Kesalahan Orang Saat Memulai Hidup Minimalis

Minimalism memang sedang tren sehingga banyak orang latah mengikutinya dan mengeklaim bahwa dia adalah penganut gaya hidup minimalis. Tapi, tanpa sadar banyak orang terjebak dengan definisi “minimalism” itu sendiri. Padahal, sebenarnya minimalism itu tentang filosofi hidup bukan tentang apa yang dilihat dari luar.

Selama saya mempelajari gaya hidup ini, ada beberapa hal kesalahan orang-orang yang baru memulai gaya hidup minimalis. Bahkan, saya sendiri pun pernah melakukannya.

1. Temanya harus monokrom atau natural earth tone

Minimalis sering dikaitkan dengan warna monokrom atau hitam putih. Bahkan, fashion style minimalis juga sering dikaitkan dengan nuansa earth tone yang natural. Saya sempet mikir sih, asalnya dari mana sih, kok minimalis sering dihubung-hubungkan dengan warna-warna ini. Padahal minimalis enggak ditentukan dengan warna.

Tidak ada rumusnya bahwa penganut gaya hidup minimalis harus memakai baju serba cokelat atau hitam, rumahnya harus putih. Apa esensinya memakai dan mengoleksi baju serba natural earth tone, tapi baju yang dibeli fast fashion yang bertumpuk-tumpuk di lemari?

2. Ekstrem decluttering

Orang yang memulai gaya hidup minimalis biasanya mengawalinya dengan decluttering. Begitu pula dengan saya. Tapi karena emosi sesaat atau menggebu-gebu di awal, barang-barang yang disingkirkan terlalu berlebihan. Entah apa yang ada di pikiran saya kala itu dengan membuang baju-baju yang barang-barang yang jarang dipakai. Eh, ternyata besoknya dicari. Lalu ujung-ujungnya beli lagi.

Mungkin karena pemahaman saya yang masih cetek tentang gaya hidup minimalis. Yaitu baju harus sekian potong, sepatu tidak boleh lebih dari sekian pasang, dan sebagainya. Padahal, tidak ada standarnya juga batas kepemilikan barang seorang minimalis. Tentunya, saya enggak bisa menyamakan standar jumlah koleksi baju saya seorang ibu rumah tangga, dengan koleksi baju seorang artis. Meski kami sama-sama menerapkan gaya hidup minimalis.

3. Fokus pada decluttering fisik, bukan pikiran

Karena terlalu fokus menyingkirkan barang-barang yang ada di sekitar, kita jadi lupa ada satu hal yang tidak kalah penting untuk di-declutter yaitu pikiran. Barang sudah sedikit, koleksi baju sudah tidak banyak, sudah lebih mindful saat akan membeli suatu barang, tapi kok masih sedikit-sedikit overthinking. Kok, masih mudah baper, kok masih mudah reaktif.

Bukannya seharusnya, goal hidup minimalis itu adalah tentang hidup yang lebih calm dan less worry ya.. Tapi kok, yang terjadi malah sebaliknya. Hm, jangan-jangan kitanya yang salah fokus. Kurang menaruh perhatian bahwa hati dan pikiran ini harus ditata ulang dengan memilah-milih mana yang perlu dipikirkan, mana yang tidak. Itu sebabnya, minimalis dan mindfulness sangat berkaitan.

4. Asal membuang barang, alih-alih mendaur ulang, memperbaiki, memodifikasi, atau mendonasikan

Decluttering atau menyortir barang tidak terpakai bukan berarti barang tersebut lantas dibuang begitu saja. Misalnya, barang rusak solusinya tidak langsung dibuang, tapi bisa diperbaiki terlebih dahulu atau dimodifikasi untuk memperpanjang usia pakainya. Kalau misalnya sudah enggak cocok, bisa didonasikan ke orang lain yang lebih membutuhkan.

Bahkan, sekalipun kita mau membuangnya, tidak bisa asal tong sampah, tetapi tempat pembuangan yang bisa mendaur ulang sampah tersebut. Bank sampah untuk membuang tumpukan kardus, botol plastik, dan kaca misalnya. Atau sekarang ini ada juga bank sampah yang terima baju-baju bekas untuk disalurkan ke orang lain, atau dibuat kain perca.

5. Berpikir bahwa minimalis itu tentang hidup kekurangan

Memiliki barang sedikit tidak selalu hidup harus serba diirit-irit. Sebaliknya, dengan hidup minimalis kita seharusnya bisa lebih mindful dalam mengonsumsi sesuatu. Beli sepatu bukan asal murah aja, tetapi yang berkualitas. Sepatu murah tapi sebulan sudah rusak, lalu dibuang dan beli yang baru, ya sama aja pemborosan.

Beli baju juga bukan asal fashionable aja, tapi dipilih yang pabriknya memanusiakan manusia dan tidak mendukung fast fashion. Beli makanan juga tidak asal yang penting sedang viral, tetapi yang menunya mendukung gaya hidup sehat kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *