Flashback sedikit, tahun 2019 lalu. Saya mengawali tahun 2019 dengan sedikit kecemasan, akankah tahun itu jadi tahun terakhir jadi wanita kantoran. Tapi setelah dijalani, malah semakin mantap dan tenang. Kelak, ketika waktunya tiba, adalah waktu terbaik yang sudah dipersiapkan Tuhan.
Justru ketika kerjaan lagi banyak-banyaknya, jadi mikir. Ini kenapa aku masih bertahan di sini sih.. Tapi setelah terima bonus, mikir lagi. Semoga masih ada kesempatan untuk mengabdi di sini. Lol. Labil emang.
Tahun 2019 juga, saya dan suami mengalami pendewasaan finansial keluarga. Keterbukaan di antara kami berdua, membawa kelegaan dan justru membuka banyak peluang. Berdua merangkai ulang mimpi-mimpi, dengan realistis dan optimis. Menyusun prioritas, tanpa harus ikut-ikutan orang lain apalagi iri hati. Karena setiap keluarga punya kantung rejekinya masing-masing.
Sekarang, tahun 2020 saya ingin mengawalinya dengan penuh ambisi. Bodo amat dibilang ambisius. Dulu jujur aja, agak take it to heart ketika dibilang ambi banget sih, kamu. Lalu berusaha memelankan ritme kaki. Tapi, lha emang kenapa kalau jadi perempuan yang ambi. Karena ambisius ini yang membuat saya jadi lebih bersemangat menapaki hari-hari.
Di tahun ini, saya membukanya dengan target-target pribadi. Terutama target tabungan keluarga. Karena di awal tahun nanti setelah musim hujan selesai, kami berencana merenovasi rumah. Membuatnya lebih rapi dan nyaman lagi.
Bukan yang sekarang tidak nyaman. Nyaman banget malah. Tapi pengin memperluas bangunan, dan menciptakan rumah yang tidak hanya nyaman untuk ditinggali tapi juga ruangan yang lebih proper untuk dijadikan lahan kreasi dan inspirasi. At least, meskipun rumah ini ada di pinggiran kota Jogja, yang cukup membutuhkan waktu untuk melaju setiap hari ke kantor. Akan selalu jadi tempat yang dikangeni untuk merebahkan diri dan nantinya tempat untuk bekerja sehari-hari.
Untuk urusan pekerjaan. Sama saja dengan kantor-kantor pada umumnya. Target makin naik, amunisi juga harus ditambah. Saya ingin jadi orang yang lebih rapi, pengingat, dan teratur lagi. Sudah cukuplah 2 tahun beradaptasi dengan posisi baru. Sekarang saatnya untuk lari.
Di luar pekerjaan kantoran. Saya menutup akhir tahun kemarin dengan mengiyakan tawaran untuk menjadi content writer tetap di sebuah website asal jepang. Agak challenging, karena ini first experience dengan target yang enggak main-main. Kalau mau ditolak, juga sayang, karena ini adalah kesempatan besar untuk milestone dunia pertulis-menulisan.
Tapi saya enggak mau, kesibukan saya urusan semua pekerjaan itu jadi bikin jadi jarang baca buku seperti yang biasanya terjadi. Seringnya, saya baca buku justru pas perjalanan luar kota. Malam hari sebelum tidur malah dipakai buat instagraman atau ngegame. Enggak sehat banget. Kadang kebawa mimpi, atau kepingin yang aneh-aneh.
Untuk kesehatan diri. Tiap tahun, berat badan saya selalu naik. Padahal dulu pengin naikin jadi 50 kilo, lha kok malah kebablasan sampai hampir 60. Sekarang, meskipun enggak nyampe 60 kilo, tapi udah enggak nyaman lagi. Dan diam-diam saya takut dengan penyakit-penyakit yang bisa aja muncul. Terakhir check up, harus mulai sedikit perhatian sama kolesterol. Sementara gula darah yang lebih ditakuti, jauh lebih rendah.
Akhirnya, di penghujung 2019 kemarin didorong sama suami untuk beli treadmill. Karena aslinya saya tu pelit banget untuk urusan beli-beli beginian. Tahun 2019 lalu memutuskan beli hape baru juga setelah didorong-dorong sama dia. Kali ini urusan treadmill juga sama. Alasannya, karena kalau mau sehat enggak cukup cuma diet-dietan makanan aja. Tapi yang jauh lebih penting adalah olahraga. Dan olahraga tepat buat kami yang sulit bangun pagi dan enggak punya waktu untuk ngegym di fitness center adalah.. menciptakan gym sendiri untuk workout di rumah.
Komentar orang-orang yang sering mengatai, kamu sekarang makin seger. Sebenernya enggak begitu saya perhatikan. Justru, yang sering bikin dongkol adalah komentar, kamu hamil ya? Sedih denger kalimat itu, karena saya memang pengin hamil, tapi belum dikasih kesempatan sama Gusti. Malah dikasihnya lemak di perut yang bikin saya keliatan kayak perempuan hamil 3 bulan.
Dan yang terakhir saya usahakan adalah, saya ingin jadi morning person. Selama ini paling susah bangun pagi. Alarm yang sudah diset selalu disnooze, dan ujung-ujungnya bangun di jam 6. Ini masih kurang pagi, buat saya yang harus anterin anak sekolah dan masuk kerja jam 8 pagi. Belum lagi, urusan rumah tangga seperti bersih-bersih dan masak, karena kami hidup tanpa ART sama sekali.
Ditambah, pertengahan tahun depan Luna akan masuk SD, yang artinya aktivitas pagi saya akan dimulai lebih pagi lagi. Padahal masih ada banyak hal yang harus diselesaikan selain urusan rumah tangga. Yaitu, membuka hari dengan renungan pagi dan olahraga. Dua hal yang sering saya lupakan, karena sibuk diburu waktu.
Kesel. Tapi, jadi morning person sama beratnya juga.. Dan tantangan pertamanya adalah besok tanggal 2 Januari sudah harus balik kerja lagi. Padahal libur 2 minggu ini bangunnya siang mulu. >.<
Enggak banyak mimpi-mimpi yang pengin dirajut di tahun 2020 besok. Kebanyakan tentang keluarga dan pengembangan diri. Bukan sekolah lagi atau ambil sertifikasi. Karena jadi perempuan yang berdaya enggak harus menginspirasi orang lain, tapi yang terutama keluarganya sendiri.
Selamat tahun baru 2020, semua! Semoga di tahun ini banyak doa-doamu yang dikabulkan Gusti, dan rencana juga mimpi baikmu diberkati.
Nice, gudlak semua ya resolusinya. Tiap orang punya pace masing-masing. Ada waktunya slow down ada waktunya lari mengejar ambisi.
hai kak noni,, malem2 lagi pengen blogwalking dan nemu nlognya mbak noni,,
ssalam kenal ya dariku, RINI :))