Aku Tahu Mama Sayang Aku

Sadar enggak sih, di era socmed ini mommies war semakin kenceng. Lihat anak orang enggak diminumin ASI, langsung dicecar. Lihat anak orang dikit-dikit dikasih obat kimia, langsung diceramahin. Lihat anak orang ditinggal emaknya ngantor, langsung dikatain si ratu tega. Lihat anak orang  udah makan sebelum usia 6 bulan, langsung diomelin. Lihat anak orang udah disapih sebelum 2 tahun, langsung disindir. Lihat anak orang dikasih makan yang bukan MPASI homemade, langsung disalah-salahin.

Katanya sih, “Stop bullying”. Tapi tanpa disadari, tangan kita bergerak lebih cepat ketimbang mulut dan kepala. Komentar kita mungkin menyakiti, menghakimi, menggurui, bossy, atau bahkan sok tahu.

Siapa sih emak yang pingin anaknya celaka? Induk kucing aja menjaga anaknya baik-baik, apalagi kita seorang ibu. Read more

Seandainya Aku…

Bergegas aku masukkan ponsel ke dalam tas. Mengambil kunci motor dan keluar kantor, tepat pukul 12 siang. Dia pasti sudah menungguku. Kami janjian akan bertemu di restoran itu, seperti biasanya. Untuk makan siang, sekaligus berbagi cerita.

“Kamu tahu? Aku pacaran baru sejak SMP, loh,” ujarnya tiba-tiba setelah mengunyah suapan terakhir nasinya.

“Ohya, enggak pa-pa kan.. Ketimbang sudah sejak SD. Itu namanya dewasa sebelum waktunya.”

“Kamu percaya, cinta pertama itu susah dilupakan?”

“Hmm… agak percaya sih. Tapi bukan berarti tidak bisa dilupakan. Karena kalau aku diajak balik sama pacar pertamaku, belum tentu mau. Hahaha…”

“Kalau aku, aku akan menebus semua kesalahanku dulu. Melakukan sesuatu yang dulu tidak terpikir untuk kulakukan.”

Aku menyesap es tehku. Membatin, sepertinya dia akan memulai makan siang ini dengan curhatannya. Aku baru mengenalnya sejak kuliah, jadi menebak-nebak pacar pertamanya saat SMP jelas itu susah.

“Malam itu tiba-tiba dia meneleponku. Seperti biasanya, paling cuma mau berbagi cerita tadi di sekolah.” Read more

Mengajari Anak Menabung

CYMERA_20150129_222942
Celengan pertama Aluna. Iihh.. nggak konsen masukin koinnya, sambil liat TV sih..

Ini ide suami saya. Membelikan Aluna sebuah celengan, dan mengajarinya untuk menabung. Uangnya dari kami tentunya, dan hanya recehan 500 ke atas. Jika penuh nanti rencananya untuk membeli scooter atau mungkin sepeda.

Sebenarnya, bisa saja kami membelikannya sekarang. Tanpa perlu susah-susah Aluna masukin recehan demi recehan. Tapi dengan mengajaknya untuk menabung dulu, sepertinya bisa sedikit mengajari prinsip keuangan ke dia. Bahwa sesuatu tidak bisa didapatkan secara instan, harus bekerja dulu, bahkan harus menabung.

Berhubung Aluna masih 19 bulan, dan belum bisa saya suruh nyapu, ngepel, nyuci piring. Jadi saya ajarin aja dia untuk nabung dulu.

