Udah tanggal 25 lagi.. Yay, Payday. Eh tapi, buat temen-temen ASN ini masih tanggal tua ding yaa..
Rutinitas tiap abis terima gaji itu, mantengin internet banking sambil pegang token. Transferin ke pos-pos tabungan ini dan itu. Lalu ketika lihat sisanya, loh.. kok tinggal segini sih. Padahal hidupku jauh dari lifestyle hedon.
Saya sudah hampir 7 tahun menikah. Kami melewati proses ngatur keuangan keluarga yang naik-turun. Pernah ada ketidakjujuran, yang membuat marah. Pernah ada tudingan, kamu sih boros, yang bikin terdiam kesal. Pernah menggadaikan cincin kawin. Sayangnya waktu itu Tupperware belum laku di pegadaian. Dan pernah ada juga luapan emosi membuat keuangan keluarga terbagi dua. Uangmu. Uangku. Hutangmu. Hutangku.
Sampai akhirnya, kesal sendiri. Kerja bertahun-tahun, kok yang nyangkut di tabungan segitu-gitu aja.
Lalu mulailah saya membuat pos-pos tabungan dan pengeluaran. Masing-masing di rekening yang berbeda-beda. Karena saya nyadar, ketika semua uang ada di 1 rekening, maka saya akan terlena. Wah, uangnya banyak yaa.. Kita beli apa ya? Enaknya traveling kemana ya?
Dan lupa, bahwa di tabungan yang isinya banyak itu sebenarnya ada dana pendidikan anak, atau dana untuk beli property atau mobil impian.
*
Dulu saya pernah nulis tentang 5 Simple Envelope System. Masih sejalan dengan itu, sekarang saya membaginya lebih detil lagi.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Tabungan Dana Darurat[/su_highlight]
Seharusnya anak milenial tahu rumus dana darurat. 12x pengeluaran tiap bulan.
Dan seharusnya kesadaran untuk menabung dana darurat ada sejak pertama kita terima gaji. Masalahnya, saya dulu enggak paham. Freshgad yaa.. Terima gaji lalu foya-foya. Nyadarnya baru setelah nikah. Ternyata pengeluaran setelah nikah itu kiamat.
Belum kalau misal ada anggota keluarga yang sakit, atau terjadi sesuatu. Enggak bisa terus-terusan minta ke orang tua. Dana darurat kita itu, bukan orang tua.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Tabungan Pendidikan Jangka Pendek[/su_highlight]
Kami nabung pendidikan anak baru setelah Luna lahir. Enggak berani terlalu visioner, nabung sebelum anak lahir apalagi sebelum hamil. Pamali.
Pas hamil, nabungnya buat biaya lahiran dan printilan-printilan lainnya. Baru setelah lahir, dana ini dialihkan menjadi tabungan pendidikannya jangka pendek. Sekolah SD sampai SMA, yang biayanya relatif terprediksi dan terjangkau.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Tabungan Pendidikan Jangka Panjang[/su_highlight]
Pendidikan jangka panjang adalah biaya kuliah yang lebih susah terprediksi. Ya kalau anaknya mau kuliah di Ilmu Komunikasi kayak ibuknya, atau Ilmu Komputer kayak bapaknya. Kalau mintanya kuliah kedokteran yang biayanya bikin pengin creambath? Masa enggak dikasih sih..
Kenapa susah-susah dipisahin? Karena biaya kuliah itu spektakuler, dan enggak mau kecampur sama biaya pendidikan jangka pendek. Nanti kesiwer lagi sama nominal yang kayaknya banyak, padahal enggak cukup.
Sesedikit apapun uangnya, harus disisihkan untuk dua tabungan pendidikan ini. Dan, 1 anak 1 tabungan. Kalau besok anaknya 2, harus nambah lagi posnya. Jangan dicampur sama tabungan kakaknya.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Tabungan Hari Tua[/su_highlight]
Ini sering enggak kepikir sama kebanyakan kita. Besok kalau tua gimana? Apa ya, skill kita masih laku?
Sebenernya saya punya Unit Link yang disetor selama 5 tahun, lalu didiamkan aja, dan baru bisa diambil setelah usia saya 65 tahun. Dulu yang bikin dan bayarin, kantor lama. Saat resign, dikasih polisnya.
Tapi kalau lihat proyeksi hasil di usia 65 tahun. Kok kayaknya kecil ya.. Wah, enggak kepikiran inflasi nih..
Maka, kemudian nambah pos tabungan hari tua. Entah besok kalau sudah terkumpul mau dibeliin property lagi, untuk passive income. Ya dipikir besoklah..
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Tabungan Hedon[/su_highlight]
Nyebutnya gini amat. Karena ini tabungan untuk bersenang-senang. Misal liburan, mudik tiap tahun, atau beli barang yang relatif mahal.
