Asyiknya Main Puzzle

asyiknya main puzzle

Kemarin malam, Luna seneng banget. Kelihatan dari wajahnya yang sumringah dan antusias buka segel plastik. Gimana enggak hepi, kalau Si Bapak pulang kerja bawain 2 mainan buat dia. Puzzle kayu dan kereta api Thomas and Friends.

Kereta api karena doi lagi seneng banget sama Thomas. Setiap lihat kereta, semuanya dipanggil Thomas. Film Thomas enggak pernah bosen diputer berkali-kali. Dan lagu soundtrack Thomas diputar terus-terusan sampai saya hafal liriknya.

….
All with different roles to play
Round tidmouth sheds or far away
Down the hills and round the bends
Thomas and his friends!
….

Kalau puzzle, itu karena kami baca report harian di daycare, Luna sangat bersemangat ketika bermain puzzle. Trus jadi inget, dulu pas family gathering daycare ke kebun binatang, dia enggak bisa lepas sama puzzle yang udah selesai dimainin. Enggak mau jalan-jalan lihat binatang, maunya mainan puzzle. Dan beberapa bulan kemudian, saat kami lagi makan di Nanamia Pizzeria Tirtodipuran, dia bisa betah duduk di baby chairnya hanya karena mainan puzzle yang disediain di sana.

Read more

Generasi Sok Tahu

generasi sok tahu

Temen laki-laki saya dulu pernah bilang gini, “Perempuan tu paling males baca manual book.”

Maksudnya?

“Iya, tiap pegang alat elektronik baru, langsung asal colok, asal pencet, tanpa baca manual booknya dulu.”

Eh emang iya??

Lalu setahun kemudian setelah saya menikah, baru berasa disadarkan sama percakapan dengan suami.

Ketika mesin cuci baru dateng, langsung saya sok-sokan pencet sana, colok sini. Setelah suami bilang, “Enggak usah sok tahu, ketimbang kenapa-napa. Mending manual booknya dibaca dulu.”

Atau ketika vacuum cleaner baru dibeli, suami langsung lancar makenya, dan saya tanya, “Kok tau yang ini buat itu?” Dan dia pun jawab, “Kan ada di manual booknya.”

Oke fine. Statement temen saya itu bener. At least buat saya. Tidak digeneralisir ke semua perempuan.

Trus itu jadi excuse? Permakluman? Heh! *minta digetok gagang vacuum cleaner*

Kalo temen dan suami saya itu sebel sama saya yang sok tahu padahal enggak baca manual book-nya dulu. Kali ini saya yang suka sebel sama orang-orang yang asal komen tanpa baca tulisannya dulu. Asal sebar tanpa baca beritanya. Asal menyimpulkan padahal cuma baca judulnya. Asal protes dan ikutan petisi tanpa tahu detil masalahnya. Asal bikin status judgement padahal cuma lihat satu sisi. Dan juga… asal komplain padahal semua sudah ditulis jelas di emailnya.

-________-

Persamaannya apa sama saya tadi? Sama-sama sok tahu! Read more

Project 7 Hari 7 Buah

project 7 hari 7 buah

Saya suka buah! Buah apa aja, yang penting bisa dimakan. Rasanya segar dan vitaminnya bermanfaat banget buat tubuh.

Nah, kalau Luna dan suami, mereka juga suka buah, tapi paling suka sama buah yang dikupasin sama saya. :))) Dasar mereka emang pada males. Lihat buah di kulkas kok ya bisa dianggurin lama. Tapi kalau udah dikupasin, langsung habis dalam sekejap mata.

-_____-

 

Sebisa mungkin, saya belanja buah lokal. Kita kan tinggal di Indonesia yang kaya aneka produk pangan, masa ya repot-repot beli produk impor. Aku cinta Indonesia! *kibarin bendera*

Selain itu, konsumsi buah lokal punya banyak keuntungan:
– harga lebih murah, karena tidak perlu ada biaya impor dan bea cukai.
– rasa lebih segar, karena tidak melewati perjalanan pengiriman yang panjang.
– nutrisi lebih optimal, karena tidak perlu dikemas dengan pengawet yang bisa mengurangi nutrisi.
– membantu meningkatkan perekonomian petani lokal.

Tuh kan? Sehat di badan kita dan berkah buat petani lokal.

Read more

Membangun Rumah Impian

Membangun rumah impian

Topik yang lagi hangat banget dibicarakan sama temen-temen kantor saya adalah tentang rumah.

Kalau sudah nikah dan berkeluarga, pasti pingin dong punya rumah sendiri. Masa mau ngontrak atau tinggal di rumah orangtua/mertua terus. Sekalipun menyenangkan, tapi tinggal sendiri dan punya rumah sendiri itu bisa mendewasakan kehidupan berumahtangga. Iya apa iya? 😀

Kalau ngomongin rumah impian, saya enggak pernah punya rumah impian. Yang saya impikan adalah punya rumah.

Pernah dink punya rumah impian. Tapi itu dulu, pas masih kecil, polos, dan belum paham betapa kejamnya harga properti di Indonesia. Dan kemudian melongok tabungan keluarga dan menatap nanar biaya pendidikan anak-anak besoknya.

Makanya, kalau kalian main ke rumah saya, jangan kaget sama jauh dan mungilnya. Mungkin hanya orang yang teguh imannya dan tulus hatinya yang beneran niat main ke sini. :))))) *yang pernah main langsung tepuk dada*

Tapi puji syukur banget, sekalipun bukan rumah impian, tapi impian punya rumah sudah terwujud beberapa bulan sebelummenikah.

(Baca:Bagaimana Ketika Celetukan Itu Menjadi Nyata

Tips Memarkir Mobil di Rumah)

Oke, stop dulu segala kecongkakan ini, sebelum kalian semua close tab.

*loh, salah satu fungsinya blog kan buat menampung curcol congkak*

*lalu close tab massal* :))))

Read more

Hidup Lebih Mudah Bersama Bank DBS

image

Selesai lebaran, undangan nikah mulai berdatangan. Minggu ini nikahnya si A, minggu depan nikahnya si B. Siang kondangan nikahnya si C, malemnya kondangan nikahnya si D. Wah, musti dandan cantik nih.. *tebelin alis*

Ah, siapa bilang nikah itu enggak butuh modal. Jelas butuh banget. Kalaupun enggak pake resepsi pasti ngeluarin modal juga kan. Sekalipun resepsi sederhana, pasang tenda di depan rumah, jelas harus ada modalnya.

 

Sesudah nikah, para istri-istri itu memutuskan resign dari kantornya. Mau mengabdi pada anak dan suami, katanya. Sambil kerja di rumah, bikin bisnis sendiri, supaya ilmu enggak mati. Mau jadi mompreneurship, kata mereka.

Tapi, bikin bisnis itu pun butuh modal. Bisa aja sih, jadi reseller tanpa perlu nyetok barang. Tapi kalau mau maju, gantian harus kita dong yang jadi supplier. Nah, barangnya? Butuh modal kan?

 

Duh, menjalani hidup yang kian pelik ini memang butuh modal ya.

Kalau enggak ada modal, ya udah jalan di tempat aja. Masa ya enggak nikah-nikah karena enggak punya duit. Enggak berkembang karena enggak punya modal usaha.

Bisa sih, nabung selama sekian lama. Tapi kalau butuhnya sekarang? Mau kredit ke bank, biasanya kredit itu butuh jaminan, dan itu ribet banget deh kayaknya. Mau pinjem temen atau orangtua, enggak semua mau minjemin atau punya nominal yang kita butuhkan.

Aduh.. masalah kok kian pelik yah..

 

Di dunia perbankan ada yang namanya Kredit Tanpa Agunan atau KTA. Ini merupakan produk perbankan yang sangat memudahkan kita untuk memperoleh dana pinjaman. Sesuai dengan namanya, KTA diberikan oleh pihak bank tanpa syarat yang mewajibkan calon debitur untuk menyerahkan asetnya sebagai jaminan dan agunan dalam bentuk apapun. Baik itu surat-surat penting seperti surat rumah, BPKB ataupun barang berharga lainnya. Jadi, dana pinjaman bisa diperoleh tanpa harus menjadikan aset yang kita miliki sebagai jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit dana pinjaman yang kita perlukan saat ini.

Read more

Aturan Menghukum Anak Secara Fisik

aturan_menghukum_anak_secara_fisik

Masih menyambung dari seminar parenting kecil-kecilan di daycarenya Luna kemarin Sabtu.

(Baca: P3K Pada Anak Saat di Rumah)

Selesai acara itu, sambil nunggu dijemput suami dan membiarkan Luna bobok siang di dalam, saya ngobrol-ngobrol sama Kepsek-nya, Bunda Cici. Obrolannya enggak jauh-jauh seputar parenting, dan yang ini tentang aturan menghukum anak secara fisik.

Bunda Cici mendapatkan info ini saat minggu sebelumnya ikutan seminar. Trus, dia menceritakan sekilas tentang salah satu bagian kecil yang dibahas di seminarnya.

 

Yes, menghukum anak secara fisik itu diperbolehkan kok. Bahkan katanya dalam agama pun ada ayat yang memperbolehkan orangtua menghukum anaknya secara fisik. (cuman enggak tahu ayat yang mana :p).

Tapi semua ada aturannya. Read more

P3K Pada Anak Saat Di Rumah

p3k_pada_anak_saat_di_rumah1

Hari Sabtu siang kemarin, seperti biasanya daycare Luna bikin acara parenting. Dan bulan ini topiknya adalah P3K pada anak. Materi dibawakan oleh Ibu Prayansari, S.Kep, Ns.

Penting banget nih. Kecelakaan pada anak bisa banget terjadi di rumah. Enggak mungkin juga kan kita menghilangkan semua benda yang ada di rumah, padahal semua yang ada di sekitar bisa jadi stimulus untuk perkembangan motorik anak.

