Luna’s Talk #4

luna's talks

Waow! Lama sekali kutak pernah update cerita tentang Luna. Padahal celotehan anaknya ada banyak banget yang bikin gemash. Tapi kuterlalu malas untuk nulis dan mengingat-ingat. Sampai akhirnya mikir. Ya ampun, harusnya celotehan-celotehan itu kan diabadikan ya. Dicatet, biar besok dia baca dan gemash sama dirinya sendiri.

Baca juga: Luna’s Talks lainya

Baiqhue.. Mari mulai dicatat sekarang.

Perut Gendut

Luna (L): Aku enggak mau makan banyak-banyak. Nanti perutku gendut.
Bapak (B): Gak papa, nanti kan kempes lagi.
L: Tapi aku malu. Kalau baris perutku gendut.
Ibuk (I): Emang ada temenmu yang ngejek perutmu gendut?
L: Ya enggak ada.

Etapi kan salah satu ciri keluarga bahagia menurut The Asia Parent kan “menggendut bersama”. Dan kami sedang dalam usaha membuktikannya.

Kebakaran Hutan

Lagi nonton berita di TV tentang kebakaran hutan di Riau.

L: Itu kenapa?
B: Hutannya kebakaran.
L: Kenapa kebakaran?
B: Karena panas sekali, lama-lama jadi kebakar.
L: Enggak yoo.. Itu mungkin gara-gara ada orang bakar sampah di situ, trus apinya lama-lama bikin kebakaran.

Hhmm.. bisa juga analisanya. Enggak semua kebakaran hutan karena cuaca panas yang berlebihan.. Jadi sebenarnya kebakaran hutan di Riau karena apa?

Dipipisin

I: Luna, ayo tho pipis dulu.
L: Enggak mau.
I: Nanti kamu ngompol di kasur. Ayo pipis dulu.
L: Iya iya, tapi aku dipipisin.

Dipipisin?

Dibantuin pipis kalii.. Digandeng masuk kamar mandi. Dibantuin lepasin celananya. Dan dicebokin kalo udah selesai pipisnya.

Rabu Abu

FYI, Rabu Abu adalah hari pertama yang mengawali masa pra-paskah. Jatuhnya selalu di hari Rabu atau 40 hari sebelum Yesus meninggal (Jumat Agung).

Salah satu ritual Rabu Abu adalah mengoleskan abu bentuk salib di dahi semua umat. Jadi, kalau besok-besok di jalan lihat orang dahinya ada bekas hitam-hitam abu bentuk salib. Bukannya kecoret atau apa ya.. Itu artinya dia abis ibadah Rabu Abu.

Dan di sekolah-sekolah yayasan Katolik, biasanya ada ibadah Rabu Abu di gereja terdekat dengan sekolah. Seperti sekolah Luna.

B: Besok kamu Rabu Abu di sekolah ya..
L: Enggak mau. Aku malu.
B: Kenapa malu? Kan semua temen-temen juga ada abunya.
L: Iya, tapi aku malu. Ngg… Apa aku enggak usah masuk aja ya, besok?

Anakkk.. Masih TK udah ada bibit-bibit bolos. Besok kalau ada jadwal imunisasi di sekolah, jangan-jangan dia mau bolos juga.

Makan Indomie

Satu bulan yang lalu, tetangga kami, ayah temen main Luna, meninggal dunia. Sedikit ceritanya, pernah saya ceritakan di sini.

Saat almarhum masih kritis di RS, seperti yang diobrolin sama ibu-ibu, kami hanya tahu bahwa almarhum punya riwayat sakit maag. Sebelum masuk UGD, beliau (katanya) abis minum kopi hitam dan makan indomie. Padahal itu pantangannya orang dengan maag akut.

Luna ini udah kenal dengan indomie. Udah bisa ngenalin, bahwa indomie rebus jauh lebih enak ketimbang mie rebus biasa yang dibumbui bawang putih. Kalau mau diturutin, bisa aja makan indomie tiap hari kalik. Tapi kan, enggak boleh ya..

I: Makan yuk!
L: Aku maunya makan indomie rebus.
I: Enggak mau. Enggak baik makan indomie banyak-banyak.
L: Kenapa?
I: Nanti sakit perut.
L: Enggak yo!
I: Eh, iya. Bapaknya Abdi itu sakit perut loh, abis makan indomie.

Dan akhirnya percekcokan tentang indomie berakhir, karena anak enggak mau sakit perut.

Tapi imbas obrolan itu lalu berlanjut… Suatu hari, kami menguping obrolan Luna sama Abdi.

A: Aku mau makan indomie
L: Enggak boleh ya, makan indomie banyak-banyak. Bapakmu kan meninggal, gara-gara kebanyakan makan indomie.

Tydaaaa… Hentikann.. Pengin bekap mulutnya saat itu. Analisisnya sotoy banget ini anak. Tapi ya salahnya kami juga sih, bawa-bawa orang lain untuk ngelarang anak makan indomie. -_____-

Tentang memperingatkan anak tanpa ancaman dan nakut-nakutin itu emang susah buw.. Kadang anak Luna bisa diajak berpikir logis, tapi kadang keras kepalanya lebih kuat dan bisa logis juga. Bingung kadang akutuu.. Ya, ujung-ujungnya kadang ada ancaman dan nakut-nakutin juga.

Kalian gimana? Anaknya ada yang udah makan indomie juga?

Plis, bilang ada ya. Biar kutak merasa bersalah sendirian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *