Lama banget ternyata saya enggak ngisi blog ini. Karena tiap malam selalu ada aja pekerjaan lain yang harus diselesaikan lebih dulu. Dan setelah sekarang membuka dashboard blog, bersiap-siap menulis. Saya harus kembali mengumpulkan stamina menulis. Ternyata bener, sesuatu yang sebenernya sudah jadi kebiasaan tapi kemudian lama sekali tidak dilakukan, maka butuh tenaga lebih ekstra untuk menjadikan itu kebiasaan lagi.
Dulu saya pernah cerita, kalau saya memilih untuk memasukkan Luna ke TK di usianya 5 tahun saja, supaya nanti masuk SD tepat di usia 7 tahun. Meskipun beberapa teman sepantarannya sudah ada yang sekolah TK, dan beberapa anak lain ada yang masuk SD di usia sekitar 6 tahunan. Tapi saya memilih untuk membiarkannya menikmati kelas Playgroup-nya dulu di daycarenya ini.
Baca juga: Keuntungan Memasukkan Anak ke Sekolah Dasar Usia 7 Tahun
Tapi lama-lama dia bosan juga dengan daycare yang sudah jadi rumah keduanya sejak usianya 7 bulan. Seringkali dia ngambek enggak mau berangkat ke daycare. Kalaupun berangkat, sering dia minta dijemput siang aja. Dan puncaknya, dia minta sekolah TK yang bukan di daycarenya ini. Kebetulan daycarenya ini juga ada kelas TKnya.
Sebenernya, pilihan TKnya enggak banyak, antara lanjut TK di daycare atau TK di deket gereja. Karena saya memang membatasinya dengan jarak. Usianya masih kecil, kasihan kalau harus berangkat pagi-pagi buat ke sekolah, belum lagi kalau harus menempuh perjalanan jauh ples macet. Ditambah, siapa yang mau jemput dia nanti kalau sekolahnya jauh-jauh. Kebetulan, simbahnya Luna sudah pindah rumah di deket saya, dan beliau bersemangat sekali untuk menjemput Luna. Biar ada kegiatan gitu.. ketimbang cuma dengerin radio dan tidur-tidur doang di rumah.
Kalau TK di daycare, enaknya enggak perlu penyesuaian lagi. Saya udah kenal guru-guru dan orang tua muridnya, dan Luna juga tetep bisa kumpul bareng sahabatnya. Secara metode belajar juga enggak bermasalah. Dengan prinsip “belajar enggak harus duduk manis di kelas,” Luna jadi banyak belajar secara langsung terutama sejak dia masuk di kelas Playgroup.
Kalau TK di deket gereja, enaknya karena sekolah berbasis agama, jadi saya enggak harus ekstra ngajarin banyak tentang agama. Kasih aja di sekolah, tar dia bakal apal banyak doa dan ritual-ritual. Bhuahahaha… Dasar ibu pemalas!
Dan karena kami pengin lingkungan pergaulannya bertambah, enggak cuma di daycare aja. Akhirnya, untuk memantapkan hati kemarin Sabtu, kami bertiga survey ke TK deket gereja. Rencananya enggak cuma sekali surveynya, esok Sabtu-nya saya janjian lagi dengan Ibu Kepsek untuk main ke sekolah. Lalu tiba-tiba saya ingat saat survey daycare buat Luna dulu. Kayaknya untuk satu daycare saya bisa survey 2-3 kali, demi memantapkan hati.
Ada banyak hal yang saya tanyakan saat survey sekolah TK untuk anak. Makanya, surveynya lebih dari satu kali diperlukan juga untuk menanyakan hal-hal yang kemarin lupa ditanyakan.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#1 Waktu Belajar[/su_highlight]
Hari apa aja, dan dari jam berapa sampai jam berapa. Beberapa sekolah sudah menerapkan 5 hari waktu belajar, dengan jam belajar yang lebih panjang dikit. Tujuannya supaya Sabtu anak-anak bisa family time bareng orang tuanya. Tapi banyak sekolah yang masih menerapkan 6 hari belajar, Senin-Sabtu, dengan jam yang lebih pendek.
Kebetulan sekolah TK yang saya survey ini menerapkan 6 hari belajar dan masuk pukul 07.30. Saya enggak terlalu masalah sih, justru itu bisa jadi alasan untuk saya bangun pagi, toh jam 10 udah pulang juga. Soalnya, selama ini tiap Sabtu bisa bener-bener baru keluar kamar jam 8 ke atas. Parah…
Ohya, termasuk full day School, tanyakan jam belajarnya dari jam berapa sampai jam berapa? Kapan waktu istirahat, makan siang, dan seterusnya. Full day school kan artinya enggak sepanjang hari belajar.
Baca juga: Saya Setuju dengan Full Day School
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#2 Enroll Payment dan Monthly Payment[/su_highlight]
Ini penting banget ditanyain, karena berhubungan dengan kemampuan masing-masing keluarga. Enggak usah ragu-ragu juga tanya rencana ke depan untuk pembangunan sekolahnya. Karena enroll payment yang kita bayarkan, kan untuk itu juga.
