Sudah 2 bulan ini saya kerja dari rumah. Wow! Enggak belanja di supermarket. Oh, tentu! Enggak main ke mall. Gila, mau cari penyakit apa?!? Bener-bener aktivitas cuma rumah-warung, sesekali ke minimarket untuk ambil uang cash sekalian belanja sedikit kebutuhan.
Ada yang begini juga? Tepuk tangan dulu.
Bekerja dari rumah itu impian saya sejak punya anak, tapi belum kesampaian. Enggak nyangka juga ini sekarang kejadian, yang bikin saya bisa ngerasain juggling-nya kerja dari rumah. Cuman, karena kondisinya enggak bagus dan enggak menguntungkan. Jadi, kerja dari rumah ini justru bikin pusing kepala. LOL.
Gimana sih, ngurusin kerjaan kantor dan domestik bersamaan, tanpa support system lain selain suami. Sedap! Bikin berat badan turun 3 kilo! Horee Ini salah satu poin serunya.
Di tengah hectic-nya urusan kantor dan rumah, puji syukur.. kami berdua masih diberi rejeki pekerjaan. Karena selain mengubah keseharian, pandemi ini juga bikin banyak orang yang kehilangan mata pencaharian. Benar-benar corona virus yang mengubah hidup.
Apa coba, keseharian hidup kalian yang berubah gara-gara virus ini?
*
Saya sempat berpikir. Sampai kapan ya kira-kira pandemi ini akan berakhir dan kita semua bisa hidup normal lagi? Rasa kok bakalan lama. Bahkan kita diminta untuk berdamai dengan Coronavirus. Ada juga wacana tentang herd immunity yang bikin saya bergidik ngeri.
Memang sih, takdir siapa yang tahu. Tapi jika bisa kita usahakan, kenapa tidak diperjuangkan?
Pada akhirnya, kita harus menggunakan keahlian dasar manusia yang diciptakan Tuhan: ADAPTASI. Beradaptasi dengan kehidupan new normal yang pasti akan sangat berbeda dengan sebelumnya.
Kalau dulu pakai masker itu enggak sopan, sekarang justru wajar. Tidak berjabat tangan itu kurang ajar, sekarang justru wujud sikap menghargai. Sering cuci tangan bukan karena jijikan, tapi sebentuk cara menjaga kebersihan dan lingkungan.
Termasuk new normal dalam kehidupan pekerjaan.
Bukan hal yang mustahil, merekrut karyawan tanpa pernah bertemu fisik langsung. Bekerja dari rumah atau sambil nongkrong di cafe juga semakin wajar, bahkan bisa jadi bagi sebagian besar orang justru lebih menambah produktivitas. Mencapai gaji sesuai rate di Korea juga sangat mungkin dilakukan sambil tetap di Jogja.
Baca juga: Drama Gara-Gara Corona
Corona Virus ini benar-benar mengubah semua sendi kehidupan.
Saya yang dulu masih doyan ke mall untuk belanja, sekarang semakin males. Mending bayar ongkir, ketimbang ngeluarin bensin. LOL
Ketika kemarin anak sakit, chat dulu dengan dokternya untuk memastikan apakah benar-benar perlu dibawa RS. Bahkan saat tetap harus ke RS, kembali konfirmasi untuk memastikan bagaimana protokol kesehatan di sana.
Termasuk saat akan belanja obat-obatan juga gimana caranya supaya enggak usah keluar rumah.
Ohya, saya punya cerita tentang ini. Ketika saya sedang business trip ke Jakarta. Sebelum berangkat, kaki saya beruntusan. Enggak sempet periksa ke dokter, karena udah keburu berangkat.
Sampe sana semakin parah ditambah bentol kecil-kecil yang rasanya panas dan gatel banget. Mau berobat ke dokter, mana sempetlah. Agenda workshop di hotel padet banget dari pagi sampai malem. Tiba-tiba, kepikir untuk konsultasi online dengan dokter di aplikasi HaloDoc. Enggak nyangka, responnya cepet banget! Dan ketika balik di Jogja, saya periksa langsung ke dokter kulit, analisanya juga sama. Alergi.
Wow!
Setelah konsultasi online itu, saya langsung belanja obat lewat HaloDoc juga. Karena sudah bekerja sama dengan Gojek, jadi enggak susah untuk nyari driver yang bisa belanjain kebutuhan obat saya. Bahkan dia nyariin di apotek sampe obat itu ketemu. Huhuhu Terharu.
*
Hal-hal semacam ini yang bakal terjadi di kehidupan new normal saat pandemi atau bahkan setelah selesai. Hidup orang-orang semakin dipermudah dengan kecanggihan teknologiartificial intelligence. Kalau kita enggak segera beradaptasi dan malah terjebak merenungi nasib. Ya udah deh.. Bhay.
Sikap mau beradaptasi ini yang bikin kita makin kreatif dan punya keinginan belajar yang tinggi. Berbulan-bulan di rumah bukan cuma untuk glundang-glundung di kasur, tapi melakukan sesuatu untuk bertahan hidup dan bertahap dari kewarasan hidup.
Mungkin sebelum Corona virus ini menyerang, hidup kita sempurna. Rencana-rencana sudah tersusun rapi. Tapi hebat banget ya, Tuhan memporak-porandakan semuanya karena mau kita ini berserah pada-Nya.
Corona virus ini memang mengubah hidup. Tapi kita juga punya kekuatan untuk mengubah hidup itu. Mau menjadi lebih baik dan siap menyambut new normal? Atau hidup penuh ketakutan dan ketidakpuasan akan segala hal.
Semoga kalian tetap sehat dan selalu bahagia ya!
Selamat Idul Fitri semuanya. Mohon maaf lahir dan batin. Love you!
Yes, insyaAllah aku waspada di tengah pandemi, ikut anjuran di rumah saja, nggak mudik, silaturahmi virtual, dan menjaga kebersihan semuanya.