Padahal memasukkan logam ke dalam lubang kecil bagi anak seusia Aluna mungkin saja susah. Tapi, setau saya mengajari anak menjumput itu baik untuk merangsang otot-otot jari mereka. Sehingga nantinya mereka akan lebih siap untuk memegang pensil dan belajar menulis. Dan berhubung memegang logam dan memasukkannya ke lubang itu prinsipnya mirip seperti menjumput, jadi dapat dobel manfaat kan…

Asalkan.. ini dilakukan di bawah pengawasan orangtua. Karena sekalipun di seusia ini Aluna udah enggak apa-apa dimasukkin mulut, tapi demi mencegah terjadi hal yang tidak-tidak, lebih baik tetap diawasi. Read more

Saat Anak Sering Sakit Batuk (2)

Sebelumnya saya pernah cerita di sini, bahwa Aluna itu sering batuk. Dibanding demam atau pilek, frekuensinya lebih sering batuk-nya. Kalau demam, paling lama 2 hari udah normal. Kalau pilek, paling lama 3 hari udah reda ingusnya. Nah, kalau batuk bisa sampe seminggu, dua minggu, bahkan lebih!

Dan kalau udah batuk, bisa sampe muntah. Udah susah-susah nyuapin, eh.. pas tidur terus batuk-batuk, langsung deh dimuntahin semua yang dimakan barusan. Aduh-aduh, stres berat rasanya. Naikin bb anak itu susah, ini turunnya gampang banget.

Belum lagi, efek batuknya Aluna itu bisa sampai ke telinganya.

Suatu hari, saya melihat telinganya Aluna keluar cairan seperti nanah dan berbau. Langsung deh, saya bersihin sampai habis cotton bud berbatang-batang. Ilang sih, tapi beberapa jam kemudian muncul lagi. Setelah saya bawa ke dokter THT, barulah saya tahu bahwa itu adalah infeksi telinga. Karena saluran tenggorokan dan telinga anak bayi itu pendek, jadi batuk yang berkepanjangan efeknya bisa seperti ini. Harus segera diobati, kalau enggak lama-lama saluran pendengaran ini bisa tertutup, lalu pendengaran anak bisa terhambat.

Ckckck.. Kayaknya “cuma” batuk ya.. Tapi buat anak kecil, batuk itu menyiksa banget. Tidur enggak nyenyak, makan enggak enak, bb turun drastis.

Sampai di suatu titik, saya capek. Capek ngobatin terus. Kasian Aluna juga batuk dikit diminumin obat. Satu sisi saya pingin minta ke dokternya untuk ngasih antibiotik aja biar cepet sembuh. Tapi di sisi lain, sekarang kan lagi santer “bijak antibiotik” ya. Saya pun jadi ragu untuk minta antibiotik. Nurut dokter aja deh, mau ngasih apa enggak. Saya enggak mau minta-minta. Enggak mau sotoy. Bukan lulusan kedokteran juga. Hehehe…

Sampai suatu hari, saya nemu poster ini dari bijak-antibiotik.

10524650_10152938990974577_2406477254463552062_n Read more

Saat Anak Sering Sakit Batuk (1)

Kalo anak sakit itu pasti bikin hati emak-bapaknya kebat-kebit. Rasanya pingin mentransfer sakit itu ke tubuh emaknya aja, dan membiarkan anak sehat dan ceria terus.

Aluna termasuk anak yang sering batuk. Kalau udah batuk, sembuhnya lama, bisa sampe berminggu-minggu. Persis kayak saya.

Kalau kata bapaknya Aluna, “Batuk kalian itu tipe batuk lebay.”

Lha habis gimana lagi, kalau enggak dibatukin lebay, gatel di tenggorokan ini susah ilang.

repotnya, kalau udah batuk bisa sampai muntah! setelah muntah, baru bisa tidur nyenyak. :(
Repotnya, kalau udah batuk bisa sampai muntah! Setelah muntah, baru bisa tidur nyenyak.

Awal-awal Aluna sakit batuk, saya obatin pake obat batuk biasa yang bisa dicari di apotek terdekat. Katanya artikel-artikel kesehatan itu kan, batuk biasa akan sembuh dalam 2-3 hari dan enggak perlu antibiotik. Karena kalau anak kebanyakan antibiotik, enggak baik juga buat tubuhnya.