Kemarin Ibu Kepsek cerita kalau dia perlu beli inventaris ini-itu, bangun ini-itu, menambah alat peraga belajar, dll. Jadi paling enggak saya bisa ngerasa, oh.. ya wajar kalau enroll paymentnya segitu. Ohya, tanyakan juga bisa dicicil enggak dan berapa lama. Biasanya sih, bisa dicicil. Kan mayan…
Sedangkan monthly payment, karena ini sekolah swasta yang tiap anak bisa beda-beda berdasar kemampuan orang tua. Dan saya sempet kaget, hohh.. lebih murah ketimbang monthly payment Luna di daycare ya.. Bhuahahaha.. menurut ngana? Di daycare kan seharian, perhatian untuk anak bayi juga lebih ekstra, ngasih makan siang dan sore, mandiin, dll. Sedangkan kalau di sekolah kan, anak relatif sudah lebih mandiri dan ini cuma 3 jam di sekolah.. enggak pake mandiin dan ngasih makan siang.
Baca juga: Tentang Biaya Pendidikan Anak
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#3 Seragam [/su_highlight]
Apakah di sekolah itu anak wajib menggenakan seragam? Berapa jumlah seragamnya? Bagaimana pembagian jadwal pakai seragamnya? Apakah seragamnya sudah ready stock atau cuma sedia kain dan kita harus jahitin di luar sendiri?
Biasanya di hari pertama sekolah, anak boleh enggak pakai seragam. Tapi, enggak pakai seragam sementara anak-anak lain pada pakai seragam bisa memunculkan rasa minder di diri anak. Jadi emang sebenernya sebisa mungkin seragam udah jadi sebelum hari pertama masuk sekolah.
Saat survey kemarin, Ibu Kepsek langsung bongkar-bongkar kardus nyari stok seragam yang sizenya muat di badan Luna. Untungnya ada.. Kalau enggak ada, saya udah siap-siap ke penjahit untuk ngecilin, demi dia bisa pakai seragam di hari pertamanya masuk sekolah.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#4 Kegiatan Reguler[/su_highlight]
Tiap sekolah punya kegiatan reguler yang beda-beda. Saat Ibu Kepsek tahu bahwa Luna dari daycare dan playgroup itu, beliau langsung menjelaskan banyak tentang perbedaan kegiatan antara TK ini dengan sekolah di tempat sebelumnya.
Apakah ada field trip? Berapa kali field trip diadakan dalam satu semester? Apakah ada outbond? Kapan jadwal biasanya ada outbond? Dan berhubung TK ini adalah sekolah berbasis agama, saya juga menanyakan tentang kegiataan keagamaan regulernya. Misalnya ziarah rohani di bulan Maria, dan sebagainya.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#5 Kegiatan Ekstra[/su_highlight]
Tiap TK juga biasanya punya kegiatan ekstra yang pelaksanaannya di luar jam belajar. Ada drumband, angklung, perkusi, nari, balet, dll. Sebagai mantan anak doyan ekstrakulikuler, jadi saya pengin Luna juga aktif ikutan kegiatan ekstra ini, apapun pilihannya.
Tapi pastikan lagi ke sekolah, bagaimana prosedur pemilihan kegiatan ekstra ini? Apakah anak dibebaskan milih sendiri atau semua murid dilibatkan dalam kegiatan ekstra ini. Lalu biasanya mereka pentas dimana? Apakah anak yang pentas itu dipilih oleh sekolah atau semuanya boleh ikut pentas?
Sedih juga kalau masih ada sekolah yang menerapkan proses seleksi. Karena anak bisa pentas dan tampil di depan umum itu akan mengasah keberanian dan rasa percaya diri. Kapan dia bisa pede kalau enggak dikasih kesempatan.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#6 Metode Belajar[/su_highlight]
Metode belajar tiap sekolah juga beda-beda. Ada yang sekolah alam jadi belajar enggak selalu di dalam kelas, tapi sambil jalan-jalan ke sawah atau nongkrong di bawah pohon mangga sambil belajar berhitung, ngitung kerikil.
Ada yang sekolah montessori yang eksklusif. Ruangan berAC dengan aparatus montessori lengkap. Ada yang bahasa pengantarnya bilingual atau bahkan trilingual, Inggris-Mandarin-Indonesia. Ada juga sekolah TK klasikal yang kurang lebih mirip dengan TK kita waktu kecil dulu.
Bagaimana proses belajar berlangsung? Gimana style mengajar para guru? Apakah anak-anak diajarkan baca-tulis-hitung? Apakah ada PR yang harus dikerjakan? Kalau ada kira-kira seminggu berapa kali ada PR?
Terakhir, sesuaikan dengan metode belajar yang kita inginkan. Mencarikan sekolah untuk anak itu ibarat jodoh. Kalau enggak pas bukan berarti sekolahnya jelek, tapi metode belajarnya aja yang enggak cocok dengan yang kita harapkan.
