Hampir Disambar Petir

petir

Jumat sore kemarin saya melalui perjalanan pulang kerja dengan sangat mencekam. Oh oke, mungkin lebay. Tapi beneran, asli. Sepanjang jalan tidak ada waktu untuk berimajinasi, saya hanya berdoa tidak henti-henti.

Jadi tiga hari terakhir ini Jogja sedang diberi hujan lebat setiap sore dan malam hari. Bikin sungai-sungai meluap, sehingga warga di sekitaran bantaran sungai harus mulai nyicil dievakuasi. Salah satu efek yang nyebelin adalah… air pam di rumah saya sempet mati setengah hari. Duhh… nasib kalo air beli.

Kantor saya di utara, rumah saya di selatan. Biasanya hujan di rumah saya ada delay-nya. Jadi saya sering beruntung, meninggalkan kantor yang akan turun hujan, tapi sampai rumah masih kering kerontang. Yes, bebas kehujanan. Barulah setengah jam kemudian hujan turun deras di rumah, sedangkan di kantor pasti sudah reda.

Tapi sore itu tidak. Sepanjang jalan saya kehujanan derassss sekaliiii… Sepertinya hujan turun rata derasnya mengguyur semua penjuru kota Jogja. Banyak jalanan tergenang air. Semua kendaraan berjalan pelan. Saya si anak motor pun bermantel basah dan berjalan super pelan. Read more

Masak Sendiri Itu Seksih

Siapa bilang jadi istri itu harus pinter masak? Harus rajin masak dan harus ramah sama dapur. Sekarang ini dua langkah dari rumah udah bisa beli makan. Mau ramesan, cepat saji, atau menu yang ajaib lainnya. Bahkan ya, enggak usah melangkah pun, makanan bisa dateng sendiri di meja kita. Tinggal duduk manis sambil telepon, langsung dateng deh mas-mas bawa pesenan kita.

Dulu pas masih pacaran, mama saya ngobrol sama calon besan dan bilang bahwa calon mantunya ini enggak bisa masak. Masak nasi yang tinggal ceklek pake rice cooker aja bisa kurang air dan jadi pera, atau bahkan kebanyakan air dan jadi bubur. Gimana kalo masak makanan yang spektakuler lainnya, coba? Jadi, sebelum ibu mertua kaget kalo pas maen ke rumah anaknya besok enggak disuguhin makan sama mantunya ini, mama ngasih tau jelek-jeleknya saya urusan rumah tangga. Dan emang beneran jelek semua. Hahaha… *ahh.. mantu macam apa aku ini*

Tapi kenyataannya gimana? Tak disangka, tak dinyana. Lambat laun saya mulai ramah banget sama dapur. Selain karena rumah cuma seuprit jadi sering bolak-balik dapur, ya.. juga karena lama-lama dorongan pengin masak membuncah dalam relung hati yang paling dalam. #tsah

Tahu Telur Juarak! Dibuat pas Lunski lagi di playgroup.
Tahu Telur Juarak!
Dibuat pas Lunski lagi di playgroup.

Sejak itulah saya memutuskan untuk #beranilebih rajin masak. Alasannya simpel: Read more

Two Become One

step0003

Foto di atas adalah foto wefie pertama yang kami ambil setelah punya anak. Diambil saat Lunski masih berusia sebulan, dan di malam hari sebelum ngeloni dia tidur.

Keliatan gelap ya.. Huks.. Waktu itu masih pake BB yang pernah hits pada masanya tapi enggak ada lightnya. Kalau dari dulu udah jatuh cinta duluan sama Android, pilihan pertamanya mungkin sama henpon Smartfren. Harga terjangkau dan fitur keren. Sayang, cinta pertama smartphone saya dulu jatuh ke yang lain.

Mungkin foto itu tampak biasa saja. Semua keluarga pasti punya foto wefie. Entah difotoin orang lain, atau penuh perjuangan dengan pakai timer ataupun tongsis/tongbro (tolong dong sis.. tolong dong bro..)

