Lebaran kali ini, saya merasa jalanan di Jogja tidak semacet lebaran tahun lalu. Bisa jadi karena lebaran tahun ini berdekatan dengan tahun ajaran baru, dimana orangtua mengeluarkan biaya besar untuk mendaftarkan ulang anaknya sekolah. *trus jadi inget, biaya daftar ulang daycare Luna yang belum dibayar*
Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya juga mudik. Pulang ke rumah orangtua yang jauhnya 35 kilometer, tetep bisa dibilang mudik kan..
Beberapa hari kami di rumah mertua dan beberapa hari di rumah orangtua. Meskipun di hari-hari weekend biasanya, sebulan sekali-dua kali kami juga pulang sih.. Tapi setiap lebaran dan natal, selalu menyempatkan diri pulang dan menginap lebih lama.
Ada yang pernah melihat Tuhan? Berarti kalian membaca tulisan ini dari surga.
Kalian pengin melihat Tuhan? Dipeluk dan curhat sama Dia secara langsung sepertinya nyaman sekali ya..
Coba tarik napas dalam-dalam, berhenti sejenak dari segala rutinitas pekerjaan dan keribetan hidup. Tuhan itu sangat dekat, Tuhan ada di sekitar kita, dan Tuhan bisa dalam wujud apa saja.
“Mbak Noni, mau tanya-tanya tentang parenting dong. Bisa kan? Kantorku mau bikin seminar parenting nih..”
“Noni, sharing dong, gimana biar produksi ASI banyak meskipun ditinggal kerja?”
“Saya rajin baca blognya Bu Noni lho.. Silent reader. Kalau urusan teknik parenting, ah saya yakin Bu Noni pinter.”
“Aku tu pembaca blogmu. Karena parentingnya praktik langsung dan enggak idealis-idealis gitu. Jadi pas sama kenyataan.”
Ahh sekalipun hanya percakapan biasa, atau saling bertukar message sederhana. Itu sudah mampu membuat hati saya bahagia. Senang ketika apa yang sudah saya tulis dan bagi itu bisa menginspirasi orang-orang. Padahal sebelumnya, siapa sangka Noni yang anaknya slengean, berantakan, enggak telaten, enggak sabaran, ternyata bisa juga nulis bertemakan parenting.
Yah, anak itu mengubah segala. Dan karena anak saya belajar sabar dan lebih kreatif. Serta kembali menulis, kembali ngeblog, kembali berbagi. Berusaha untuk menginspirasi. Read more
Kriteria calon suami-mu apa? Setia dan pekerja keras.
Kriteria calon karyawan perusahaan-mu apa? Setia, tekun bekerja, dan jujur.
Betapa kata “setia” itu jadi kriteria pertama yang dicari orang-orang. Semakin banyak orang yang abai pada makna “kesetiaan”, maka semakin banyak pula orang-orang mencari sosok yang “setia”. Dan betapa banyak kehidupan yang kacau ketika kata “setia” itu dikhianati.
Setia pada pasangan, setia pada pekerjaan, setia pada proses pembelajaran, setia pada tugas dan tanggung jawab yang diberikan, setia pada masalah kecil, setia pada segala macam halang rintangan hidup. Dan masih banyak lagi hal-hal yang membutuhkan kesetiaan.
Sepasang suami-istri akan langgeng dan bahagia, ketika masing-masing bisa menjaga komitmen dan kesetiaannya. Sebuah karyawan akan bekerja sepenuh hati, lalu naik gaji, dapat bonus yang berlimpah, ketika dia setia pada pekerjaan dan segala tantangannya. Seorang pengendara mobil atau motor akan selamat sampai di rumah, ketika dia setia melewati semua jalanan dengan segala kemacetannya dan setia mematuhi semua rambu-rambunya. Seorang anak akan tumbuh besar, dewasa, dan sukses, karena ada sepasang orangtua yang selalu setia mengingatkannya.
Percaya enggak, karena hobi ini sampai sahabat-sahabat saya itu menyimpan nomor saya di hapenya dengan nama “Miss Late”. Karena saya selalu terlambat setiap janjian sama mereka. Janjian main, janjian jalan bareng, janjian mau nemuin orang, janjian apapun saya pasti terlambat.
Dulu, saya juga pernah diomelin sama temen karena kebiasaan ini. Temen saya ini lama banget tinggal di luar negeri, jadi tepat waktu seakan sudah mengalir di setiap sel tubuhnya. Trus pas balik ke Indonesia, ketemu sama saya yang hobi telatnya sudah merasuk di pori-pori tubuh. Jadi tiap mau main dan doi jemput ke rumah, pasti ada adegan nunggu saya mandi, dandan, and another blablabla.
Trus, kalo sekolah dan kuliah dulu gimana?
Tenang, saya hampir tidak pernah terlambat untuk dua hal itu. Enggak pernah ada adegan ngerengek ke satpam sekolah buat diijinin masuk. Karena mama saya yang cerewet udah bangunin saya subuh-subuh, dan dengan galaknya nyuruh saya buru-buru berangkat. Setelah kuliah, saya juga jarang banget terlambat, seringnya dateng mepet-mepet. Kuliah jam 10, dan jam 09.55 baru sampe di parkiran. Alhasil badan ini ramping, karena rajin lari-lari naik tangga.
Nah, kalo pas kerja?
Untung ya.. Kantor saya yang dulu-dulu enggak pernah ada yang mempermasalahkan keterlambatan ini. Asal kerjaan saya beres, bertanggungjawab sama kerjaan, udah deh.. Kalaupun ada beberapa temen yang nyindir. Bhay!
Kapan terakhir kali kamu menelepon temanmu atau sahabatmu, untuk sekadar mengucapkan Selamat ulang tahun?
Dimana di era sekarang ini kita dipermudah dengan teknologi. Notification ulangtahun otomatis muncul di Facebook. Lalu kita tinggal kirim ucapan selamat di wall-nya, atau Line, Bbm, Whatsapp, Twitter, serta sosial media lainnya.
Lama kelamaan, ingatan teman-teman akan tanggal ulangtahun bisa menjadi tidak begitu berarti lagi. Toh, mereka mengingatnya bukan karena peduli, lalu sengaja mengingat di otak dan menandai di kalendernya.
Semua teknologi memang diciptakan untuk mempermudah. Tidak perlu menghabiskan pulsa untuk mengungkapkan rasa sukacita. Cukup buat akun di sosial media terkenal itu, maka kita akan terhubung dengan dunia. Read more
Cek hati, karena diam-diam kita pasti pernah iri hati.
Envy itu pembunuh hati nomor satu.
Ya, ya, ya… I know… Tapi siapa sih yang enggak pernah ngerasa iri hati. Lihat sahabat nikah duluan, iri. Lihat teman dapat suami sukses dan kaya raya, iri. Lihat anak teman sudah bisa ini-itu, iri. Lihat teman bisa beli rumah dan mobil, iri.
Ahh… Sadar enggak sadar. Diakui enggak diakui. Diem-diem, perempuan itu gudangnya menyimpan iri hati.
Meski sejujurnya kita ikut bahagia atas pernikahan sahabat, tapi denger sahabat nikah duluan, rasanya itu… “Duh, kok keduluan.”
Meski cinta setengah mati dan tidak pernah menyesal menikahi suami yang enggak tajir-tajir amat, tapi tetep aja mikir…. “Andai suamiku sekaya suami dia. Bisa beli tas Louis Vuitton enggak usah mikir.” Read more
“C’s of life: Choices, Chances, and Changes. You must make a Choice to take a Chance or your life will never Change.”
Ya, hidup adalah sebuah pilihan. Bahkan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sukses, kita harus memilih. Memilih jalan hidup dan memanfaatkan kesempatan yang ada di depan.
Bingung memilih? Boleh konsultasi kok.. Tapi jangan tergantung dengan pilihan orang lain.
“Di antara orang gudang dan orang kantor, saya melihat ada sebuah kelas yang terpisah. Mereka yang di luar lapangan memandang orang kantor sebagai kelas atas, sedangkan mereka sendiri orang kelas bawah.”
“Lalu, orang kantor yang dipandang paling jauh dari mereka siapa? Coba kamu tebak.” Read more