Minum Susu Hamil atau Blackmores Pregnancy?

Minum Susu Hamil atau Blackmores Pregnancy?
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan pengalaman saya pribadi atas dasar konsultasi dengan dokter kandungan. Tidak bermaksud mengajak ibu-ibu hamil lain untuk melakukan hal yang sama. Jadi, konsultasikan dahulu setiap keputusan kita ke dokter atau bidan masing-masing, ya..

Pertama kali saya hamil adalah di tahun 2013. Persis sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, saya masih menggunakan hape Blackberry. Tinggal di rumah yang akses internet masih terbatas. Pakai internet aktif cuma di kantor saja. Akses internet di BB cuma dipakai komunikasi aja, BBM atau Whatsapp.

Tidak ada aplikasi kehamilan. Sosial media cuma Facebook yang isinya teman-teman berbagi foto kebahagiaannya. Tidak ada sama sekali bagi-bagi edukasi tentang kehamilan. Satu-satunya yang bisa saya akses untuk mendapatkan informasi perihal kehamilan ya cuma forum ibu hamil. Saya lupa namanya. Tapi itu saya buka sesekali aja, di kantor.

Karena informasi terbatas, overthinking saya pun terbatas.

Satu-satunya yang saya pikirkan adalah gimana caranya bisa melahirkan dengan proses pervaginam. Karena biaya operasi caesar itu tinggi. Barusan nikah, tabungan terbatas, dan saya belum setahun kerja di kantor ini. Otomatis belum bisa dapet fasilitas kesehatan seperti karyawan tetap lainnya. Dan ohya, tidak ada BPJS juga. Asuransi kesehatan yang saya punya saat itu hanya men-cover kecelakaan dan sakit rawat inap lainnya, kecuali melahirkan.

Saya menjalani 9 bulan kehamilan dengan naluri seorang ibu. Afirmasi positif bahwa anak saya tumbuh sehat. Mengikuti apa kata dokter, saat itu saya pasien setia dr. Danny Wiguna yang praktiknya masih di RS Panti Rapih, Yogyakarta. Setiap apa yang akan saya lakukan, saya tanya dokter. Bahkan, beliau sabar banget menjelaskan hal-hal yang saya enggak kepikiran.

Sesekali saya baca artikel di internet, tentang makanan apa yang harus dihindari. Sesekali juga saya tanya kakak sepupu, tips bisa melahirkan pervaginam. Saya tidak tanya teman kantor atau temen kuliah yang sudah pernah melahirkan dulu. Karena saya percaya sama dokter dan keluarga.

*

Sekarang, sepuluh tahun kemudian saya diberi karunia untuk hamil kedua kalinya. Sudah lupa sama sekali rasanya hamil. Bahkan, do and dont’s-nya pun sudah menguap di ingatan. Karena usia saya yang sudah kepala 3 (sepuluh tahun yang lalu masih kepala 2), fokus saya adalah ke kesehatan bayi dan kebugaran saya menjalani kehamilan ini. Dan bagaimana saya bisa membesarkan bayi saya nanti dengan sehat, ASI lancar, dan enggak stunting.

Pemikiran ini sudah jauh lebih kompleks ketimbang sepuluh tahun lalu. Dulu, mana saya kepikir tentang ASI lancar dan stunting. Saya pikir setelah melahirkan, ASI otomatis keluar. Ternyata tidak. Saya pikir saat waktunya makan tiba, anak akan mau makan. Ternyata enggak juga. Bahkan, istilah stunting juga baru populer setelah anak saya itu usia 2 tahunan lebih.

Saya lalu semangat untuk belajar lagi. Karena aksesnya sekarang sudah jauh lebih mudah, saya men-download dua aplikasi tentang kehamilan dan merawat balita. Instagram saya mengikuti akun-akun bidan yang populer dan dokter anak. Pokoknya, saya mau yang terbaik untuk anak saya nanti. Dan pasti orang tua lain juga punya keinginan yang sama.

*

Sampai pada akhirnya saya menemukan sebuah argumen tentang penting atau tidaknya konsumsi susu ibu hamil? Dan juga perlu enggak sih, kita konsumsi vitamin Blackmores?

Sepuluh tahun yang lalu, saya enggak kenal apa itu vitamin Blackmores. Vitamin yang dikonsumsi selama hamil ya cuma resep dari dokter aja. Bahkan, saya pernah menebus vitamin dari dokter ke merek yang lain. Saya konsultasi dulu dengan apotekernya, lalu saya ganti dengan merek lain yang kandungannya sama persis, tetapi harganya lebih murah.

Sekarang, saya pun ikutan FOMO. Panik ketika beberapa orang (yang saya ikuti di Instagram) konsumsi Blackmores. Apa benar vitamin ini penting untuk saya?

Sekarang, puji Tuhan faktor ekonomi sudah bukan masalah lagi. Beda dengan sepuluh tahun lalu. Jadi, kalau mau beli Blackmores sekarang pun enggak masalah. Tapi, apakah saya bener-bener harus ikutin “apa kata mereka” dengan saklek juga?

Saya mencari tahu di internet. Membaca banyak opini orang. Sempat memasukkan vitamin ini ke keranjang belanja. Hingga akhirnya, saya berkonsultasi dengan 2 obgyn. Dua, bukan cuma satu. Dan mereka praktik di RS yang berbeda. Semua mengatakan hal yang sama dan ringkasnya seperti ini.

