Punya anak generasi alpha atau yang lahir di tahun 2010 ke atas ada tantangan sendiri. Biasanya kakek-nenek akan “mengeluhkan” betapa susahnya menghadapi cucunya, yang sangat aktif, susah diarahkan, dan keras kepala. Lalu kalimat selanjutnya yang keluar adalah, “Dulu itu, kamu enggak begini loh..”
Awalnya, saya mengira ini karena kakek-neneknya udah lama enggak pernah megang anak kecil, sampai lupa rasanya. Tapi salah satu penyebab yang masuk akal juga adalah ada gap usia, gap jaman, gap generasi antara kakek-nenek dengan cucunya. Kakek-nenek adalah generasi baby boomers atau generasi X, kita-kita ini generasi Y atau mungkin generasi milenial yang lahir kenalnya TV, sedangkan cucu-cucunya adalah generasi Alpha yang lahir langsung kenal internet dan smartphone. Dan pasti itu akan membuat karakteristik mereka berbeda sekali.
Supaya gap generasi itu bisa terjembatani. Ada 5 hal yang harus diajarkan pada anak generasi Alpha.
1. Hormati orang lain, jangan terlalu bossy. Anak generasi Alpha punya karakteristik yaitu dominan dalam pergaulan. Positifnya, mereka tahu apa yang diinginkan, dan punya ambisi untuk mengejarnya. Tetapi kadangkala mereka bisa berubah menjadi bossy dan mengatur-atur temannya.
Saya ingin mengajarkan Luna untuk tahu diri. Kalau pemimpinnya bukan dia, maka berilah ruang pada pemimpin yang sebenarnya. Tidak di semua tempat, dia bisa jadi pemimpin. Contoh kecilnya, ketika dia dan teman-temannya bermain di rumahnya. Jangan memaksakan kehendak dengan memaksa teman-teman bermain sesuai pilihannya.
Jangan terlalu bossy, atau teman-teman sekitarmu akan kesal sendiri dan menjauhimu.
2. Ikuti aturan yang berlaku. Anak generasi Alpha itu sangat aktif, terlihat sejak dia bayi. Dipakein diapers aja lari-lari dulu, dibedong juga lepas semua. Pantes aja kan, kalau kakek-neneknya angkat tangan tiap menghadapi dia.
Tapi, dimana pun dia berada, aturan itu akan selalu ada. Sekalipun tidak suka, tetap hormati dengan cara ikuti aturannya. Kalau pengin mengubah aturannya, sampaikan dengan sopan. Dan libatkan diri dalam manajemen atau masuk jajaran orang berpengaruh, untuk mengubah aturannya.
Bukan menarik diri, atau cuma protes aja. Itu nyebelin banget.
3. Sampaikan sesuatu dengan komunikasi secara langsung. Mengenal smartphone sejak lahir, bikin hidup anak generasi Alpha jadi lebih mudah. Mereka enggak kenal fenomena dua-detikan, sms 1 rupiah/karakter, atau ganti nomer biar kalo telpon-telponan sama pacar bisa lebih murah.
Sekalipun mungkin lebih nyaman menyampaikan pesan lewat teks, tapi ngobrol secara langsung itu asyik juga. Jangan samakan bahwa semua orang akan nyaman diajak ngobrol via teks saja. Seringkali, ditelepon atau ngobrol sambil ngopi bareng itu lebih terasa intim dan sopan.
Juga, akan tahu langsung ekspresi lawan bicara. Bisa meminimalisir baperan dan overthinking.
4. Saring before sharing. Anak generasi Alpha sejak lahir sudah kenal internet. Usia baru sehari fotonya sudah nampang di IGstories dan tersebar di Whatsapp groups. Berbagi sesuatu menjadi sangat mudah dan murah. Bisa jadi mereka udah enggak peduli sama kuota, karena WiFi ada di mana-mana.
Tapi mereka harus belajar supaya tidak mudah terpengaruh sesuatu yang hanya dilihat dibaca melalui Whatsapp atau sosial media. Sekalipun yang membagi infonya adalah orang terdekat yang selama ini dipercaya. Jangan buru-buru percaya dan menyebarkan infonya.
No more HOAX plis.. Dan beri ruang untuk minimal banget googling, atau berpikir kritis. Ohya, critical thinking itu skill yang harus banget dimiliki anak generasi Alpha.
5. Tidak salah menjadi karyawan.Sukses itu tidak harus dengan jadi bos dan punya usaha sendiri. Kalau semua orang jadi bos, siapa yang jadi karyawannya? Ada banyak kok, karyawan yang bisa sukses juga.
Jadi, sekalipun di sekitarmu sedang tren menjadi wirausaha, tetaplah pada pilihanmu sendiri tanpa ikut-ikutan tren. Kamu mau jadi apa saja, itu bisa. Pekerja penuh waktu, bisa. Pekerja paruh waktu, boleh. Pekerja lepas, bisa. Pekerjaan apapun asal halal caranya, itu mulia.