Saya jadi takut ke dokter. Karena menurut saya, dokter-dokter suka ngasih antibiotik. Katanya kan, harus cari dokter yang RUM (Rational Use Medicine). Dan menurut saya, itu sama aja seperti mencari jarum dalam jerami. Dunia kedokteran udah dimainkan sama dunia farmasi.

Akhirnya, saya gelontori Aluna sama obat batuk biasa itu. Sembuh sih… Tapi lama. Dan, seminggu kemudian muncul lagi.

Haduh!

Padahal saya enggak ngasih Aluna antibiotik loh. Bukannya artikel-artikel itu nulis bahwa kalau anak dikasih antibiotik, maka dia bakal sering sakit.

Gimana ini, mana yang bener?

Panik semakin mendera saat tiba-tiba mendapati di belakang telinga Aluna, ada benjolan kecil. Pikiran aneh-aneh muncul. Akhirnya saya putuskan untuk ke dokter saat itu juga. Read more

Telepon dan Berbagi Sukacita

Kapan terakhir kali kamu menelepon temanmu atau sahabatmu, untuk sekadar mengucapkan Selamat ulang tahun?

il_fullxfull.415784528_a5t7Dimana di era sekarang ini kita dipermudah dengan teknologi. Notification ulangtahun otomatis muncul di Facebook. Lalu kita tinggal kirim ucapan selamat di wall-nya, atau Line, Bbm, Whatsapp, Twitter, serta sosial media lainnya.

Lama kelamaan, ingatan teman-teman akan tanggal ulangtahun bisa menjadi tidak begitu berarti lagi. Toh, mereka mengingatnya bukan karena peduli, lalu sengaja mengingat di otak dan menandai di kalendernya.

Semua teknologi memang diciptakan untuk mempermudah. Tidak perlu menghabiskan pulsa untuk mengungkapkan rasa sukacita. Cukup buat akun di sosial media terkenal itu, maka kita akan terhubung dengan dunia. Read more

Bali itu Pie Susu

Tanggal 1 Januari. Itu artinya, persis 6 bulan lagi saya dan suami akan memasuki usia pernikahan ke-3. Dan Aluna juga akan memasuki ulang tahun ke-2. Yey!!

Tanggal 1 Juli memang merupakan tanggal membahagiakan dan mengesankan buat kami bertiga. Tanggal 1 Juli 2012, saya dan suami diikat dalam janji suci pernikahan. Setahun setelahnya, 1 Juli 2013, Aluna, buah hati tercinta kami lahir di dunia. Jadi, wajar dong kalau di hari itu saya pingin banget merayakannya eksklusif dan hanya bertiga. Mumpung belum punya anak kedua. Hihihi…

Di hari istimewa itu, saya pingin banget mendapat kado yang bisa dirasakan bareng-bareng. Ya, karena itu hari kami bertiga, jadi kadonya juga harus untuk 3 orang. Tapi tetep aja ya, yang menentukan emaknya. Hahaha…

Tanggal 1 Juli 2015 besok, saya pingin dapat hadiah liburan bertiga, ke Bali. Saya pernah ke Bali. Suami juga pernah. Tapi ke Bali bertiga, itu yang belum pernah. Jadi persiapannya harus dari sekarang dong… 😀

Saya pingin kejar-kejaran sama Aluna (dan bapaknya) di tepi pantai Kuta. Saya pingin foto-foto bertiga di GWK. Saya pingin ngenalin Aluna ke spesies kera di Sangeh. Saya pingin belanja-belanji di Pasar Sukowati. Saya pingin merasakan udara pegunungan di Ubud. Dan saya pingin membeli dan merasakan langsung makanan khas Bali yang lagi hip, Pie Susu! Read more

Saat Harus Tinggal Dengan Orangtua/Mertua

Kenalin, ini kakungnya Aluna, bapak mertua saya. Aluna jelas yang mungil itu, sedang sebelahnya itu sepupunya, mbak Cadence. :)
Kenalin, ini kakungnya Aluna, bapak mertua saya. Aluna jelas yang mungil itu, sedang sebelahnya itu sepupunya, mbak Cadence.