Tapi buat kami─terutama saya, foto itu sangat bermakna. Bisa nikah sama suami saya itu aja udah Puji Tuhan banget, apalagi punya anak seaktif (baca: ngglidig) Lunski, jelas itu anugerah yang luar biasa.

Read more

Bali itu Pie Susu

Tanggal 1 Januari. Itu artinya, persis 6 bulan lagi saya dan suami akan memasuki usia pernikahan ke-3. Dan Aluna juga akan memasuki ulang tahun ke-2. Yey!!

Tanggal 1 Juli memang merupakan tanggal membahagiakan dan mengesankan buat kami bertiga. Tanggal 1 Juli 2012, saya dan suami diikat dalam janji suci pernikahan. Setahun setelahnya, 1 Juli 2013, Aluna, buah hati tercinta kami lahir di dunia. Jadi, wajar dong kalau di hari itu saya pingin banget merayakannya eksklusif dan hanya bertiga. Mumpung belum punya anak kedua. Hihihi…

Di hari istimewa itu, saya pingin banget mendapat kado yang bisa dirasakan bareng-bareng. Ya, karena itu hari kami bertiga, jadi kadonya juga harus untuk 3 orang. Tapi tetep aja ya, yang menentukan emaknya. Hahaha…

Tanggal 1 Juli 2015 besok, saya pingin dapat hadiah liburan bertiga, ke Bali. Saya pernah ke Bali. Suami juga pernah. Tapi ke Bali bertiga, itu yang belum pernah. Jadi persiapannya harus dari sekarang dong… 😀

Saya pingin kejar-kejaran sama Aluna (dan bapaknya) di tepi pantai Kuta. Saya pingin foto-foto bertiga di GWK. Saya pingin ngenalin Aluna ke spesies kera di Sangeh. Saya pingin belanja-belanji di Pasar Sukowati. Saya pingin merasakan udara pegunungan di Ubud. Dan saya pingin membeli dan merasakan langsung makanan khas Bali yang lagi hip, Pie Susu! Read more

Saat Harus Tinggal Dengan Orangtua/Mertua

Kenalin, ini kakungnya Aluna, bapak mertua saya. Aluna jelas yang mungil itu, sedang sebelahnya itu sepupunya, mbak Cadence. :)
Kenalin, ini kakungnya Aluna, bapak mertua saya. Aluna jelas yang mungil itu, sedang sebelahnya itu sepupunya, mbak Cadence.

Dua minggu terakhir tahun 2014 ini saya menghabiskan waktu dengan tinggal di rumah mertua dan orangtua.

Seperti yang pernah saya ceritakan di sini. Sekalipun kami tinggal di kota yang sama, tapi saya dan suami memilih untuk tinggal di rumah sendiri semenjak menikah. Saya tinggal di Jogja barat, mertua di Jogja timur, orangtua di Jogja utara. Jelas repot kalau setiap mau berangkat kerja saya harus mampir ke rumah orangtua/mertua, untuk menitipkan anak. Jadi, selama kami tinggal kerja Aluna kami titipkan di daycare terpercaya dan terdekat dengan rumah.

Berhubung akhir tahun adalah libur semester sekaligus libur natal, maka aktivitas daycare dan playgroup di Bintang Bintang diliburkan. Padahal saya dan suami kan harus masuk kerja. Jadi, solusi terbaik adalah mengungsi sementara ke rumah orangtua/mertua.

Pembagiannya adalah 6 hari di rumah mertua, 10 hari di rumah orangtua saya.