Untuk kebutuhan yang enggak urgent ini, bisa dikondisikan untuk nyiapin dananya dulu. Supaya ketika hedonnya terealisasikan, enggak mengganggu pengeluaran bulanan, dan tabungan.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Tabungan Jajan Luna[/su_highlight]
Dulu, bikin ini karena pengin ngajarin Luna nabung di bank. Juga belajar fair dengan angpao yang dia terima tiap tahunnya. Sekalipun dia belum mudeng duit.
Sekarang, ini jadi anggaran wajib bulanan. Ibarat ngasih uang jajan ke dia. Padahal ya enggak dipake juga. Sampai lama-lama duitnya ternyata banyak juga yaa..
Lumayanlah besok kalau mau dipakai beli kebutuhan masuk sekolah atau study tour ke Singapura.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Kebutuhan Rumah Tangga[/su_highlight]
Ini dia anggaran gede selanjutnya yang bikin pengin nanem pohon uang.
– Persembahan bulanan. Sama seperti temen-temen muslim yang ada Zakat, umat Christian juga ada. Kalau saya, menganggarkan sebagian masuk gereja, sisanya ke umum tidak dikenal. Ada banyak orang di crowdfunding yang menanti uluran tangan kita.
– Cicilan KPR, kalau belum ada bisa dialokasikan untuk tabungan DP rumah.
– Cicilan CC atau hutang lainnya. Kalau udah nikah, hutangmu, hutangku, hutang kita bersama. Jadi, ayo dipikir bareng-bareng gimana cara menyelesaikannya.
– Bensin. Mungkin karena rumah saya jauh ya.. Pengeluaran bensin tiap bulan tu bikin pengin punya SPBU sendiri. Tapi sekarang udah terbantu semenjak rajin naik bus trans. Luvv
– Telepon, Internet, TV Kabel. Kuenggak bisa hidup tanpa Indihome. Love-hate relationship banget.
– Sosial. Semacam arisan, sampah, iuran pangruktilaya (kematian), dan iuran wajib lainnya.
– Listrik, PAM. Bersyukurlah kalian yang pakai air sumur. Lumayan bisa mengirit biaya PAM.
– Makan dan belanja kebutuhan bulanan. Ini anggaran pualing gedak. Mulai dari makan setiap hari, sampai kebutuhan gas, beras, minyak, sabun, galon air mineral, dll.
– Family entertain. Semacam ngemall, bawa anak ke Kidzoona, makan di foodcourt, atau nyobain tempat makan baru.
[su_highlight background=”#f7d2ee” color=”#e20671″]Uang Jajan[/su_highlight]
Ini anggaran kesayangan kami. Saat semua sudah teralokasikan sesuai pos masing-masing, sisanya jadi uang saku di kantong pribadi. Mau dipake buat apa, terserah.
Suami bukan makhluk suka jajan. Saya nih, anak jajaners. Dan sukanya mantengin Promo Mantap Tokopedia, lalu check out barang yang udah di-wishlist sebelumnya. Biar hasrat jajan tersalurkan, tapi tetep hematnya. Cerdas emang akutu..
Eh, puyeng enggak sih, lihat pos-pos tabungan dan pengeluaran bulananku..
Seringkali tu ya, pemasukan dan pengeluaran kalau dihitung matematis enggak pernah balance. Tapi kalau dijalani dengan biasa-biasanya aja. Ternyata kok cukup juga. Ada aja rejeki yang tiba-tiba masuk, dan mencukupkan semuanya.
Sepuyeng-puyengnya ngatur keuangan keluarga, dan segiat-giatnya kerja ngumpulin duit untuk masa depan. Yang penting jangan lupa istirahat dan menyenangkan diri. Setiap orang punya caranya sendiri untuk bersenang-senang. Bisa nonton, kulineran di tempat makan heits, atau belanja di Tokopedia Tap Tap Mantap.
Kalau kalian, gimana caranya ngatur keuangan keluarga?
Mbak Nonce,,, keren bgt tulisane,, dan bermanfaat infonya.
Nek aku kurang lebih mirip lah, ada rekening pos-pos yang berbeda, soale biar gak kebobolan gak terasa. Karena kan sekarang belanja seringnya pake kartu debit, jadi kalau di rekening 1 aja berasa banyak terus… Emang harus dipisah-pisah ke beberapa rekening sesuai posnya.
Maturnuwun infonya mbak Non… Salam buat Luna.
Aduh mbk baru q baca yg bagian inu,q awalx jg gt mbk bikin pos pos tp krn gajinya suami gk sbrp dan q pun nggak kerja dan gk menghasilkan apapun kecuali upik,jd ya pas oengeluaran tk trduga lbh byk akhirx ambil lah ditabungan,prnh jg tk taruh di rekening bank yg gk ada ATMnya,bs jalan sih kurleb 4bln eeeeh bulan selanjutnya ada byk sekali pengeluaran dan minus bget nih gaji,hrs bolak balik pasuruan sby alhasil diambili dan jgn tny,skrg habis