Di tahun 2022 ini usia pernikahan kami akan menuju tahun ke 10. Jenuh, tentu saja pernah. Merasa kehidupan gini-gini aja, pasti juga pernah. Bahkan, pernah terbersit pemikiran, seharusnya mungkin akan seru kalau anggota keluarga ini bertambah. Tapi, nyata tidak semudah itu.
Ini pertama kalinya saya berani cerita lewat blog ini. Sebelumnya, saya selalu menutup diri dan menutup hati untuk menceritakannya ke siapa pun, sekalipun itu orang tua saya sendiri.
Melihat pasangan lain yang usia pernikahannya sama seperti kami, atau bahkan lebih muda lagi, pasti pernah kepikir rasa iri. Mereka sudah punya anak lebih dari satu, sedangkan saya keinginan untuk nambah anak ternyata enggak semudah dulu ketika pertama kali bikin di awal-awal pernikahan.
Di sisi lain, ada beberapa pasangan yang memang berkomitmen untuk child free atau cuma punya anak satu aja. Entah apa pun itu alasannnya, saya menghargainya.
Tapi, for God sake! Saya dianugerahi anak satu yang pintar dan cantik ini bukan berarti saya tidak mensyukurinya. Cuman, beberapa teman-teman mengira bahwa saya cuma pengin punya satu anak aja. Mungkin karena saya terlihat begitu menikmatinya. Ya masa enggak dinikmati sih..
Keluarga saya lengkap dan bahagia.
Hanya saja, di sudut hati yang paling dalam, sering kali berpikir. Kok, Tuhan belum kasih aku anak lagi ya? Apa aku ini kurang baik jadi ibu? Apa kami dianggap belum mampu jadi orang tua dengan anak lebih dari satu?
Meski begitu, kami enggak diem aja. Sebelum pandemi lalu, sekitar tahun 2018-2019, kami pernah konsultasi dengan beberapa Obsgyn dan Androlog. Beberapa artinya enggak cuma satu. Saya dites, pakdoni juga dites. Hasilnya memang ada sesuatu yang bermasalah pada kami berdua. Jadi, treatmentnya ya harus dua-duanya. Aduhai biayanya! Hahaha..
Minum madu ini itu, dilakoni. Nenggak vitamin dan antibiotik juga wasweswos. Bayar tagihan konsultasi di RS yang jutaan juga dilakukan dengan senang hati.
Cuman, segala ikhtiar itu pada akhirnya kembali ke tangan Tuhan. Kalau memang kodratnya ternyata saya cuma punya satu anak saja? Ya, tentunya saya tetap bahagia. Akan saya rawat dia sepenuh hati, seumur hidup saya, selama-lamanya.
Makanya, saya sering banget kagum sama pasangan yang sudah menikah lama banget, bahkan mungkin belasan tahun. Dan mereka belum juga dikaruniai anak. Nyatanya mereka tetap menjadi pasangan yang bahagia dan mesra. Karena kebahagiaan pernikahan itu tidak ditentukan oleh punya anak atau tidak, bukan pula ditentukan oleh punya anak satu atau banyak.
Setelah segala ikhtiar dilakukan, gara-gara pandemi saya jadi terhenti hingga sekarang. Dan saat ini, saya mau fokus pada kehidupan saya yang ada di depan mata. Punya suami dan anak yang sehat. Itu aja.
Jadi, saya sejujurnya sering sedih kalau ada yang berkata, “Nanti, pas anakku udah gede, kamu punya bayi.” Atau misal, mama saya bilang, “Bajunya disimpen, siapa tahu bisa dipakai adiknya Luna besok.”
Mereka sama sekali enggak salah karena saya tahu, itu adalah doa yang dipanjatkan untuk harapan saya.
Cuman, saya aja yang perlu mengontrol dan mengelola hati ini. Karena sejujurnya, kalimat-kalimat ini seperti melambungkan saya ke harapan yang mungkin sulit untuk diraih.
Saya mau berusaha untuk pasrah dan menikmati yang ada sekarang. Jadi, saya enggak mau melambung dan meletakkan harapan tinggi itu akan punya anak lagi. Makanya, sebel banget banget rasanya ketika selama bertahun-tahun ini, saya haidnya terlambat. Kesel banget.
Para wanita yang dulu habis nikah dan berharap-harap cemas lihat dua garis merah, pasti tahu banget rasanya kan.. Ini kok belum juga haid karena apa sih? Karena telat aja atau positif. Plis dong God, kalau emang bakalan haid ya jangan ditelat-telatin. Tepat waktu aja gitu, biar hati ini enggak melambung tinggi, trus Kamu hempasin lagi.
Jadi, saat ini saya selalu berusaha mencari sisi positif kalau saya cuma punya anak satu aja. Biaya traveling tentu lebih ringan dan biaya pendidikan juga enggak berat. Hahaha..
Semoga teman-teman yang juga sedang dalam proses ikhtiar mendapatkan buah hati dilancarkan ya.. Dilancarkan prosesnya, pembiayaannya, dan keteguhan imannya. Semangat!