Tapi…. Baru sebentar tinggal di rumah mereka, saya sudah merasa enggak betah. Mungkin karena sudah terbiasa tinggal sendiri ya, jadi ketika harus tinggal seatap dengan orangtua/mertua, saya merasa enggak bebas, enggak sreg, tertekan, dan bete kuadrat pokoknya. Hahaha… Boleh dipertanyakan kok, salah siapa ini. Saya atau mereka. Sepertinya sih, saya… Hihihi… Read more

Menanti 1 Juli

30 Juni. Pukul 10 malam

2012. Dua tahun yang lalu. Sebenarnya acara bidston sudah selesai pukul 6 sore, tapi rumah masih juga ramai. Semua saudara kumpul di rumah. Keluarga besar dari pihak Bapak yang mayoritas dari Malang, Surabaya, Banyuwangi, datang jauh-jauh ke Jogja. Ada yang naik mobil, naik kereta, sampai carter bis.

Keluarga besar Mama yang mayoritas dari Solo, Wonogiri, juga datang ke Jogja. Mereka ramai-ramai menginap di rumah mbah kakung di Seturan. Sedang keluarga dari Bapak, sebagian ada yang menginap di rumah, tapi sebagian besar di Guest House Candi Indah.

Malam itu, di luar masih ramai, tapi saya di dalam kamar sendirian, ditemani deretan hantaran cantik yang 5 jam lalu diberikan ke keluarga kami. Ada handuk yang dibentuk jadi burung, ada sprei dibentuk jadi bebek, ada juga boneka barbie bergaun batik.

Read more

Hello, My Name is Aluna!

Setelah 1,5 bulan beradaptasi dengan status baru, ibu beranak satu, sekarang saya mau nyempetin diri untuk ngeblog lagi. Hore!

Setiap registrasi sesuatu, pasti ada kolom “Nama Ibu Kandung”. Dan besok, anak saya bakal tulis nama saya di setiap registrasi administrasinya. “Nama Ibu Kandung: Noni Rosliyani” Rasanya… Bangga dan bahagia luar biasa. 🙂

Just call me Luna!

Btw, kenalan dulu ya sama anak saya ini. Namanya “Sabiandra Faustin Aluna Gantari”. Dari nama yg (super) panjang itu, cukup panggil dia dengan sapaan, “Luna”. Cantik kan? Sang anak pertama ini besok bakal jadi jagoan yang ngayomi adik-adiknya. Seperti saya… *uhuk-uhuk*

Penamaan anak ini melalui proses yang panjang. Sang bapak lebay harus menunggu selama 32 tahun untuk bisa memberi nama anak, dan saya harus nunggu selama 27 tahun. Jadi, karena waktu menunggu kesempatan ini sudah cukup panjang, kami tidak mengijinkan orang lain untuk menyumbang nama. Sekalipun itu orangtua kami. Read more

#Part5: Rasanya itu?

Rasanya mau menikah itu… Excited! Ya awalnya. Lalu ketika mendekati hari H-nya? Stresful! Serius.

Begini euforia emosi ketika saya (dan mungkin juga kalian nanti), akan menikah:

#1. Bahagia sangat, ketika impian menikah dengan orang yang dicintai, akhirnya direstui oleh orangtua dengan ikatan pernikahan yang sah.

#2. Ribet, saat harus mengurusi semua berkas-berkas administrasinya. Saya jadi rajin bangun pagi untuk pergi ke rumah Pak RT, Pak RW, Pak Dukuh, Kantor Kecamatan, Kelurahan, dan Gereja.

#3. Work out, rajin ngegym setiap sore, setelah tahu bahwa badan ini semakin melar. Saya enggak ingin, kebaya yang saya buat berakhir sia-sia di badan saya. Jadi olahraga ekstra itu jalan keluarnya. Read more

#Part4: Am I The Right Woman?

Kata teman-teman yang sudah menikah, “Menikah itu enggak enak. Tapi enak banget.”

Nah lo! Apa maksudnya coba.

Berhubung satu bulan lagi saya akan menikah, jadi kekhawatiran saya tentang pernikahan itu cukup mengusik. Damn! Ternyata benar kata orang-orang itu. Bahwa ketika detik-detik akan menikah, hati kecilmu akan terusik.

Tapi bedanya, saya tidak bertanya-tanya, “Is he the right guy for me?” Melainkan, “Am I the right woman for him and for our children?” Read more