Perasaan saya sering banget ya, jalan-jalan ke candi. Hahaha. Habisnya gimana dong. Kalau punya 2 ortu yang rumahnya deketan sama candi. Padahal dulu saya jarang banget main ke candi loh, seringnya nge-mall atau pokoknya gaul ke kota-lah. Tapi semenjak menikah dengan makhluk yang tidak begitu menyukai mall, jadinya malah ketularan. Dan libur lebaran yang hampir 2 minggu ini, kami sama sekali belum main ke mall. Tapi aku kangen mall, pokoknya di sisa-sisa libur lebaran minggu ini, harus main ke mall. *kode keras, karna tau blog ini dibaca suami*
Di hari yang sama, setelah kami main ke Tebing Breksi, suami ngajak kami untuk main sekalian ke Candi Barong. Temennya bilang, candi ini lebih bagus ketimbang Candi Ijo. Oke, we’ll see.. Read more
Beberapa minggu terakhir ini, kerjaan kantor lagi banyak-banyaknya. Seharian kerja kok ya enggak kelar-kelar juga. Selesai satu, tapi yang lain udah antri diselesaikan. Kalau mau diabaikan barang sebentar, tapi deadline berjalan cepat.
Trus malemnya sering ngelonin Luna dan bablas ketiduran sampe pagi. Mau melek untuk sekadar nonton atau asik-asikan sama suami udah enggak kuat matanya.
Makanya, weekend jadi waktunya untuk santai. Salah satunya dengan pulang ke rumah orangtua, membiarkan Luna bermain puas sama mereka, sementara saya hibernasi. Bangun-bangun, udah ada makanan komplit di meja, tanpa perlu repot-repot masak. Emang bener deh, pulang ke rumah orangtua itu bisa jadi termanjakan (ya cucunya, juga anaknya). Tapi tetep enggak mau kalau keseharian tinggal sama orangtua. Lol
Weekend minggu lalu, kami pulang ke rumah orangtua (mertua saya) di daerah Piyungan, di bawah kaki bukit Gunungkidul. Read more
“Adi Ayi-Ayi,” kata Lunski. Yang artinya “Candi Sambisari.”
Mau liburan tapi lagi bokek. Solusi teryahud cuma satu, ngendon di rumah.
Tapi kalo liburannya long weekend kayak kemarin? Ya dibetah-betahin di rumah, bikin acara hore-hore sama anak-suami, masak-masak dengan stok bahan makanan seadanya, berkebun di halaman rumah, atau bersih-bersih rumah. Bokek itu bisa bikin kreatif kok. Yakin deh. Hidupmu enggak akan berakhir karena enggak punya duit.
Lucky me, tinggal sekota sama ortu yang jarak rumahnya 35 kilo dari rumah saya. Meski enggak setiap hari ketemu, enggak setiap minggu main ke rumahnya. Tapi ketika lagi bokek, bisa pulang dengan alasan “Lunski kangen uti sama kakung”, maka saya bisa makan gratis paling enggak selama 2 hari. Hahaha.. Aman deh uang belanja.
Yang paling parah, bahkan ketika mau pulang saya males ngeluarin duit buat beli bensin. Maka tinggal telpon kakung dan minta tolong dijemput, trus besok dianter pulang lagi. Hihihihi… Judge me, manja girl!
Etapi saya enggak segitu-gitu amat loh yah bokeknya. Puji syukur, saya sekeluarga enggak sampe kelaparan, enggak kehujanan, masih bisa pulang-pergi kantor dengan aman, bisa nyenengin anak beliin mainan atau baju. Bokeknya saya lebih tepatnya karena saya yang menciptakan. Jiahhh…
Iya, ceritanya kami lagi pengiritan. Duitnya ditabung, disimpen buat masa depan keluarga yang lebih cerah bersinar. Jadi, kesenangan semu musti diredam. Enggak semuanya musti diturutin dan enggak setiap weekend musti menguras ATM buat hepi-hepi.
Godaan foya-foya muncul di long weekend kemarin. Tiga hari bok! Di rumah doang, kayaknya kok bosen ya.. Mau jalan-jalan gaul tapi tar pasti keluar duit tak terduga jumlahnya. Aha! Udah sebulan enggak pulang. Pasti Uti sama Kakung kangen cucunya. Akhirnya kami bertiga berangkat deh ke rumah mereka. Jelas disambut senang, gembira, sukacita dong. Princess-princess kesayangan ini pulang kampung.
Tapi 3 hari di rumah ortu terus-terusan bosen juga deh ya.. Trus tiba-tiba suami kepikir, “Kita main ke Candi Sambisari, yuk!”
Terakhir kali ke Candi Sambisari itu pas saya masih SMP. Berarti udah sekitar 15 tahun yang lalu. Lewat sana sih beberapa kali pernah, tapi enggak sering. Sekalipun ini adalah candi kedua terdekat dari rumah ortu, tapi letaknya agak masuk-masuk desa, jadi jelas bukan rute sehari-hari.
Akhirnya, siang itu berangkatlah kami bertiga ke sana. Horee.. akhirnya jalan-jalan. Read more