Lama tidak menyapa blog ini dan akhirnya perdana nulis untuk kasih informasi kalau saya akhirnya resign. Yey!
Akhirnya, berani melepas kenyamanan sebagai karyawan kantoran 8-17 yang sudah dijalani selama 14 tahun. Bahkan, sejak semester akhir kuliah sudah nyusun skripsi nyambi kerja kantoran. Lalu, tidak pernah putus atau nganggur karena selalu pindah dari kantor satu ke kantor lainnya. Puji Tuhan..
Tapi, setelah bergumul selama bertahun-tahun. Maju mundur, akhirnya per blog ini dipublish, statusku sudah bukan karyawan lagi.
Senang sekaliii.. dan pastinya lega.
Tulisan ini sekaligus jadi wadah pengumuman dan klarifikasi. Apalagi, udah kerja di kantor terakhir ini selama 9 tahun. Seusia pernikahan, sejak sebelum Luna ada di perut. Jadi, profesi dan nama kantor sudah jadi predikat nama belakang.
Buat orang luar, kayaknya Noni udah melekat sejiwa sehati sama kantor ini. Bakal di sini sampai pensiun. Bahkan, dulu kantor mau pindah ke lokasi yang makin jauh dari rumah aja kutangisi. Lol. Malu rasanya. Tapi buat kenangan, jadi ceritanya di sini enggak akan kuhapus.
Setahun setelah itu malah heran, kok belum pindah-pindah? Penginnya cepet pindah biar alasan untuk resign makin kuat.
*
Jadi, rencana resign saat pandemi itu sebenernya tidak pernah terbersit. Gila, saya ini salah satu orang yang selamat dari jurang PHK. Kok tidak bersyukur, malah mau resign. Gitu mikirnya saat itu.
Lalu, berencana resign setelah pandemi usai. Jadi, saya akan akan mendampingi kantor ini sampai bisa melewati badai dan sejauh kantornya belum pindah ke lokasi nun jauh di mato.
Tapi, ternyata enggak kuat! Loyalitasku luntur dengan segala hal yang terjadi selama 1,5 tahun terakhir ini. Dan itu bikin tiap pulang kerjaannya ngeluhh terus.
Ditambah pekerjaan lain yang kukerjakan tiap malam dan tiap weekend. Double income iya, tapi double capeknya. Lalu, keluarga jadi korbannya.
Setelah diskusi dan mikir panjang, akhirnya memutuskan untuk resign. Dan sampai juga di hari yang kunanti-nanti sejak lama ini.
Tepuk tangan dulu please.. Karena keputusan untuk resign ini adalah keputusan terbesar pertama, setelah itu menikah. So proud of me!
*
Tulisan ini, bukan untuk meng-encourage teman-teman untuk buru-buru resign dengan alasan apapun. Seenggak nyamannya kantor, setoxic-toxicnya lingkungan kantor, sebundet-bundetnya load pekerjaan. Pikir lagi dulu berkali-kali.
Enggak semua orang punya privilege untuk cabut sewaktu-waktu, kecuali orang tuanya sultan yang masih support finansial sampai anak-anaknya menikah. Atau kamu nikah sama sultan.
Jadi, ya solusinya menciptakan privilege itu sendiri.
*
Selama ini enggak pernah kepikiran akan resign di masa-masa pandemi kayak gini. Apalagi saat covid lagi di puncak gini. Karena dulu pengajuannya sebelum covidnya menuju puncak. Tanggal terakhir ngantor pun seharusnya di awal Juni. Tapi karena ada sesuatu jadi harus mundur hingga di akhir Juni.
Perpisahan sama temen-temen kantor juga enggak pernah kebayang akan sesepi ini. Bahkan, ceremony-nya jauh lebih sepi ketimbang waktu ada PHK di kantor tahun lalu. Hahaha..
Jadi.. mau nyalahin siapa dong. Kalau akhirnya perpisahannya enggak bisa diromantisasi. Hahaha..
Ya udahlah ya.. Terima nasib aja tidak akan bisa meromantisasi momen-momen perpisahan sama teman kantor. Dulu pun ketika resign dari kantor lama juga enggak ada ceremony karena saat itu bertubi-tubi banyak orang resign dalam waktu berdekatan. Apesnya, saya orang yang terakhir. Jadi, ketika di hari H-nya udah habis ide ceremony-nya. LOL
Tapi, ya sudah gpp. Awalnya memang mellow. Lalu, sejam kemudian enggak peduli.
Mendengar kabar teman-teman dan keluarganya sehat, ceria, dan bisa batte with covid dengan semangat. Itu sudah membahagiakan. Semoga kita sehat selalu yaa
And I hope you’ll find the spark joy in your office life.
Wah Mak noni…


aku bingung mau bilang apa. Hahaha. semoga lancar ke depannya yaaaaaa….