Seringkali juga, yang bikin kecelakaan pada anak itu justru kita orangtuanya. Lupa mengamankan posisi rawan, atau lupa meletakkan benda tajam di tempat yang mudah teraih anak. Haduhh… Jangan sampe deh ya..

Ini beberapa macam kecelakaan pada anak yang bisa saja terjadi di rumah, serta pertolongan pertamanya. Read more

#MyLifeAsEditor10: Saya Suka Freelancer Seperti Ini

source pic
source pic

Saya bukan seorang freelancer, tapi pekerjaan membuat saya sering berhubungan dengan freelancer. Dari situ saya memilah freelancer menjadi 2 tipe; fulltime freelancer dan parttime freelancer.

Untuk fulltime freelancer, pemasukannya tiap bulan benar-benar ditentukan dari berapa job yang dia terima bulan itu. Sedangkan parttime freelancer, pemasukannya tiap bulan adalah dari gaji bulanan di tempat dia bekerja tetap dan tambahannya dari bayaran job freelancenya.

Karena hampir tiap hari berhubungan dengan freelancer, daftar stok freelancer di database saya pun ada banyak. Tapi masalahnya, tidak semuanya rutin saya order. Alasannya biasanya, hasil kerjanya tidak maksimal, deadline pengerjaan selalu molor, bayarannya selalu minta naik terus, attitude-nya enggak banget, susah dihubungi, dan suka tiba-tiba menghilang kalau ditagih deadline.

Jadi, buat yang bener-bener mau menekuni profesi sebagai freelancer, saya bantu dengan memberi list hal-hal yang saya suka dari freelancer ya. Supaya job freelancenya lancar dan awet diorder terus. Read more

Komunikasi Dengan Anak

komunikasi dengan anak

Saya percaya banget, sejak dini anak bisa berkomunikasi dengan orangtuanya. Sejak dalam kandungan, sejak masih bayi merah, sejak dia belum bisa bicara, sejak dia cuma bisa nangis, sejak dia mengucapkan kata pertamanya. Meskipun mungkin dia atau kita diberi anugerah disabilitas pendengaran atau kemampuan bicara. Saya percaya anak dan orangtua apapun kondisinya pasti bisa berkomunikasi.

Dulu, pas hamil saya belajar hypnobirthing. Bidan yang sudah tersertifikasi tersebut enggak cuma ngajarin teknik-teknik hypnobirthing dan menikmati masa-masa kehamilan, serta melewati proses melahirkan dengan bahagia. Tapi juga ngobrol ke anak sejak dia masih di perut, dan setelah dia lahir, membisikkan afirmasi positif saat nyusuin atau pas dia tidur.

Sukses? Melahirkannya sih sukses. Tapi pas anak udah lahir, banyak bolong-bolongnya. Takut anak kebangunlah, dan malah saya yang ikut ketiduran pas sambil nyusuin. Trus bablas tidur sampe pagi. :)))

Setelah anak udah gede gini, udah bisa ngomong, udah bisa mengungkapkan apa maunya. Komunikasinya beda.

Ketika dia mulai ngeyel dan tantrum, memberinya pengertian itu pasti. Tapi kalau dia tetep ngeyel dan saya udah jengkel, saya suka mengajaknya membuat perjanjian. Read more

Nostalgia Stationery Zaman Sekolah

nostalgia-stationery-zaman-sekolahCeritanya, kemarin weekend pas lagi nyari sandal baru buat Luna, kita lihat tokonya rame. Banyak anak-anak yang mau beli sepatu & tas baru buat sekolah. Trus, pas jalan ke supermarket, di bagian stationery juga penuh ibu-ibu sama anaknya yang belanja buku tulis dan pensil baru.

Malah pas antri kasir, sempet nyuri dengar ada anak cowok yang ribut minta sampul cokelat yang udah dipegang ibunya diganti, soalnya ada gambar bonekanya. Itu sampul buat anak cewek, katanya. :)))

Trus jadi keinget stationery yang ngehits banget jaman sekolah. Buat murid sekolah, stationery itu menentukan harkat derajat kegiatan belajar. Iya nggak?

1. Buku tulis merek Kiky, yang wangi dan dengan gambar lucu-lucu. Kebanyakan yang punya cewek, karna gambarnya terlalu cute buat cowok.
2. Buku tulis merek Sinar Dunia (Sidu), dengan kata-kata mutiara di footer semua halamannya. Ini buku tulis yang paling unisex.
3. Buku tulis merek M***ge, yang kalo ditulisin pake pulpen bisa tembus ke belakangnya. Atau kalau enggak pelan-pelan menghapus tulisan, bisa sobek halamannya.
4. Pulpen yang satu pulpen isinya ada 3 warna tinta; hitam, biru, merah. Tapi yang dibolehin dipake sama guru cuma yang hitam.
5. Pensil yang ujungnya ada penghapusnya. Read more