Vitamin Blackmores ini bagus, tapi pilih salah satu aja. Vitamin dari saya atau Blackmores. Kandungan di Blackmores itu sudah lengkap juga. Jadi, pilih satu aja.

Kadang kala, kita tu lebih mendengarkan kata orang lain, kata marketing obat, kata sosial media, kata artikel, ketimbang kata-kata dokternya sendiri. Padahal, yang memeriksa dan tahu persis keadaan kita itu dokter.

Statement tersebut dikatakan oleh dua obgyn yang pernah memeriksa saya, dr. Arum di RS Queen Latifa dan dr. Ivanna di RS AMC Muhammadiyah.

Akhirnya, saya dengan mantap memilih untuk tidak FOMO. Tidak mengikuti orang lain dan memilih jalan saya sendiri atas dasar konsultasi dengan dokter. Iya, saya memilih untuk tidak konsumsi Blackmores dan konsumsi vitamin yang dikasih sama obgyn saya tersebut.

Tambahan lagi kata obgyn saya itu, “Lebih baik uang yang buat beli Blackmores dialokasikan beli makanan sehat. Buah sayur buat dikonsumsi sekeluarga. Ibu hamil itu harus makan makanan sehat.”

Ah.. iya juga sih.. Hehehe..

*

Mirip lagi dengan Blackmores. Di aplikasi ibu hamil yang saya ikuti, ramai juga mendebatkan, perlu enggak sih, minum susu ibu hamil kalau toh, sudah minum vitamin dari dokter. Lagipula, yang namanya “susu ibu hamil” itu cuma ada di Indonesia kok. Label itu cuma dibikin di Indonesia sebagai trik marketing aja. Begitu ada yang berpendapat.

Ingatan saya kembali melayang ke sepuluh tahun lalu, ketika saya pertama kali hamil dan kontrol dengan dr. Danny. “Minum susu, ya! Wanita itu rawan kena osteoporosis.”

Sejak saat itu, di kehamilan pertama dan kedua ini saya selalu minum susu, khususnya susu ibu hamil. Kebetulan saya cukup beruntung dua kali hamil, tipikal hamil kebo yang enggak gampang muntah. Jadi, dua merek susu hamil yang saya konsumsi (Prenagen dan Anmum) selalu masuk dengan lancar.

Tapi, apa harus susu khusus ibu hamil ya? Ini bukan kapasitas saya sih, karena saya tidak sempat menanyakan hal ini ke obgyn. Tapi, saya selalu baca jeli tabel nutrition fact yang ada di kardus dan susu ibu hamil ini mengandung vitamin B9 (asam folat) dan DHA, dan zat besi. Yang setahu saya, ini penting banget untuk janin dan ibu hamil. Ketimbang saya menhabiskan waktu coba-coba susu lain, ya sudah saya pilih susu ibu hamil saja.

Tingkat konsumsi susu di Indonesia ini rendah sekali. Jadi, tidak heran kalau strategi marketing di Indonesia kemudian melabeli “susu ibu hamil”. Supaya ibu hamil mau minum susu. Apalagi, ibu hamil ini sedang menutrisi dua jiwa (dirinya dan anaknya). Indonesia pengin generasi penerus ini sehat-sehat.

Iya, sih.. Enggak wajib minum susu ibu hamil itu. Selama kita bisa memastikan nutrisi yang masuk ke tubuh baik, dari makanan, sayuran, dan buah yang dikonsumsi. Tapi, kalau menurut saya, protein dan kalsium dari susu itu bagus banget untuk tubuh. Saya enggak pengin bugar di usia muda aja, tapi juga usia tua. Jadi, yang minum susu bukan cuma anak saya aja, tapi saya juga harus.Goals-nya bukan cuma bayi sehat, tapi ibunya juga sehat.

*

Atas dasar pengalaman konsultasi dengan beberapa obgyn tersebut, saya memutuskan untuk mengonsumsi susu ibu hamil, tetapi tidak mengonsumsi Blackmores. Bahkan, rencananya susu ini tidak berhenti saya konsumsi selama kehamilan saja. Saya akan sesuaikan nutrition facts susu dengan kebutuhan saya saat itu.

Untuk vitaminnya, saya memilih satu aja vitamin dari obgyn. Besok selepas kehamilan, baru saya akan konsumsi vitamin lagi karena pengalaman dulu saya tidak diresepkan vitamin oleh dokter. Jadi, mungkin saya perlu konsultasi lagi tentang ini besok.

Selang satu dekade hamil lagi. Ternyata, hamil di era sosial media ini jauh lebih berat ketimbang dulu ya.. Iya, sih.. pengetahuan saya jadi nambah. Tetapi, kalau enggak pinter-pinter ngefilter bisa bikin overthinking dan FOMO. Pastikan selalu konsultasikan dengan obgyn atau bidan kalian, apa pun yang akan kalian putuskan dan rasakan, ya.. Yakin deh, kebanyakan googlingatau nanya ke orang lain (yang bukan ahlinya) cuma bikin overthinking.

Sehat-sehat selalu untuk semua ibu hamil di luar sana!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *