#IdeMainAnak: Berhitung dengan Stik Warna-Warni

Berhitung dengan Stik Warna-Warni

Luna yang sudah 3 tahun, sekarang lagi seneng-senengnya berhitung. Semua dihitung dan dijajar-jajar dengan rapi. Dia memang baru bisa menghitung dari 1 sampai 10. Selebihnya selalu lompat ke empatbelas, empatbelas, empatbelas. Angka empatbelas sepertinya paling enak diucapkan kayaknya. Lol

Meski udah paham dengan konsep berhitung, tapi dia belum hafal dengan bentuk-bentuk angka. Sebenernya saya enggak ngejar target apa-apa sih, untuk ilmu-ilmu dasar ini ke Luna. Tapi sekarang dia sudah mulai penasaran dan bertanya, “Ini huruf apa? Ini angka apa?” Jadi saya mulai mengenalkan dikit-dikit angka dan huruf. Enggak perlu muluk-muluk harus hafal 1 sampai 20 atau A sampai Z. Dia bisa hafal dengan huruf A aja saya udah hepi banget.

Read more

Mengenal Metode Montessori

playing sand outside small

Sebenernya saya tahu kata montessori sudah lama. (di Jogja ada banyak bla-bla.. Montessori School) Sudah tahu juga bahwa montessori itu bukan sebuah brand, melainkan sebuah metode belajar. Tapi persisnya belajar yang gimana, baru tahu ya setelah punya anak ini.

*note: postingan ini bakal panjang, siapin jari yang kuat buat scrolling. :))))

METODE MONTESSORI adalah suatu metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode ini diterapkan terutama di pra-sekolah dan sekolah dasar, walaupun ada juga penerapannya sampai jenjang pendidikan menengah.

Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut “pembimbing”). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak untuk memperkenalkan berbagai konsep.

─Dikutip dari Wikipedia

Read more

Belajar Sambil Jalan-Jalan

jalan-jalan ke taman pintar 1

Rasanya hampir semua orangtua ingin anaknya jauh lebih pintar, lebih hebat, dan lebih sukses ketimbang dirinya. Begitu pula dengan saya. Saya ingin Luna tumbuh jadi anak yang sehat, pintar, baik budi pekerti, dan taat pada Tuhan.

Dalam mendidiknya menjadi anak pintar, saya menyadari satu hal. Bahwa pintar bukan berarti seorang anak bisa meraih nilai akademik yang tinggi. Bukan berarti berhasil masuk kelas IPA, bukan berarti berhasil lulus UN, bukan pula berarti lolos SBMPTN dan masuk jurusan Kedokteran. Saya percaya, semua anak itu spesial dan istimewa. Begitu pula anak saya.

Kalau ikan bisanya berenang, kenapa dia harus dipaksa terbang? Kalau anak lihai kesenian, kenapa saya harus memaksanya les matematika sampai malam? Kalau belajar tidak hanya duduk manis sambil membaca dan mengerjakan soal, kenapa saya harus mengekangnya dengan tidak boleh main keluar? Read more