Dua minggu terakhir tahun 2014 ini saya menghabiskan waktu dengan tinggal di rumah mertua dan orangtua.

Seperti yang pernah saya ceritakan di sini. Sekalipun kami tinggal di kota yang sama, tapi saya dan suami memilih untuk tinggal di rumah sendiri semenjak menikah. Saya tinggal di Jogja barat, mertua di Jogja timur, orangtua di Jogja utara. Jelas repot kalau setiap mau berangkat kerja saya harus mampir ke rumah orangtua/mertua, untuk menitipkan anak. Jadi, selama kami tinggal kerja Aluna kami titipkan di daycare terpercaya dan terdekat dengan rumah.

Berhubung akhir tahun adalah libur semester sekaligus libur natal, maka aktivitas daycare dan playgroup di Bintang Bintang diliburkan. Padahal saya dan suami kan harus masuk kerja. Jadi, solusi terbaik adalah mengungsi sementara ke rumah orangtua/mertua.

Pembagiannya adalah 6 hari di rumah mertua, 10 hari di rumah orangtua saya.

Tapi…. Baru sebentar tinggal di rumah mereka, saya sudah merasa enggak betah. Mungkin karena sudah terbiasa tinggal sendiri ya, jadi ketika harus tinggal seatap dengan orangtua/mertua, saya merasa enggak bebas, enggak sreg, tertekan, dan bete kuadrat pokoknya. Hahaha… Boleh dipertanyakan kok, salah siapa ini. Saya atau mereka. Sepertinya sih, saya… Hihihi… Read more

Akhir Tahun Tanpa Libur Tambahan

Akhir tahun 2014 mau ambil cuti ah… Atau mending cuti natalnya aja dipanjangin ya? Uhmm… Pilih yang mana ya.. Cuti tahun baru atau cuti natal.

Tapi, semua keinginan itu sirna sudah. Gara-garanya, jatah cuti saya sudah habis-bis permisah. Malah udah minus 4. Alhasil jatah cuti 2015 besok udah kepotong 4, belum lagi cuti bersama dari pemerintah ada 2, trus cuti bersama tambahan dari kantor buat lebaran ada berapa tuh. Silakan ditotal sendiri, jatah cuti saya tahun 2015 tinggal berapa. Kayaknya enggak ada 5 deh.

Haduh.. Apes-apes.

keep-calm-although-cuti-dah-habisNasib buruh itu, selain harus pinter-pinter kelola keuangan, juga harus pinter-pinter kelola hari libur. Mana yang perlu cuti, mana yang hanya butuh ijin masuk terlambat atau masuk setengah hari.

Eits tapi, minusnya jatah cuti saya ini bukan berarti manajemen cuti saya jelek loh yah.. *enggak terima dikira begitu*. Tapi karena 2014 kemarin, saya sering menghabiskan waktu di rumah sama Aluna, karena dia sakit. Huhuhu… Maklum yah, newbie mommy. Anak panas sedikit aja udah panik. Dan memilih untuk enggak masuk kerja demi nungguin anak dan nyusuin dia seharian.

Kapan yah, UU Ketenagakerjaan memperbolehkan ibu pekerja menggunakan “Surat Ijin Sakit” anaknya sebagai surat ijin ibunya juga. Kalau kita sakit, trus masuk kerja bawa surat keterangan ampuh dari dokter itu, kan jatah cuti kita enggak akan berkurang tuh. Nah, kalo anaknya sakit? Otomatis emaknya ikutan rempong dan memilih untuk enggak masuk kerja juga kan..

Plis, Pak Hanif Dhakiri, dengarkan jeritan hati ibu pekerja ini… *mulai lebay* Read more