Baca juga: Pertimbangan Memilih Sekolah untuk Anak
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#7 Peralatan Belajar[/su_highlight]
Peralatan belajar apa aja yang disediakan sekolah? Dan apa aja yang harus dibawa setiap hari ke sekolah.
Kalau di sekolah calon TK Luna ini, biaya kegiatan yang dibayarkan di muka termasuk pembelian buku-buku paket PAUD. Sisanya, semacam buku gambar, buku tulis, pensil, krayon, anak-anak sendiri yang menyediakan.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#8 Jumlah Kelas, Murid, dan Guru[/su_highlight]
Berapa jumlah kelas dalam satu angkatan? Berapa jumlah murid dalam satu kelas? Berapa jumlah gurunya? Berapa jumlah guru yang menghandle satu kelas? Dan seterusnya.
Kalau kata Kepala Sekolah di calon TK-nya Luna ini, aturan dari Dinas sih, satu kelas maksimal 15 anak. Tapi dari yayasan kadang punya aturan yang berbeda.
Dan yang paling penting, minta untuk tur keliling sekolah. Lihat ruang kelasnya, ruang bermain (indoor dan outdoor), ruang makan, ruang guru, ruang kesehatan, dan semuanya.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#9 Cek Kesehatan atau Konsultasi Psikolog[/su_highlight]
Apakah sekolah menyediakan dokter dan psikolog untuk memeriksa kesehatan anak? Kalau misal ada tapi enggak reguler setiap hari ada di sekolah, biasanya berapa kali dalam sebulan, diadakan pemeriksaan kesehatan?
Dan kalau ada psikolog, mayan juga kita bisa curhat-curhat tentang perkembangan psikologi anak. Karena pola asuh di rumah emang harus diselaraskan dengan yang di sekolah. Yang kadang itu perbedaan itu menimbulkan tingkah polah anak yang sering kita anggap ngeselin. Padahal di sekolah dia manis sekaliii…
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]#10 Komite Sekolah [/su_highlight]
Apakah ada komite sekolah di sini? Apakah para orang tua murid tergabung dalam kelompok Komite Sekolah? Biasanya kegiatan apa aja yang diurusin sama Komite Sekolah?
Kalik-kalik loh… tertarik untuk berkarir jadi pengurus Komite Sekolah. Kalau saya sih ogah. Bhahahaha… Makanya pertanyaan yang ini saya skip. Dulu pernah ditawarin di Daycare Luna bagian sie Humas, tapi saya menolaknya, karena kegiatan Komite Sekolah di sana banyak sekali. Bisa-bisa nggak punya kehidupan tar. *lebay*
*
Hahaha, banyak ya.. Sulit juga sih, mengingat semuanya dalam sekali survey. Makanya seperti yang udah saya bilang sebelumnya, seringkali dibutuhkan survey lebih dari satu kali untuk satu sekolah. Selain biar kita dan anak semakin mantap, anak bisa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya karena udah lebih dari sekali ke sana, juga kalau ada pertanyaan kelewat bisa ditanyakan saat survey kedua kalinya.
Atau kalian punya tambahan pertanyaan lainnya? Boleh drop di comment bawah yaa..
Selamat mencari sekolah buat anak!
Biar ga lupa, dicatet aja hehe… Selaim nanya2, observasi jg mba, gmn fasilitasnya, gmn sikap guru ke murid, dll…
Oh iya.. Tapi kalau ditanyain, biasanya jawabnya bagus2 aja. Jadi mungkin bisa dengan mengamati pas KBM berlangsung.
Kdg lupa dan penting bgt bgmn status bangunannya..apakah milik sendiri atau kontrak.kl kontrak pastikan dan hitung apakah sampai anak kita nanti lulus?jd pastikan jika kontraknya itu pjg 10-20th tp jaraaaaang bgt.biasanya kontrak hanya 2-5th lalu diperpanjang.sgt merepotkan jika tb2 sklh itu pindah tempat.aplg jauh dr rmh kita dan ank bth adaptasi lg tentunya
Oiyaa.. Belum pernah ada pengalaman ini soalnya. Asyik, makasih udah nambahin.
Makasih ya mba Noni. Aku lagi mau survey SD nih.. jadi aku catat aja pertanyaannya hehehhe
Terimakasih sangat membantu…
Thanks banget infonya kak, sangat bermanfaat..


Makasi banget mba tulisannya. Sama kalau sekolah bareng daycare, bagaimana kebijakan sekolah untuk anak yg sakit tapi tetap masuk?
Sama fasilitas sekolah yang menunjang valie di rumah. Misal di rumah menunjang value kemandirian. Apakah di sekolah ada urinoir/kloset anak (jadi mereka bisa pipis/pup sendiri), banyak westafel pendek (bisa sikat gigi dan cuci tangan mandiri). Soalnya aku suka sikat gigi sampe sekarang, karena pas TK bu guru ngajak tiap murid sikat gigi di wetstafel abis makan. Jadi murid berjejer gitu