah saya siapkan untuk dilipat-lipat, malah berubah fungsi jadi digunting-tempel. Karena Luna lebih suka menggunting dan menempel, ketimbang melipat.
Termasuk DIY Puzzling Stick yang awalnya disusun untuk mengenal urutan angka dan bentuk ini, bertambah fungsi jadi disusun-susun membentuk pola bangun tertentu. Luna membentuk segitiga, segi empat, bahkan segienam dari stik-stik ini.
Kenapa juga sih, saya niat banget nyiapin stimulasi-stimulasi macam beginian? Kayak enggak punya kerjaan aja sih.. Kerja full time udah, ngeblog iya, belum lagi my life without ART yang sering bikin pengin bobok cepet padahal anak minta dibacain cerita.
Menurut analisa beberapa psikolog yang saya baca, ada banyak manfaat memberikan stimulasi pada anak usia dini, seperti:
- Secara fisik, tubuh anak akan lebih sehat dan kuat, karena otot-ototnya terlatih.
- Anak memiliki koordinasi mata, tangan, dan kaki yang baik.
- Mengembangkan rasa kepercayaan diri anak, juga keterampilan bersosialisasi dan negosiasinya semakin baik.
- Meningkatkan kreativitas dan membebaskan anak dari stres karena rutinitasnya cuma main itu-itu aja.
- Melatih anak untuk menganalisa permasalahan lingkungan sekitar. Kalau ada air tumpah di lantai, sebaiknya gimana? Kalau ada anak kucing tergeletak di pinggir jalan, sebaiknya digimanain? Dsb.
- Mengembangkan otak kanan anak.
- Melepas ketegangan anak karena aktivitas motorik halusnya, sehingga dia akan relatif lebih tenang.
- Membantu perkembangan mental, anak akan berimajinasi, dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di kepala.
Dan buat saya, dengan memberikan stimulasi padanya sejak usia dini, anak akan lebih siap menghadapi dunia. Kalau ada yang berpendapat, “Dulu aja kita yang didiemin sama orangtua aja bisa hidup baik-baik aja kok..” Iyaa.. itu dulu, saat beban pelajaran cuma dikit, saat bahasa inggris belum jadi pelajaran wajib. Besok saat anak kita besar, tuntutan dunia bisa lebih kejam lagi.
Memberikan berbagai macam stimulasi untuk anak usia dini itu sangat perlu bahkan harus. Tidak perlu menunggu dia besok sekolah formal atau pasrah biar besok diajarin gurunya.
Tanpa menampik pendapat bahwa sebaiknya anak tidak diajarin pelajaran-pelajaran yang berat di usia dini, semacam belajar membaca, berhitung, atau mungkin geografi. Tapi, kalau hal-hal itu disisipkan dalam bentuk stimulasi permainan yang menyenangkan, kenapa tidak? Dan kalau anak memang penasaran, sering bertanya, kenapa tidak? Kalau anak melakukannya dengan happy, kenapa tidak?
Yang jadi masalah kan, kalau kita memaksakannya. Kita melakukannya karena pengin bersaing dengan temen. Kita kebakaran rambut (karena cewek enggak punya jenggot :p) karena anak temen udah bisa ini-itu, sedangkan anak kita bisanya cuma itu-itu aja.
Hey, tiap anak itu kemampuannya macam-macam loh.. Anak orang lain mungkin udah lancar bersepeda roda dua di usianya yang masih 3 tahun, tapi belum tentu dia selihai anak kita ketika memanjat. Anak orang lain mungkin jago banget menggambar dan mewarnai, tapi bentuk tentu sejago anak kita ketika berbicara dalam dua bahasa.
Udah yuk ah… Stop banding-bandingin anak. Berhenti memelihara rasa tidak mau kalah dengan anak lain. Karena anak kita punya potensi yang berbeda. Tergantung kita, mau menstimulasinya atau tidak…
Tertampar-tampar guaaaa T^T. Aku ga banding2in atau kepengin anakku bisa ini itu sih, cmn kadang merasa takut aja gitu kayana aku yg terlalu nyantai apa ya? Baca ini jd antara baper tp tercerahkan. Ternyata hal2 kecil macam makan sendiri trmasuk stimulasi. Habis ini hrs lebih aktip lg, selama ini terlenakan oleh oma T^T yg justru ngajarin ini itu. Huhuhu~ TFS bund suhu idolaque. Bimbinglah aku menuju jalan kebenaran, LOL
Hihihiiiii…
Aku tuh suka beli beli buku aktivitas gitu mak, sesekali iya sih ajakin anak mainan yang ada metode stimulasi, cuma emang emaknya gak konsisten kali yaaa hahahah…
Suka ngepoin belajarnya Luna, giliran mau praktek, anaknya melipir cari mainan lain hahahaha…yawislah =D