Dan kalau sudah memilih jadi karyawan. Jadilah karyawan yang bekerja giat dan memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga untuk kantormu. Percayalah, gaji akan mengikuti seberapa besar jerih payahmu.
Tantangan banget emang membesarkan anak di masa digital ini. Informasi banyak dan hilir mudik banget, tinggal bagaimana kita bisa menyaring dan mengarahkan ya Mba.
Wah benar banget ini tips-tips-nya. Memang tetap ada yang harus diajarkan ke anak generasi alpha biar nilai-nilai keluarga tetap mereka miliki
Komunikasi menjadi salah satu tantangan mendidik anak generasi alpha. Mereka terbiasa komunikasi dengan gadget. Jadi memang harus dididik bagaimana berkomunikasi langsung.
Tentang pekerjaan di masa depan, saya juga gak pernah meminta anak harus jadi wirausaha. Terserah mereka aja, Kalau jadi wirausaha harus gigih bila jatuh bangun. Jadi karyawan jangan mudah loncat sana loncat sini
emak zaman digital harus tahu nih tips-tipsnya karena anak-anak mereka adalah bagian generasi Alpha, memang agak sulit mengatasi gap ini, tapi anak-anak juga harus belajar menghargai orang lain ya mak.
Tipsnya cakep banget mbaa.. aku ngerasain uti nya anak2 mengeluhkan hal yg sama. Anak2 aku dominan smua. Nggak bisa langsung nurut gitu klo sama hal yg baru.
Poin ke-5 aku super setuju, Mak.
Inget2 web-series yg dibintangi Dian Sastro dan Oka Antara.
Bahwa, jadi karyawan ataupun pengusaha itu masalah Pilihan.
Bukan berarti yg satu lebih baik daripada yg lain
Tantangan banget nih mendidik anak-anak generasi alpha.
Jadi ingat kemarin anak saya ngajarin neneknya video call. Udah diulang-ulang, neneknya tetepa aja bingung
Hormati orang lain itu yg sangat kurang sekarang ya. Itu alasanku bener2 ngerem anak2 di medsos walaupun aku netijen aktif. Ngeri lihat remaja2 manggil ustadz, profesor, presiden dll tanpa hormat.
Anak-anak kita nih.
Tapi mereka itu sangat kreatif dan kritis. Cuma mungkin kudu diajari adab bersikap mungkin kalau aku liat sekarang, biar nanti gedenya jadi orang welas asih.. Semogaaaaaaa kita berusahaa yukkkk. Suwun tips e
Poin 5 penting bangettt. Kadang aku kesel sama orang yg nganggap masih jadi karyawan itu belum sukses, masih jadi kacung. Padahal kan ga gitu jugaa.
Pas nih, mbak. Lagi butuh ilmu asupan sajen buat mninakin anak-anak hehe. Anak jaman sekarang membuat kita sebagai orang tua harus ganti-ganti peran. Kadang protagonis, kadang juga harus bisa jadi antagonis. Terima kasih sharingnya.
Point-pointnya keren lah, disesuaikan dengan anak zaman sekarang yang serba digital.
Aku udah ngerasakan pada dua anakku yang besar.
Bener ya, yang bener itu anak hrs Ada EQ nya dulu InsyaAllah nti yg lain mngikuti, sholeh dn cerdas pasti bisa hormat dn empati k org lain
Saat membaca postingan ini saya sambil membayangkan anak saya sambil manggut-manggut, pasalnya benar semua nih poin-poinnya. Oh jadi memang begitu ya? Saya jadi tahu kalau generasi alfa butuh penanganan yang berbeda.Tfs ya non
EQ nya penting banget ya supaya seimbang sama IQ juga. Jd ga berat sebelah ya
Seriiuus iih…kak Noni.
Aku ga kepikiran kalau perbedaan gap usia dan zaman ini bisa menyebabkan komunikasi antara nenek dan cucu jadi sulit.
Karena aku tinggalnya jauh, jadi aku lebih berpikir ke intensitas bertemu.
Bener, bener…
Anak zaman now sungguh memiliki karakteristik yang berbeda dengan Ibunya sekalipun.
Kok bissaaa aja negosiasi sama orang yang lebih dewasa.
Tantangan banget ya buat kita-kita mak. Dalam mendidik beneran harus berbeda. Aku jadi harus terus belajar juga nih untuk mendidik anak.
makasih tips iya banget lho genarasi alpha dipakain pampers aja lari-lari or loncat sana sini, aktif sangat bicaranya juga lebih luar biasa bahasanya
wah iya bener banget, boleh dipersiapkan dari sekarang ya. terimakasih infonya